Pasca Petisi Bulaksumur, UII Layangkan “Indonesia Darurat Kenegarawanan”

Pasca Petisi Bulak Sumur Universitas Gadjah Mada, civitas akademika Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar aksi pernyataan sikap untuk menanggapi berbagai problematika menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Aksi bertajuk “Indonesia Darurat Kenegarawanan” ini dilangsungkan di pelataran auditorium Abdul Kahar Muzakir, kampus terpadu UII, Yogyakarta pada Kamis (1/02). 

Dalam acara tersebut, Fathul Wahid selaku Rektor UII, menyampaikan pernyataan sikap UII dengan tegas.  Pernyataan ini merupakan bentuk kepedulian UII dalam merespon praktek berbangsa dan bernegara.

“Pernyataan sikap ini sama sekali tidak partisan, ini adalah betul-betul murni seruan moral anak bangsa yang tersadarkan. Bahwa, negara Indonesia masih mempunyai daftar pekerjaan rumah yang sangat-sangat panjang,” ujar Fathul 

Dalam wawancara selepas sesi pembacaan sikap civitas akademika UII, Fathul mengungkapkan permohonan kepada seluruh pejabat negara yang menjadi tim sukses dan juru kampanye pasangan calon tertentu yang memiliki akses terhadap sumber daya negara untuk mengundurkan diri.

“Karena itu akan menjamin netralitas dan tidak ada penyalahgunaan sumberdaya negara untuk kepentingan politik praktis golongan tertentu,” ungkap Fathul.

Selain itu, Fathul menyinggung bahwa presiden perlu menjadi contoh yang baik dengan menunjukkan sisi etika yang baik, tidak memihak, dan harus menjaga kenetralannya di tengah panasnya suasana politik saat ini. 

Tak hanya dari rektorat, sejumlah mahasiswa turut andil dalam memberikan respon dan tanggapan akan sikap UII dalam menanggapi berbagai problematika menjelang pemilu 2024.  

Ghozi (22), salah satu anggota komisi I Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) UII turut hadir dalam acara tersebut. Menurutnya, pernyataan sikap ini merupakan bentuk sikap dan keprihatinan dari UII dan seluruh civitas akademiknya dalam menghadapi situasi politik saat ini. ”Sehingga ini dari kami, ini adalah sikap kolektif dari kita. (Kami) satu suara terkait hal ini,” ujar Ghozi.

Ghozi menambahkan, UII telah berupaya dengan mengkaji dan melihat keadaan yang nyatanya telah menyimpang dari nilai-nilai pancasila dan prinsip demokrasi. “Baik atau tidak, kita kan kembalinya secara objektif melihat dari berbagai sisi,” ungkap Ghozi.

Bagi Afif (20), mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomika UII, pernyataan sikap UII dapat menghadirkan nilai-nilai moral yang muncul dari keresahan masyarakat Indonesia saat ini.

“Kalau kita lihat di sosial media banyak banget penghinaan demokrasi (dan) pengrusakan demokrasi oleh instrumen negara, presiden, yang menggunakan kekuasaannya untuk melanggengkan kekuasaan melewati putranya” ujar Afif

Menurut Afif,  tuntutan yang dibacakan oleh Rektor UII dalam acara pernyataan civitas akademik UII sudah cukup kompleks dan menyeluruh. Selain itu, poin-poin tersebut telah mampu menyuarakan  keresahan masyarakat Indonesia. 

Ghozi menambahkan, bahwa sikap tersebut sudah tegas dan jelas “dan ini apa yang ingin kami sampaikan dan menjadi sikap kami bersama,” pungkas Ghozi.


Reporter: Himmah/R. Aria Chandra Prakosa, Magang Himmah/Giffara Fayza, Fairuz Tito, Subulus Salam, Saiful Bahri

Editor: R. Aria Chandra Prakosa

Skip to content