Perpustakaan pusat sudah lebih dari sebulan dibuka untuk umum. Namun Perpustakaan yang digadang-gadang berstandar internasional nyatanya masih mengalami kekurangan.
Oleh Moch. Ari Nasichuddin
Kampus Terpadu, Kobar
Setelah tiga tahun Universitas Islam Indonesia (UII) merencanakan pembangunan perpustakaan pusat yang berstandar Internasional, akhirnya (17/11) perpustakaan yang diberi nama Gedung Moh. Hatta ini resmi dibuka untuk umum.Farham H. M. Saleh, Direktur perpustakaan, mengatakan perpustakaan pusat masih mengusung visi untuk berstandar internasional. Standar internasional ini sendiri memiliki indikator dari standar pelayanan dan fasilitas.
Standar fasilitas misalnya, terdiri dari jumlah koleksi buku yang mencapai 6 juta eksemplar. Farham menambahkan buku-buku tersebut dilengkapi buku asing dari vendor serta prodi-prodi. Sedangkan pelayanan, Farham mengaku pihaknya akan mengkualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. Disamping itu, peminjaman dan pengembalian buku akan ditunjang dengan suatu sistem yang bernama self check. Self check ini memungkinkan mahasiswa mengembalikan buku tanpa melewati petugas, karena telah disediakan tempat yang bernama Book Drop.
Admiko Suharto, Kepala Divisi Informasi Teknologi (IT) Perpustakaan Pusat mengaku tidak mengetahui berapa tepatnya jumlah buku di perpustakaan sekarang ini. Ia hanya mengetahui koleksi buku dalam berbagai bahasa telah terpenuhi sehingga secara kualitas sudah bertaraf internasional. ”Namun dari segi eksemplar atau kuantitas masih belum,” tuturnya.
Ditanya mengenai fasilitas, Admiko mengaku fasilitas seperti meja, kursi, serta tempat parkir belum selesai sepenuhnya karena masih dalam proses penggarapan. Menurut Admiko, November menjadi target pihak perpustakaan untuk merampungkan semua fasilitas.
Berdasarkan pantauan Tim KOBARkobari pada tanggal 15 November, pemakaian self check sendiri masih belum berjalan hingga saat ini. Hanya perpustakaan Fakultas Teknik Industri (FTI) yang baru memakai sistem baru ini. Kemudian dalam hal data pengunjung, data masih belum bisa terdeteksi karena sistem yang belum siap. Dan parkiran sendiri, untuk ukuran perpustakaan pusat, masih minim akan lahan. Lahan motor hanya bisa menampung 50 hingga 100 motor. Sedangkan pengguna mobil, hanya dapat memarkir kendaraannya di bahu jalan perpustakaan, karena tidak tersedianya lahan parkir. Meskipun begitu Farham mengklaim selama ini pelayanan sudah mencukupi dan belum ada komplain dari mahasiswa.
Pemusatan Buku Di Fakultas
Seiring berdirinya perpustakaan pusat, buku-buku semua fakultas yang berada di kampus terpadu akan dipusatkan di gedung baru ini. Farham menjelaskan tujuan pemusatan perpustakaan antara lain membuat manajemen perpustakaan menjadi lebih terkoordinir.
Tidak semua buku dipindahkan ke perpustakaan tersebut. Menurut Farham buku yang berada di perpustakaan pusat adalah buku-buku yang dapat dipinjam. Sedangkan di fakultas masih terdapat buku referensi yang hanya bisa dibaca di tempat.
Farham menambahkan, ide pemusatan perpustakaan berasal dari pimpinan universitas. “Untuk Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum tidak ikut dipusatkan karena murni dari jarak tempuhnya yang jauh,” katanya. Tentang efek pemusatan ini Farham mengaku belum melakukan survei dan penelitian. Akan tetapi, melihat animo pengunjung sampai tanggal 15 oktober 2011, dinilainya pemusatan ini berhasil.
Nandang Sutrisno, Wakil Rektor 1 memberikan pendapatnya mengenai perpustakaan pusat yang baru sebulan terakhir ini dibuka. Ia mengibaratkan perpustakaan sebagai sebuah sumber informasi. Apabila perpustakaan suatu bangsa bagus maka bangsa itu akan maju. UII sendiri ingin meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa melalui perpustakaan yang lebih modern.Dan Lingkungan yang nyaman pun dibuat, semata agar mahasiswa betah berlama-lama di perpustakaan serta meningkatkan minta belajar mereka.
Mengenai pemusatan buku milik fakultas-fakultas di kampus terpadu, Nandang menyetujuinya. Ia merasa perpustakaan universitas memang sebaiknya terpusat.Menurutnya buku-buku tersebut baru dipusatkan sekarang karena gedung perpustakaan pusat yang lama tidak dapat menampung seluruhnya. Meskipun Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Hukum (FH) buku-bukunya tidak dipusatkan, buku-buku fakultas ini masih tersedia di perpustakaan pusat.
Bagaimana komentar mahasiswa?
Baiq Nisfi Hidayati, Mahasiswi Ilmu Kimia 2010, mengeluhkan dari segi jam kunjung yang terbatas, buku-buku fakultas yang ikut dipindahkan, dan kurang lengkapnya buku-buku di perpustakaan pusat. Ia mengharapkan kedepannya jam kunjung perpustakaan pusat diperpanjang hingga malam hari.
Nifaul Astina, mahasiswi Teknik Arsitektur 2008 juga menanggapi. Dia menilai, bagus jika perpustakaan di pusatkan. Nantinya mahasiswa dari fakultas satu dapat mengenal mahasiswa fakultas lain ujarnya. Akan tetapi ia menyayangkan sesuatu hal, “Kita bakalan lebih males ke perpus. Bayangkan jika anak industri ke perpustakaan akan menjadi jauh banget,” ujarnya. Karena jarak itulah Nifaul hingga saat ini tidak memiliki minat lebih untuk datang ke perpustakaan pusat yang baru. Ia pun memberi masukan, “Kalau bisa hanya buku–buku tertentu yang dipindah di perpustakaan pusat. Yang sering dipakai biar di perpustakaan fakultas saja,” imbuhnya.
Tanggapun datang pula dari mahasiswa FE dan FH yang tidak terkena imbasnya dari hal pemindahan buku. Contohnya Surya Danu, mahasiswa manajemen 2007 dan Tegar, mahasiswa Ilmu Hukum 2010. Mereka merasa jarak yang jauh membuat mereka tidak memiliki minat untuk datang ke perpustakaan pusat. Surya bahkan sempat menanyakan komentar mengenai gedung tersebut kepada teman-temannya. Namun teman Danu mengatakan kalau mereka juga malas untuk ke tempat itu.
Tegar mengakui bahwa adanya perpustakaan pusat yang baru menjadi sesuatu yang bagus dan akan menambah wawasan bagi mahasiswa. Tetapi mengenai pengaruh minat ke perpustakaan tergantung individu masing-masing menurutnya.
Jarak jauh yang dipersoalkan oleh beberapa mahasiswa pun mendapat komentar dari Nandang. “Yaa kapan mau maju jika hanya berfikir sesempit itu. Mahasiswa harus merubah mindset nya sekarang,” tandasnya.
Reportase bersama Herlina dan Alissa Nur Fathia