Wajah Parkiran UII

Lokasi tempat parkir di UII sudah tidak memadai dan tidak terawat. Tentunya, keadaan ini dapat mengurangi kenyamanan bagi mahasiswa dan pengguna lainnya.

Oleh: Atya Arma N.

Kampus Terpadu, Kobar

Tempat parkir (parkiran) sepeda motor di lingkungan Fakultas Teknologi Industri (FTI) menuai komentar dari be-berapa mahasiswa. Salah satunya meng-anggap jika parkiran FTI mengalami keku-rangan lahan. Akibatnya, mahasiswa meletakkan kendaraannya disembarang tempat. “Tempat parkir menjadi tidak beraturan atau semrawut, sudah seperti butuh perluasan, bagus lagi kalau di ling-kungan kampus pakai sepeda,” tukas Vita Silondae, mahasiswi Teknik Informatika 2012.

Hal berbeda dilontarkan M. Jabaludin Nur Riza, mahasiswa Teknik Informatika 2012. Menurutnya, parkiran FTI tidak akan bisa rapi karena kurangnya kesada-ran setiap individu yang terlibat. Riza pun beropini, ada dua poin utama masalah di parkiran FTI. Pertama, setiap individu yakni mahasiswa masih egois. Kedua, ta-tanan lahan yang kurang efisien.

Menanggapi komentar di atas, Kasyono yang menjabat sebagai Ketua Divisi Rumah Tangga FTI mengatakan, sa-lah satu hal yang jadi penyebab kondisi parkiran FTI sedemikian rupa adalah semakin banyaknya mahasiswa yang menggunakan sepeda motor. Imbasnya, lahan parkiran kurang memadai untuk menampung sepeda motor mahasiswa. Untuk perluasan lahan, sudah pernah diajukan ke Wakil Dekan (Wadek) FTI. Tindak lanjutnya akan diajukan pada saat rapat Universitas, begitu juga dengan penambahan karyawan guna menjaga parkiran.

Akan tetapi, Sukirno selaku penjaga parkir FTI punya penilaian sendiri. Di-karenakan banyaknya sepeda motor yang parkir, ia mengaku kewalahan me-ngatur sepeda motor milik  mahasiswa dan juga mengurusi parkiran dari pagi sampai sore. Tindakan yang dilakukan penjaga parkir selama ini, di antaranya adalah datang lebih pagi untuk lebih awal memperingatkan mahasiswa agar memenuhi parkiran yang paling ujung terlebih dulu. Peringatan itu fungsinya supaya sepeda motor yang datang selanjutnya mendapatkan tempat. Sukirno menyarankan agar mahasiswa tidak parkir di sembarang tempat yang dapat menyebabkan parkiran menjadi semrawut.

Soal perluasan parkiran, Wadek FTI Wahyudi Budi Pramono menuturkan, perluasan tempat parkir tidak mungkin terlaksana karena tidak sesuai dengan master plan. Selain itu menurut Wahyudi, UII juga mempunyai wacana green cam-pus. Wacana yang dimaksud adalah nantinya semua parkiran di UII akan dijadikan satu dan semua mahasiswa akan mengendarai sepeda.  Terkait pe-nambahan penjaga parkir, Wahyudi menilai penjaga parkir saat ini dirasa su-dah mencukupi.

Tidak hanya di FTI, parkiran di Fakul-tas Ilmu Agama Islam (FIAI) juga mengala-mi masalah serupa. Menurut Sutaryo se-laku Kepala Urusan Rumah Tangga dan Perbekalan FIAI, sebelum tahun 2012, parkiran FIAI hanya diperuntukkan bagi dosen dan karyawan FIAI. Sedangkan bagi mahasiswa, hanya boleh parkir di parkiran milik FTI. Namun sejak tahun 2012, parkiran FIAI boleh digunakan un-tuk parkir kendaraan mahasiswa juga.

Parkiran di FIAI pun ikut menuai ko-mentar dari sejumlah mahasiswanya. Zeni Mufidah, mahasiswi Pendidikan Agama Islam 2010, berkomentar bahwa tempat parkir di FIAI terlalu sempit. Atapnya terbatas, sehingga kalau hujan masih kehujanan. Sedangkan Solihin sebagai penjaga parkir, mengeluhkan kurangnya penjaga parkir di parkiran FIAI. Penjaga parkir yang ada di FIAI hanya dirinya sa-ja dan ia merasa kewalahan, sehingga terkadang ikut dibantu oleh satpam, sopir, dan karyawan lainnya. Pengajuan penjaga parkir sudah dilakukan.

Menanggapi pendapat di atas, Mujiyana selaku Kepala Divisi Administrasi Umum dan Keuangan FIAI menegaskan akan menambah atap untuk parkiran FIAI di sebelah kiri dan di depan kantor lem-baga mahasiswa FIAI. Namun, FIAI masih harus melihat kondisi keuangan terlebih dulu, mengingat dana yang ada cukup terbatas.

Masih seputar kondisi parkiran, kini beralih ke Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Harpan Juhairy, mahasiswa Farmasi 2012 menceritakan pengalamannya. “Saya terjatuh karena ada genangan air dan parkiran yang berlumut,” kisah Harpan. Hal tersebut ditanggapi Suratmin selaku penjaga parkir di FMIPA dengan melapor ke Divisi Umum dan Rumah Tangga FMIPA. Usaha yang dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban lagi adalah dengan me-masang garis pembatas dan memberi pe-ringatan kepada mahasiswa agar tidak parkir lagi di sana.

Slamet Hariyanto yang menjabat se-bagai Kepala Divisi Umum di FMIPA menga-takan akan menindaklanjuti kejadian tersebut. Salah satunya, dengan mem-buat pagar dan memasang rantai di seki-tar parkiran yang dirasa licin. Berbeda dengan itu, Sunarwi sebagai Kepala Divisi Perbekalan dan Rumah Tangga di FMIPA mempunyai solusi lain. Ia mengatakan bahwa salah satu solusinya adalah de-ngan memperingatkan mahasiswa agar jangan parkir di tempat tersebut. Selain itu, akan dibuat pagar di sekitar tempat parkir yang dirasa licin dan menyapu air yang menggenang di parkiran.

Solusi-solusi tersebut ditanggapi ber-beda oleh mahasiswa. Seperti yang ditu-turkan Anggi Listinda M. C., mahasiswi Farmasi 2012. Ia merasa bahwa parkiran yang ada belum efektif karena parkiran FMIPA sebenarnya adalah lapangan untuk olahraga, tetapi malah dialihfungsikan untuk tempat parkir. Anggi mengusulkan, sebaiknya lahan parkir FMIPA diperluas saja. Lain halnya dengan Hannie Fitriani, mahasiswi Farmasi 2012. Solusi yang diutarakan pihak fakultas sudah baik karena bagian yang licin tidak bisa di-perbaiki. Akan tetapi, ia berargumen bahwa sebaiknya penataan parkiran le-bih ditingkatkan.

Reportase Bersama: Yuyun Novia S., Nafiul Mualimin, Muhammad Sahindrawan F., Diah Handayani, Ayoni Sulthon.

Podcast

Skip to content