Minggu Tanpa Plastik, Gotong Royong dan Penyuluhan Bahaya Penggunaan Plastik Sekali Pakai

Himmah Online, Yogyakarta – Proyek Pulau Plastik diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia pada hari Minggu, 14 Juli 2019. Salah satu kegiatannya dilaksanakan di Kota Yogyakarta dalam rangkaian acara Minggu Tanpa Plastik. Bekerja sama dengan Garuk Sampah dan Survive Garage sebagai tuan rumah, kegiatan ini dimulai dengan gotong royong membersihkan kawasan bantaran Kali Code dan berakhir di Alun-alun Utara. Tujuan utama dari kegiatan ini mengajak berbagai komunitas di kota-kota yang mereka kunjungi untuk ikut peduli dan membersihkan sampah plastik.

Bekti Maulana selaku anggota Komunitas Garuk Sampah memaparkan kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 100 orang sukarelawan dari berbagai komunitas dan Mahasiswa Pecinta Alam di Kota Yogyakarta. Kegiatan dimulai pada pukul 07.00, sukarelawan berkumpul di bantaran Kali Code untuk membersihkan sampah plastik. Setelah itu dilanjutkan dengan menyusuri Jalan Malioboro hingga titik 0 KM Yogyakarta dan mengumpulkan sampah tersebut untuk disortir di Alun-alun Utara untuk nantinya dibawa ke Jakarta. Selain itu, di Alun-alun Utara juga diadakan pengujian sampel feses di Yogyakarta untuk melihat kadar mikroplastik dalam feses manusia.

“Sampah hasil kami garuk tadi dari bantaran Kali Code kami pilah, karena kita ingin tau sampah apa aja sih yang paling mendominasi, hasil sampah ini nggak akan kita buang dan kita angkut pakai truk untuk nanti dibawa ke Jakarta,” ucap Bekti.

Robi selaku anggota Proyek Pulau Plastik mengatakan pengiriman sampah ke Jakarta bertujuan mendorong pemerintah untuk menjadikan larangan plastik sekali pakai sebagai regulasi nasional. “Pemerintah harus segera menjadikan sampah plastik sebagai isu prioritas, (dengan alasan -red) bahwa Indonesia menyandang predikat kedua negara di dunia penyumbang plastik ke lautan,” tambah Robi.

Robi menjelaskan sampah yang berada di lautan berasal dari daratan dan sungai merupakan media yang menyalurkannya. Maka dari itu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pembersihan Kali Code. Hal serupa juga banyak dilakukan oleh berbagai kelompok yang peduli terhadap lingkungan di tempat-tempat lain seperti yang dilakukan oleh gerakan bersih-bersih sampah di Bali.  

Di akhir rangkaian acara terdapat pengujian sampel feses untuk melihat kadar mikroplastik dalam feses manusia. Berdasarkan penjelasan Andreas selaku peneliti dari Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON), mikroplastik yang mengendap di tubuh manusia berasal dari berbagai sumber. Mulai dari plastik yang digunakan sebagai wadah makanan atau minuman panas hingga sampah plastik yang termakan oleh ikan di laut. “Botol susu yang dari plastik, tambah susu, tambah air panas, dikocok, dua prinsip pelarutan sudah ada di sana, tanpa sengaja si ibu sudah meracuni anaknya,” jelas Andreas. 

Pihak ECOTON menambahkan jika hasil pengujian dari sampel yang diambil per sepuluh miligram feses manusia di Indonesia rata-rata mengandung 100 mikroplastik, sedangkan penelitian yang dilakukan di Vienna hanya didapatkan sepuluh sampai dua puluh mikroplastik dalam sepuluh gram feses yang diambil sebagai sampel.  

Pada kegiatan Minggu Tanpa Plastik, Robi memaparkan terdapat kekhawatiran besar terhadap kebiasaan penggunaan plastik sekali pakai. Saat ini kebiasaan tersebut telah menjadi bagian dari rantai makanan manusia. Hal tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit di dalam tubuh manusia dan memberi dampak kerusakan besar pada kerusakan alam.

Reporter: Hersa Ajeng Priska, Pradipta Kurniawan, Muhammad Prasetyo

Editor: Armarizki Khoirunnisa D.

Skip to content