HIMMAH ONLINE, Yogyakarta – Dalam rangka memeriahkan ulang tahun Yayasan Sioux yang ke-11, tepatnya pada 23 November 2014, Yayasan Sioux ular Indonesia menyelenggarakan acara dengan mengusung tema “Melangkah Lebih Tegas Upaya Penyelamatan Ular Indonesia”. Acara yang berlangsung pada tanggal 23 November 2014 di Exhibition Hall Taman Pintar Yogyakarta ini dikemas melalui seminar terkait ular yang di dalam seminar tersebut berisi pemahaman mengenai ular dan menampilkan berbagai jenis ular Indonesia yang bertujuan untuk memperkenalkan ular-ular Indonesia. Peserta yang hadir diajak untuk berinteraksi langsung dengan ular. Acara seminar ular ini dimeriahkan oleh penampilan Sense Capoera dan dipandu oleh Heru Gundul yang merupakan pembawa acara Jejak Si Gundul. Selain penyelenggaraan seminar ular, Yayasan Sioux juga menyelenggarakan pameran foto, pameran ular, donor darah, lomba poster nasional dan lomba mewarnai. Namun, acara lomba mewarnai tersebut terpaksa diundur karena kuota belum terpenuhi.
Seminar ular ini merupakan upaya Yayasan Sioux untuk mensosialisasikan dan memberikan pandangan positif terhadap masyarakat terkait ular, karena banyak masyarakat yang beranggapan negatif terhadap hewan melata ini. Masyarakat menganggap ular merupakan hewan yang menakutkan, menjijikkan, perlu dibunuh, dan terdapat mitos-mitos yang mengerikan. Tyas Putri Widyaningrum selaku pemateri menyampaikan bahwa seminar ular ini meluruskan pandangan masyarakat mengenai bagaimana, apa, mengapa, siapa, dan apa saja tentang ular yang diutarakan berdasarkan fakta akurat khasanah ilmu pengetahuan yang ditinjau dari segi logika, ideologi, dan teori yang meliputi pengenalan jenis-jenis ular, persebaran populasi, penanganan gigitan dan sumbangsih keterampilan handling.
Selama 11 tahun terakhir, Yayasan Sioux telah mengidentifikasi 300 spesies ular yang tersebar diseluruh Indonesia dengan menggalakkan program pengembangbiakkan ular dan kampanye “Jangan Bunuh dan Makan Ular”.
Irwan Irmawan, selaku panitia seminar menuturkan bahwa pengenalan masyarakat terhadap ular sebenarnya sangat diperlukan, karena ular merupakan binatang liar berbahaya yang habitatnya terdekat dengan kehidupan manusia, selain itu ular berperan penting bagi kesejahteraan hidup para petani. “Ular masih mengandung banyak sekali keanehan dan merupakan makhluk yang eksotis, unik, indah, menantang dan berbagai ragam spesiesnya,” tambah Irmawan.
Risqi Akbar, selaku Staf Operasional Yayasan Sioux cabang Yogjakarta menjelaskan bahwa kondisi ular di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan karena hampir 50% ular yang ada saat ini diambil dari alam, bukan hasil dari pengembangbiakkan. Oleh karena itu, upaya penyelamatan dan perlindungan ular dari habitat asalnya perlu ditingkatkan. Karena jika populasi ular yang diambil dari alam semakin banyak, maka keseimbangan ekosistem tidak akan tercapai, rantai makanan terputus dan itu berakibat fatal bagi keberlangsungan ekosistem.
Di penghujung acara, Heru Gundul menyimpulkan bahwa keserakahan manusia dengan mengeksploitasi secara besar-besaran terhadap ular akan berdampak pada manusia itu sendiri, karena jika ekosistem di alam tidak seimbang maka akan banyak petani yang dirugikan atas hama tanaman yang berkembang pesat.
Untuk kedepannya Yayasan Sioux mentargetkan mampu memiliki lokasi yang nyaman untuk penangkaran ular dan pengembangbiakkannya. Selain itu Yayasan Sioux juga berupaya melangkah lebih banyak untuk masyarakat dengan melakukan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran-pembelajaran untuk masyarakat.
Salah seorang pengunjung seminar ular, Wiji Nur Astuti mengatakan bahwa ia terdorong rasa takut yang luar biasa terhadap ular. Rasa takut tersebut berhasil mengubah pola pikirnya menjadi rasa ingin tahu akan ular. Menurutnya seminar ular akan tampak lebih menarik bila pengenalan ular dikemas dengan media yang fun, sehingga tidak terlalu berkesan formal dan anak-anak pun bisa ikut dalam pengenalan ular melalui interaksi yang diselingi game-game yang menarik. Wiji berharap setelah mengikuti acara seminar ular ini, ia mampu terbebas dari rasa takut terhadap ular dan anak-anak Indonesia tidak mempunyai anggapan negatif terhadap ular. (Siti Khodijah)