Masyarakat Miskin Kehilangan Akses Pendidikan Tinggi Sebab Biaya Pendidikan  Semakin Mahal

Himmah Online — Social Movement Institute (SMI) mengadakan peluncuran dan bedah buku berjudul “Kampus Hari ini: Mahal, Menindas, Kehilangan Integritas”. Mahasiswa dari berbagai universitas berkumpul di Green House Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, mulai pukul 15.30 hingga waktu berbuka puasa pada Rabu (20/03).

Bedah buku ini dihadiri oleh tiga orang narasumber utama, yaitu Eko Prasetyo selaku penulis, Made Supriatma sebagai peneliti di Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) Singapura, dan Okky Madasari selaku pendiri Omong-Omong Media. 

Eko menjelaskan bahwa buku ini memuat kritik terhadap biaya pendidikan yang semakin mahal. Menurutnya, biaya pendidikan yang mahal menyebabkan masyarakat miskin sulit untuk mengakses jenjang pendidikan, terutama di jenjang perguruan tinggi. 

“Jadi, proses marjinalisasi terjadi. Untuk mereka-mereka yang miskin, sulit sekali mendapatkan hidup di kampus-kampus perguruan tinggi terbaik. Nyaris mustahil, bahkan,” jelas Eko.

Biaya pendidikan yang mahal menyebabkan sulitnya bagi orang miskin untuk mendapatkan kampus-kampus terbaik. 

Hilangnya kesempatan bagi kaum miskin untuk menempuh pendidikan tinggi, membuat mereka semakin termarjinalkan. Mereka terpaksa masuk ke kampus yang tidak terkenal karena di kampus negeri banyak persyaratan-persyaratan yang tidak bisa mereka penuhi.

“Pertama pintar, kedua punya prestasi, terus selanjutnya apa? Panjang sekali persyaratannya, baru disahkan (menjadi) orang miskin,” jelas Eko.

Eko juga memandang kebanyakan orang miskin terpaksa memilih kampus yang tidak terkenal sebab mahalnya biaya pendidikan di kampus terkenal. 

“Coba lihat kampus di Yogya ini, makin nggak terkenal makin banyak orang miskinnya,” ungkap Eko

Selain berada di kampus yang tidak terkenal mereka juga hanya menempati fakultas-fakultas tertentu saja. Mahasiswa miskin banyak menempati fakultas yang notabene bernafaskan akhirat seperti Tafsir dan Hadis.

“Orang kaya, yaa, dunia dan seisinya, kan. Kedokteran lah, Ekonomi lah, Teknik lah,” jelas Eko.

Terlebih lagi, untuk memasuki fakultas kedokteran, tersedia bimbingan belajar khusus kedokteran dengan harga yang mahal. Sehingga masyarakat miskin tak mampu mengikuti bimbingan belajar tersebut.

“Bukan hanya kampusnya (yang mahal), bimbel pun juga gitu,” ujar Eko.

Menurut Eko tidak ada cara lain dalam mengatasi mahalnya biaya kuliah selain protes terhadap kampus yang semakin mahal dan eksploitatif.

“Buku ini didedikasikan untuk teman-teman yang mungkin saat ini sedang meredam amarah atas kampus yang makin lama makin eksploitatif dan makin lama makin lama menindas mahasiswanya,” tutup Eko.

Reporter: Himmah/Saiful Bahri, Ayu Salma Zoraida Kalman, M. Fazil Habibi Ardiansyah

Editor: R. Aria Chandra Prakosa

Skip to content