Himmah Online, Yogyakarta — Selapanan bertajuk “Wisata Budaya Sabtu Kliwon” diselenggarakan Toko Hamzah Batik di kawasan Malioboro pada Sabtu (05/11). Acara yang bertepatan dengan hari kelahiran Jawa pemilik Hamzah Batik sekaligus Mirota rutin diadakan tiap 40 hari sekali di Sabtu Kliwon.
Aru (51), salah satu karyawan Hamzah Batik menjelaskan bahwa dulu acara ini diadakan setiap Selasa Wage. Namun, setelah pandemi, pelaksanaannya diubah menjadi bertepatan dengan weton dari Kanjeng Nindyo.
“Ini, ‘kan, pas neton-nya (red–weton) yang punya Mirota ini, Sabtu Kliwon. Kalau sebelum ini kan dulu Selasa Wage, sekarang dipaskan hari yang neton-nya (red–weton) Kanjeng Nindyo,” ujar Aru.
Arak-arakan nasi tumpeng, sedekah makanan, hingga berbagi jamu gendong dilaksanakan mulai pukul sebelas siang sampai pukul lima sore. Acara yang terbuka untuk umum ini, mayoritas pengunjungnya adalah wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pagelaran yang diadakan secara rutin merupakan perwujudan dari visi Hamzah Batik, yaitu aksi, atraksi, dan edukasi budaya Jawa.
“Soalnya misi kita ‘kan pusat aksi, atraksi, dan edukasi budaya Jawa. Sesuai dengan misi perusahaan Hamzah Batik, tapi, ya, atraksi, ada edukasi, ada budayanya,” pungkas Aru.
Selain arak-arakan, sedekah makanan, dan berbagi jamu gendong, melukis batik sebagai bentuk edukasi kepada pengunjung juga menjadi bagian dari rangkaian acara.
Menurut Sidiq (25) yang juga merupakan salah satu karyawan Hamzah Batik sekaligus pemegang sub acara edukasi batik, pengunjung yang mengikuti kegiatan melukis batik mencapai puluhan.
“Kalau untuk batik itu bisa sampai 50-an lebih,” jelas Sidiq.
Selain itu, Hamzah Batik juga memberikan tantangan bagi para pengunjung mengikuti lomba seperti menggulung stagen (Red—korset), mewiru kain jarik, serta minum jamu brotowali yang terkenal pahit.
Atraksi budaya diwujudkan dengan pementasan berbagai tarian tradisional. Tarian yang diiringi lagu Sinanggar Tulo dipilih sebagai representasi dari budaya selain Jawa. Selain penampilan tari tradisional, pertunjukan musik tradisional seperti siter pun mengiringi acara hingga usai.
Tak hanya itu, ada juga peragaan busana yang diikuti oleh sekelompok ibu-ibu yang mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Mereka tergabung dalam Komunitas Sanggul Nusantara.
Rangkaian acara yang terdiri dari aksi, atraksi, dan edukasi budaya Jawa menarik perhatian wisatawan. Intan (34), salah satu wisatawan yang berasal dari Tangerang merasa bahwa kegiatan seperti ini menarik untuk dijadikan destinasi wisata.
“Semoga Jogja bisa menjadi salah satu destinasi tempat wisata yang cagar budayanya tetap terjaga untuk mempertahankan tradisi, begitu juga dengan daerah-daerah lain selain Jogja,” tutur Intan.
Reporter: Magang Himmah/Fatimah Aulia, Jihan Nabilah, R. Aria Chandra Prakosa
Editor: Nadya Auriga D.