Himmah Online, Kampus Terpadu – Senin, 15 Juli 2019 komunitas Srikandi Universitas Islam Indonesia (Srikandi UII) bersama dengan Samsara menyelenggarakan diskusi dan workshop dengan mengangkat tema “Mitos dan Fakta Kesehatan Seksual dan Reproduksi.” Kegiatan ini berlangsung di salah satu kedai kopi di jalan Kaliurang, kilometer 9.
Fadillah Adkiras – Ketua Umum Srikandi UII – mengatakan bahwa diskusi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terkait Sex Education. Menurutnya di Indonesia sangat minim pembahasan terkait hal tersebut.
“Pada dasarnya sih kita ingin memberikan pembelajaran tentang Sex Education kepada teman-teman, karena hal ini masih di anggap tabu oleh orang-orang,” ujar perempuan yang akrap disapa Dila tersebut.
Sejalan dengan pernyataan Dilla, Erni Abdul Haji yang akrab disapa Erni dari Samsara selaku pemateri beranggapan bahwa, pembelajaran tentang pendidikan seksual itu sangatlah penting, sebab mulai banyaknya modus pelecehan seksual hanya dengan pendekatan psikologis.
Erni menjelaskan, salah satu bentuk pendidikan seksual adalah membantah mitos-mitos seksualitas yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi yang beredar dimasyarakat lalu dipercayai dan dianut oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia.
“Pertama kali melakukan hubungan seksual dan tidak keluar darah itu berarti sudah tidak perawan, padahal kan belum tentu seperti itu, itu hanya sebuah Mitos yang masyarakat Indonesia amini saat ini,” jelas perempuan asal Ternate tersebut.
Bahkan menurut Erni pun, keperawanan itu tidak ada. Karena tidak dapat di deteksi seperti apa perawan atau tidak perawan itu. “kalau dalam mitos itu kan untuk yang sudah tidak memiliki selaput dara itu sudah tidak perawan, padahal kan bisa saja kalau dia memang sejak lahir tidak memiliki selaput dara,” jelasnya
Pendidikan Seksual yang Dianggap Tabu.
Selain mitos seksualitas, Erni juga menekan kan tentang pentingnya pendidikan seksual sejak dini. Karena jika anak-anak belum diberikan pemahaman terkait pendidikan seksual, maka mereka akan mencoba untuk mencari tahu bahkan mencoba untuk melakukannya. “Anak-anak sekarang banyak yang sudah hamil diluar nikah karena minimnya pembelajaran tentang Seks Education itu sendiri,” imbuhnya.
Erni menilai, masyarakat kita saat ini beranggapan bahwa ketika anak-anak kita diberikan pemahaman tentang seks, mereka masih belum cukup umur, padahal mereka sudah seharusnya mengetahui bagian mana yang boleh disentuh dan bagian mana yang tidak boleh disentuh.
Itulah mengapa, menurut Erni, pada saat ini banyak anak-anak yang mengalami pelecehan bahkan kekerasan seksual tidak berani mengungkapkan, karena hal tersebut dianggap tabu untuk dibicarakan. “Mereka takut untuk mengungkapkan karena mereka belum mengetahui mana yang boleh dan mana yang tidak boleh,” terang Erni.
Selain Erni, pembicara lain dari Samsara; Naris, menyampaikan bahwa dia sangat menyayangkan pada sikap institusi pemberi layanan kesehatan. Menurutnya, ketika seorang perempuan yang berusaha untuk berkonsultasi terkait seksualitas dan reproduksi, malah diberikan pertanyaan yang membuat mental si pasien menjadi tidak baik, seperti “kok umur segini sudah hamil? Atau suaminya kemana?.”
Baca juga: Aksi Diam, Maraknya Pelecehan Seksual Terhadap Anak
Padahal menurut Naris, mereka hanya berusaha untuk melakukan konsultasi terkait terlambatnya datang bulan atau jadwal datang bulan yang berantakan.
“Maka dari itu banyak anak-anak yang enggan untuk mendatangi institusi pemberi layanan kesehatan karna mereka tahu bahwa nantinya hanya memberikan dampak psikologis yang buruk bagi mereka,” tutur perempuan dengan nama asli Woro Narriswari itu.
Setelah sesi diskusi dan workshop selesai, kepada himmahonline.id Dilla mengatakan, bahwa dia berharap para peserta diskusi nantinya dapat lebih menjaga diri mereka dari tindak kekerasan seksual dan juga dengan adanya diskusi ini, mereka bisa lebih membuka wawasan tentang kesehatan reproduksi seksual.
Mengakhir sesi wawancara, Dilla menyampaikan bahwa Srikandi UII merupakan sebuah kelompok yang berfokus pada pemberian pemahaman tentang hak-hak perempuan di lingkungan UII. “Kita mencoba menghadirkan diskusi tentang hak-hak perempuan di kampus,” pungkasnya. (AMS/ZW)
Penulis: Ananda Muhammad Ismulia
Reporter: Ananda Muhammad Ismulia
Editor: Zikra Wahyudi