Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) tahun 2021, tiga sungai besar yang ada di Pulau Jawa tercemar mikroplastik. Menyikapi hal itu, Ecoton melakukan somasi untuk para gubernur karena dianggap lalai.
Himmah Online–”Kita menguji (kandungan air) di tiga sungai dan di Kepulauan Seribu, kita menemukan ada kandungan mikroplastik dari 20-126/100 liter air,” tutur Prigi dalam diskusi “Somasi untuk Para Gubernur sebagai Tanggung Jawab atas Krisis Air Sungai dan Sampah di Pulau Jawa,” yang diselenggarakan oleh Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), pada Minggu (12/04) melalui media telekonferensi Zoom.
Mikroplastik merupakan serpihan plastik berukuran kurang dari 5 milimeter, yang memiliki beberapa jenis seperti fiber, foam, fragmen, dan filamen.
Prigi Arisandi selaku Direktur Eksekutif Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation) menyebutkan jenis mikroplastik yang banyak ditemukan di Pulau Jawa yakni fiber, filamen, dan fragmen.
“Yang banyak ditemukan di Pulau Jawa ini adalah jenis fiber, fiber ini jenis benang-benang berasal dari limbah domestik dan limbah dari pabrik tekstil, dan yang kedua adalah jenis filamen, dan fragmen cuilan-cuilan plastik,” ungkap Prigi.
Prigi juga menyampaikan selain limbah domestik, pabrik juga berperan dalam menyumbang mikroplastik dari limbah yang dihasilkan.
Selain itu, berdasarkan data penelitian Ecoton tahun 2021, diperoleh data bahwa Sungai Ciliwung menempati posisi pertama dengan kandungan partikel mikroplastik tertinggi yakni 198/100 liter air.
Dilanjut Sungai Citarum dengan kandungan partikel mikroplastik 121/100 liter air, Sungai Brantas dengan kandungan partikel mikroplastik 107/100 liter air, dan Sungai Bengawan Solo dengan kandungan partikel mikroplastik 98/100 liter air, yang pengambilan sampel tersebut dilakukan di tiga titik yang berbeda pada setiap sungai.
Prigi juga mengatakan ditemukan sebesar 75% dari perairan di Pulau Jawa mengandung mikroplastik daripada plankton, dengan ditemukan ratusan mikroplastik dalam tubuh satu ekor ikan.
Prigi menyampaikan bahwa hal tersebut makin mengkhawatirkan dengan hasil penelitian Ecoton pada tubuh manusia di Pulau Jawa. Khususnya di sekitar Sungai Ciliwung, Citarum, Bengawan Solo, dan Brantas dengan ditemukan rata-rata 17-20 partikel mikroplastik dari 103 sampel kotoran manusia seberat 10 gram.
Prigi menyampaikan hasil penemuan dari Ecoton bahwa sungai-sungai besar di Pulau Jawa selalu ditemukan sampah plastik disebabkan pola perilaku masyarakat yang masih membuang sampah di sungai.
“Setiap perjalanan kami (Ecoton) di semua sungai ya di Jawa ini, kita menemukan sachet, tas kresek, sterofoam, sedotan, botol, popok, celana dalam, dan kasur, yang masih membuang sampah plastiknya (masyarakat) ke sungai,” tutur Prigi.
Menurut Rahyang Nusantara selaku Co-Coordinator Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), menyampaikan selain dari pola perilaku masyarakat, produsen yang masih menggunakan sachet dalam pengemasan produk juga harus ikut andil dalam permasalahan ini.
“Produsen yang menggunakan sachet dalam pengemasan produknya dia juga harus bertanggung jawab, jangan lagi menyalahkan konsumen karena konsumen selalu buang sampah sembarangan,” jelas Rahyang.
Menurut Prigi dari semua permasalahan yang terjadi, menjadi tuntutan terhadap gubernur di Pulau Jawa yang lalai dalam pengelolaan sampah dan sungai-sungai penting, yang menjadi suplai irigasi bagi 50% stok pangan nasional, dan juga bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
“Maka kita (Ecoton) menggugat tiga gubernur ini (Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), dengan alasan mereka membiarkan tidak mengelola sampah dengan baik dan membiarkan industri membuang limbah tanpa diolah,” tegas Prigi.
Reporter: Nisa Widi Astuti
Editor: Zumrotul Ina Ulfiati