Himmah Online, Kampus Terpadu – Hajar Pamadhi masih mengingat betul kejadian saat mengikuti sayembara pembuatan lambang atau logo Universitas Islam Indonesia (UII) di sekitar rentang tahun 1975 sampai 1977. Lambang ciptaan Hajar menjadi pemenang dan ditetapkan serta digunakan sebagai atribut resmi UII sampai sekarang.
Hajar mengikuti sayembara tersebut saat masih kuliah semester lima di IKIP Yogyakarta (saat ini namanya berubah menjadi UNY). Ia didorong Amri Yahya, seorang pelukis terkenal saat itu untuk mengikuti sayembara tersebut. “Saya buat dua dan dua-duanya masuk, kalau tidak keliru yang ikut waktu itu 58 atau 85 peserta,” ingat Hajar. Jumlah logo yang masuk disaring menjadi lima terpilih untuk dipresentasikan di depan panitia.
Logo ciptaannya diumumkan sebagai pemenang pada tahun 1976. Hajar diundang oleh Badan Wakaf UII di tahun selanjutnya untuk penandatanganan kontrak penyerahan lambang ciptaanya.
“Saya diundang untuk menandatangani kontrak kalau (lambang-red) itu milik UII, jadi bukan milik saya tetapi UII saya anggap lembaga yang bagus, karena saya tetap dinyatakan sebagai pencipta karena HaKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) itu tetap di saya,” ungkap Hajar yang sekarang menjadi dosen Pendidikan Seni Rupa UNY.
Menurut Hajar, proses penyerahan penetapan logo memakan waktu, karena masih ada orang-orang tua di Badan Wakaf yang masih mempertahankan lambang yang lama maupun pengusulan lambang dari beberapa pengurus Badan Wakaf yang lain. Namun, Badan Wakaf menetapkan bahwa lambang yang akan digunakan UII berasal dari pemenang sayembara tersebut.
“Tahun 77 jam 9 pagi saya dipanggil mendapat hadiah dari pak Prabuningrat. Kalau tidak keliru saya dapat 150 ribu, saya beli sepeda motor Yamaha second sama macam-macamlah,” ucap Hajar yang saat menerima hadiah sudah menjadi sarjana.
Hajar Pamadhi, pemenang sayembara penciptaan lambang UII pada tahun 1977 saat ditemui di Museum Pendidikan Indonesia, Universitas Negri Yogyakarta (18/5). Selain lambang, Hajar juga pencipta Universitas Islam Indonesia Font.(Foto oleh: Himmah/Nurcholis Maarif)
Dari mana inspirasi Hajar menciptkana lambang UII?
Inspirasi Hajar dalam menciptakan lambang UII didapatkan saat kuliah seni rupa Islam. Begitu dapat sejarah, ia diminta untuk membuat logo tersebut. “Waktu itu saya suka dengan konsep Masjid Haghia Sophia di Turki,” ungkapnya.
Logo UII dengan warna latar biru terinspirasi dari masjid yang berwarna biru. Biru itu kedalaman dan ketenangan. Dalam Islam, beberapa ornamen dibuat berwarna biru untuk menggambarkan karakter bayangan karena adanya larangan menggambarkan makhluk hidup. Warna biru di langit-langit Masjid Haghia Sophia membuat orang lebih cepat berkonsentrasi. Konsep tersebut Hajar dapatkan dari Sudarso, dosennya dari ISI.
Hajar mengakui terdapat kesalahan dalam tulisan arab di lambang UII karena saat itu kurang pintar dalam khat. Tulisan arabnya dibenarkan oleh Baroroh Barik, dosen Sejarah Islam dari UGM saat itu. Hajar memang seorang desainer. Selain lambang UII, Hajar juga telah menciptakan lambang Semen Gresik lalu selanjutnya lambang UNY.
Beberapa tahun selanjutnya, Hajar juga dihubungi pihak UII untuk menyerahkan font dalam ornamen yang mengitari lambang UII. Font yang tadinya bernama “Hajaric Font” diambil dari namanya, sekarang berubah menjadi “Universitas Islam Indonesia Font.”
“Jadi, saya mencipta logo dan font sekaligus. Terus saya ditanya mau minta berapa? Saya hanya minta surat HaKI ke saya. Saya telah menyerahkan dan tanda tangan di atas materai untuk diserahkan (kepada UII) dengan ikhlas,” pungkas Hajar.
Dua Lambang Lain yang Pernah Digunakan UII
Menurut buku Sejarah & Dinamika Universitas Islam Indonesia, lambang atau logo UII yang secara resmi dipakai pertama kali adalah yang pernah dipilih berdasarkan sayembara yang diadakan Rektor UII, Kasmat Bahuwinangun pada tahun 1962. Lambang itu berbentuk perisai penuh dengan gambar-gambar yang mencerminkan kerukunan semua organisasi Islam di Indonesia.
Lambang itu merupakan pilihan juri sayembara yang diadakan khusus dan merupakan karya dari UII cabang Purwokerto yang waktu itu dipimpin oleh HOS Notosuryo. Saat itu, di tahun tersebut sampai 1970-an UII tercatat untuk tingkat pusat dengan cabang-cabangnya di berbagai daerah mempunyai tidak kurang dari 22 fakultas.
Setelah beberapa lama dipakai dan terpampang secara resmi di dalam ijazah UII, lambang tersebut dianggap terlalu rumit dan tidak praktis, sehingga tidak dipakai atau ditolak.
Keluarga Mahasiswa (KM) UII menjelang akhir tahun 1960-an sudah tidak mempergunakan lagi lambang tersebut dan membuat lambang sendiri yang lebih praktis. Lambang ciptaaan KM UII itu kemudian dipakai secara resmi dalam kop-kop surat dari kegiatan-kegiatan lembaga kemahasiswaan.
Keinginan untuk memiliki dan memakai lambang resmi terus muncul. KM dan keluarga alumni UII mengusulkan agar lambang resmi tersebut segera diwujudkan melalui suatu sayembara.
Pada tahun 1976 dibentuklah satu tim yang bertugas membuat lambang UII melalui sayembara. ketua tim tersebut adalah Budi Sudjijono yang dibantu oleh beberapa orang dari UII. Pada tahun 1977, tim tersebut dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. lambang UII akhirnya dipilih melalui sayembara yang dimenangkan oleh Hajar Pamudhi. Selain lambang, tim tersebut juga menghasilkan himne UII yang diciptakan Suhadi.
Kemudian pada tahun 1978 selanjutnya dibuatlah toga dan bendera UII, baik untuk tingkat universitas maupun untuk fakultas-fakultas. Pada tahun ini pula dimulai wisuda sarjana yang diselenggarakan secara resmi dalam sidang senat terbuka universitas. Sebelumnya, UII tidak mengenal wisuda sarjana. Pemberitahuan kelulusan sekaligus pelepasan waktu itu dikenal dengan istilah “dipanggil ke masjid.” Kemudian mereka yang lulus dipanggil satu per satu untuk sujud syukur.
Kini, aturan penggunaan lambang UII diatur dalam Panduan Penggunaan Merek (branding guidelines) UII yang telah ada sejak tahun 2014.
Reporter: Nurcholis Maarif
Editor: Regita Amelia Cahyani