Umar bin Khattab Menghadapi Perdebatan Saat Kolera Syam

Wabah penyakit seperti pandemi Covid-19 saat ini pernah terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, tepatnya pada bulan Rabiul Awal tahun ke-8 Hijriah. 

Dalam kitab Ash-Shahihain dijelaskan, Khalifah Umar bin Khattab ingin pergi ke negeri Syam yang baru saja dikuasai Islam kala itu. 

Tiba di daerah Syargh, Umar bertemu dengan Abu Ubaidah Al Jarrah, seorang Gubernur Syargh, yang bercerita bahwa Syam tengah didera wabah Kolera. Mendengar cerita itu, Umar berhenti namun tak langsung pulang juga.

Khalifah Umar selanjutnya menggelar musyawarah, “Panggillah orang-orang Muhajirin pertama!” Begitu pintanya. 

Singa Padang Pasir itu lantas bertanya apakah perjalanan yang mereka lakukan sebaiknya dilanjutkan atau kembali ke Madinah saja. Perbedaan pendapat muncul dalam musyawarah ini. 

Sebagian kaum Muhajirin menyarankan Umar bin Khattab untuk melanjutkan perjalanan dengan pertimbangan jika seorang Umar telah memutuskan pergi ke suatu tempat, maka pasti telah ada tujuan tertentu yang harus digapai. 

Namun, sebagian melarang Khalifah Umar beserta rombongan memasuki Syam agar tidak terserang penyakit. Titik terang tak nampak, Umar pun kembali memanggil kaum Anshar. Sayangnya, hasilnya pun sama, semua berdebat.

Abdullah Ibnu Abbas seperti diriwayatkan dalam hadis Abdurrahman bin Auf menceritakan bahwa ketika itu Umar akhirnya meminta dipanggilkan beberapa sesepuh Quraisy. 

“Sudah lah, akhiri perdebatan ini! Kalau begitu, sekarang hadirkan pembesar-pembesar Quraisy yang berhijrah di masa pembebasan Makkah,” kata Umar.

Ibnu Abbas yang memanggil tokoh Quraisy itu pun hanya menemukan dua orang saja yang tersisa. Mereka menyarankan agar Umar mengurungkan niatnya.  

“Menurut kami, engkau beserta orang-orang yang bersamamu sebaiknya kembali ke Madinah dan janganlah engkau bawa mereka ke tempat yang terjangkit penyakit itu,” ujar sesepuh Quraisy. 

Umar akhirnya memantapkan hati dan akhirnya mengumumkan bahwa ia dan rombongannya akan segera kembali ke Madinah. Keputusan ini tak langsung diterima begitu saja. 

Abu Ubaidah kembali menanyakan apakah Khalifah Umar sebenarnya ingin melarikan diri dari ketentuan Allah. Umar kemudian membalas bahwa dirinya memang melarikan diri dari ketentuan Allah, namun ia akan menuju ketentuan Rabb-nya yang lain. 

“Tidakkah engkau melihat, seandainya saja engkau memiliki unta dan lewat di suatu lembah dan menemukan dua tempat untamu; yang pertama subur dan yang kedua gersang. Bukankah ketika engkau memelihara unta itu di tempat yang subur, berarti itu adalah takdir Allah. Demikian juga apabila engkau memeliharanya di tempat yang gersang, apakah itu juga takdir Allah?” Tanya Umar kepada Abu Ubaidah.

Umar yang tengah meyakinkan Abu Ubaidah, tiba-tiba mendapat penguatan saat Abdurrahman bin Auf datang menghampiri. Ia berkata bahwa ia mengetahui dan pernah mendengar masalah ini. 

Nabi Muhammad SAW menurutnya pernah bersabda, “Jika kalian berada di suatu tempat (yang terserang wabah), maka janganlah kalian keluar darinya. Apabila kalian mendengar wabah itu di suatu tempat, maka janganlah kalian mendatanginya.” 

Abu Ubaidah akhirnya memahami dan menerima keputusan yang dipilih Umar. Ia pun kemudian diminta oleh Khalifah Umar meninggalkan Syargh dan menjauhi Syam. 

Sayangnya, Ia menolak dan berakhir terkena penyakit kolera juga. Tak main-main, penyakit ini membuat dirinya meninggal dunia.

Wabah kolera di Syam baru bisa ditangani saat masa Amr bin Ash menjadi gubernur. Amr membuat kebijakan isolasi diri di mana ia memisahkan orang yang sehat dengan orang terjangkit. Dari kebijakan ini, wabah lambat laun menurun dan Syam kembali normal. 

Penulis: Janneta Filza A.

Editor: Muhammad Prasetyo

Skip to content