Ada empat golongan yang tidak akan terpisahkan untuk melawan penindasan; Buruh, Tani, Mahasiswa, dan Kaum Miskin Kota. Jika ketiga golongan tersebut bersatu sungguh merupakan ancaman bagi para penguasa. Reformasi yang terjadi 20 tahun yang lalu adalah bukti yang nyata, bagaimana tiga golongan tersebut bahu membahu merobohkan rezim otoriter orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun itu. Anging segar demokrasi mulai berhembus dan situasi berubah menjadi lebih terbuka.
Namun hari ini, setelah 20 tahun peristiwa tersebut berlalu perjuangan serupa tampaknya hanya akan menjadi nostalgia masa lalu. Ketika mahasiswa sudah terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri dan enggan untuk ikut turun ke jalan. Padahal jika mereka sadar, kelak ketika telah lulus pun, maka akan menjadi buruh jualah mereka. Buruh pun demikian, para elit-elit serikat buruh hanya memanfaatkan para buruh untuk kepentingan pragmatis semata namun melupakan hal penting apa yang harus diperjuangkan. Maka makin meranalah hidup kaum miskin kota yang tidak mampu berbuat apa-apa.
Namun kita masih punya secercah harapan untuk kembali merebut kemenangan yang sudah sepantasnya berada di pihak kita. Maka May Day ini adalah sebuah momentum. Momentum bagi kita bersama untuk kembali merekatkan simpul-simpul tadi kendor menjadi erat kembali. Meskipun dulu May Day ada karena gerekan buruh, namun hari ini May Day bukanlah milik buruh seorang. May Day adalah hari raya bagi mereka yang melawan dan menginginkan keadilan.
Pada sejatinya May Day bukanlah sebuah makan malam lezat yang begitu saja tersaji di atas meja, ia adalah hasil perjuangan dan keringat. Oleh karena itu May Day adalah momen untuk melakukan intifada terhadap sistem busuk bernama Kapitalisme itu. Tidak ada satupun yang diperoleh secara cuma-cuma. Tidak seperti para kapitalis yang malas dan sebenarnya tidak berguna, yang kerjanya hanya menghitung-hitung uang milik mereka. Tugas kita adalah merebut kekayaan tadi dari tangan para kapitalis untuk kemudian dipergunakan untuk kesejahteraan semua kelas.
Maka buatlah May Day kali ini berbeda. Sudah saatnya Buruh, Tani, Mahasiswa, dan kaum miskin kota untuk kembali menggelorakan semangat perlawanan bersama. May Day bukan hanya sekedar seremoni turun ke jalan belaka. May Day adalah simbol untuk untuk menyampaikan pesan perlawanan dari kita kepada para penguasa yang semena-mena mencerabut hak-hak yang semestinya menjadi milik kita.
Maka sepatutnya berbanggalah kita pada May Day ini. Jadikan May Day ini milik kita! Namun jangan kita berhenti disini saja, karena masih ada hari esok. Karena esok adalah milik kita, juga lusa adalah milik kita. Hingga akhir sejarah adalah milik kita.