FOMO, Rasa Cemas Ketinggalan Tren di Medsos

Fenomena FOMO atau Fear of Missing Out merupakan ketakutan tertinggal informasi atau momen yang terlihat di sosial media. Menurut studi tahun 2013 yang terbit dalam jurnal Computer in Human Behavior, masyarakat yang memiliki tingkat FOMO yang tinggi akan merasa kurang terhubung dengan kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut dapat terlihat ketika melihat unggahan seseorang di sosial media akan membuat orang-orang yang dalam kondisi ini jadi mempertanyakan kemampuan diri sendiri dan hidupnya. Mereka percaya bahwa pengalaman, kesuksesan, dan kebahagiaan menarik orang lain yang tidak dimiliki akan membuat hidup mereka jadi lebih menyedihkan. Jadi hal tersebut dapat mempengaruhi cara pandang mereka mengenai kehidupan yang ideal.

Penelitian yang dilakukan oleh JWTIntelligence, menunjukkan bahwa sebanyak 40% pengguna Internet di dunia mengalami masalah ini dan cenderung besar terjadi pada kalangan remaja dan dewasa awal seperti mahasiswa. Mahasiswa yang berusia 18-25 tahun adalah kelompok yang sedang mengalami dinamika psikologis. 

Gezgin dalam jurnalnya, menjelaskan bahwa individu yang mengidap FOMO memiliki durasi 5-7 jam ke atas dalam mengakses media sosial. Mahasiswa tersebut ingin tahu kegiatan teman-temannya di media sosial, karena pengidap FOMO memiliki perasaan ketakutan ketika kehilangan momen berharga. 

Terdapat tiga indikator FOMO, yaitu ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan. Rasa takut mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik.  

FOMO yang berkepanjangan  membuat seseorang merasa stres, insecure atas pencapaian diri sendiri, mengganggu produktivitas, mempengaruhi kebiasaan tidur, dan bahkan sampai bertindak impulsif hanya untuk merasakan bahwa dirinya tidak tertinggal dari orang lain.

Mengutip dari Kementrian Kesehatan, terdapat beberapa cara untuk mengelola FOMO dengan tepat. Mulai dari fokus pada diri sendiri, membatasi penggunaan media sosial dan gadget, mencari koneksi nyata, dan menghargai diri sendiri. 

Serial Laporan Khusus:

Skip to content