Mbah Harjo sedang menyayat bilah bambu. Ia adalah satu dari pengrajin mainan tradisional di Dusun Pandes, Desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul. Desa itu dikenal dengan “Desa Dolanan”. Sejak kecil para pengrajin di desa Pandes sudah memproduksi berbagai jenis mainan. Seperti kitiran, otok-otok, kandang dan wayang-wayangan. Mereka membuat semua mainan itu berbekal ilmu yang diberikan oleh orang tua. Hingga saat ini kegiatan memproduksi mainan tradisinal menjadi sumber penghasilan mereka.
Para pengrajin mainan harus melakukan proses dari awal produksi hingga siap jual dengan hanya bermodalkan piranti-piranti uzur peninggalan orang tua mereka. Bambu seharga tiga ribu rupiah mereka olah menjadi bahan dasar rangka mainan. Butir nasi digunakan sebagai lem untuk menempelkan kertas ke rangka payung-payungan. Mereka merekatkan satu demi satu ujung-ujung rangka dengan kertas yang telah diberi pewarna.
Setelah mainan usai dibuat bukan berarti rupiah akan langsung di tangan. Lantaran mereka harus menanti tengkulak yang akan membeli mainan. Akan tetapi para tengkulak pun tidak tentu datangnya. Biasanya dalam satu minggu tengkulak hanya datang sesekali saja. Meskipun begitu, mereka tetap bertahan dengan pekerjaannya. “Sudah tidak ada kerjaan lain mas, pekerjaan saya ya ini,“ tutur mbah Harjo salah satu pengrajin mainan.
Narasi oleh: Revangga Twin T.
Langkah Akhir | Aldino Friga P. S.
Siap Jual | Aldino Friga P. S.
Terpajang Rapi | Aldino Friga P. S.