Rabu, 30 Mei 2018 Rektorat Universitas Islam Indonesia (UII) dan Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) UII menerbitkan Surat Keputusan (SK) pencairan kembali Lembaga Khusus Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Unisi.
Sebelumnya, Mapala Unisi dibekukan oleh rektorat dan DPM UII karena ditemukan ada pelanggaran yang dilakukan Mapala Unisi dalam kegiatan Pendidikan Dasar (diksar) The Great Camping (TGC) ke-37 yang dilaksanakan pada 13 Januari 2017 lalu.
Tiga peserta TGC ke-37 yang merupakan mahasiswa UII meninggal dunia (baca kronologinya di KOBARKobari edisi 182 tahun 2017). Harsoyo selaku Rektor UII dan Abdul Jamil selaku wakil rektor III saat itu mengundurkan diri atas dasar rasa tanggung jawab moral.
Reporter Himmahonline.id menemui Imam Noor Rizky, Ketua Umum Mapala Unisi periode 2016/2018 Pada tanggal 3 Juni 2018 di Kopi Merapi Gohwa. Imam bercerita dari proses pengaktifan kembali, menghadapi tekanan publik, hukuman yang didapat anggota, dan harapan Mapala Unisi ke depannya.
***
Apa yang dilakukan Mapala Unisi sejak dibekukan sampai diaktifkan kembali?
Sebenarnya banyak sih yang dilakukan. Kalau kegiatan Mapalanya sendiri sejak dibekukan, kita fokus buat peserta diksar kemarin yang masuk rumah sakit dan yang berjalan. Di samping itu Mapala juga berkegiatan di kegiatan sosialnya, Safari Ramadan pas bulan puasa itu ke desa mitra kerja.
Jadi Mapala Unisi punya enam desa. Kegiatannya buka bersama, tarawih bareng, terus Iduladha juga kemarin tahun 2017 di Selo. Terus ada bencana alam yang banjir di Bantul sama di Pacitan, itu kita nurunin relawan juga buat bantu gitu. Masuk 2018, sama sih, Safari Ramadan.
Selain Safari Ramadan 2018?
Ya ngurusin pencairan Mapala, terkait administrasinya, sambil memperbaiki sistem di Mapala. Kalau ada yang kurang ditambahin, yang kurang bagus dibagusin. Kan di SK pembekuan itu ada syarat apa saja yang harus dilakukan Mapala Unisi untuk perbaikan. Kita berkaca dari situ. Terus di SK pengaktifan kembali Mapala, itu masih lumayan juga catatan-catatannya.
Apakah ada pembentukan tim reevaluasi?
Kalau pembentukan tim ada, di luar pengurus sih sebenarnya. Namanya Crisis Center Mapala Unisi.
Siapa koordinatornya?
Koordinatornya dari anggota juga, Bahtiar Nur Rohman. Jadi kan kita ini enggak boleh berkegiatan membawa nama Mapala Unisi nih, selain kegiatan sosial. Jadi ya sudah kita ada alumni yang sudah lulus yang bantuin juga.
Pada tahun ini terdapat pergantian rektor dan DPM UII, apakah ada pengaruh untuk pengaktifan kembali Mapala Unisi?
Kalau pengaruhnya lebih ke DPM sih, soalnya kita kan menganut sistem SG. Maksudnya, lebih komunikasi langsung dimana demisioner kemarin itu sudah buat SK terkait syarat pencairan dan itu sudah kita penuhi semua. Lalu beda pimpinan kan beda kebijakan, jadi ada beberapa poin yang ditambah. Ada ya, diubahlah gitu.
Perubahannya signifikan buat Mapala Unisi?
Lumayan. Ya agak ribet dikitlah.
Apa saja hal yang meribetkan saat pengaktifan kembali Mapala Unisi?
Banyak sih. Apa yang ada sangkut pautnya sama Mapala itu pasti dibahas. Entah terkait SOP, isi dari AD/ART kami lah.
Yang paling meribetkan?
Kasarnya kalau enggak ada kepentingan apa, cair ya cair.
Berarti ada suatu kepentingan gitu?
Enggak tahu mereka.
Mereka ini DPM UII?
Ya DPM dan rektorat kan yang berhak mencairkan. Ya kan dua-duanya berhubungan gitu buat pencairannya.
Berarti dua-duanya?
Saya sebut saja dua-duanya. Kalau student government, berarti saya nyebut DPM doang. Rektorat enggak ada sangkut pautnya.
Ini personal atau dari sudut pandang Mapala?
Saya personal dong. Begini saja deh, DPM demisioner kemarin membekukan kami, habis itu mengeluarkan syarat pencairan. Kita penuhin syarat pencairannya, setidaknya tinggal disahkan. Lalu DPM demisioner yang kemarin sudah digantikan nih sama legislatif yang baru, artinya tinggal disahkan dong. Oh Mapala cair, cap, cair. Ini kan enggak, dibahas lagi, diputar lagi dari awal. Putar-putar, enggak jelas. Beda pemimpin, beda cara lah.
Bagaimana alokasi dana operasional Mapala Unisi selama masa pembekuan?
Ke mereka lah (DPM UII — red). Kalau ditanya uangnya dikemanain, ya tanya mereka.
Lalu peran Mapala Unisi di Sidang Umum kemarin?
Kemarin kan dari tim BPnya sendiri, hak suara Mapala dicabut karena statusnya dibekukan. Tidak ada hak suara, Cuma sebagai pengunjung lah, cuma duduk manis saja. Jadi kan kemarin kita sempat perjuangin hak suaranya Mapala, tapi ya kalah power. Cuma sampai pembahasan tatib. Tatib disahkan, sudah.
Kalau peran dalam pembuatan Peraturan Keluarga Mahasiswa (PKM)?
Enggak ada sih.
Kemarin ada mengirim surat Musyawarah Anggota (musang) ke Himmah dan acaranya tidak jadi, mengapa?
Jadi kan kemarin kami sempat mau musyawarah anggota buat pergantian pengurus di bulan April. Sebelum itu ada pertemuan sama rektorat dan DPM, forum sarasehan. Di situ ada closing statement dari rektor bahwasanya Mapala tidak boleh mengadakan kegiatan membawa nama Mapala Unisi. Jadi kami mengartikan Musang ini Mapala Unisi juga kan namanya. Jadi ya sudah kita pending dulu.
Dipendingnya sampai kapan?
Belum tahu sampai kapan, tapi insyaAllah dalam waktu dekat mau mengadakan musyawarah.
Masih menjalin hubungan dengan Pak Harsoyo dan Pak Jamil?
Alhamdulillah masih. Masih ada silaturahmi juga.
Bagaimana dengan anggota Mapala Unisi yang diproses hukum, berapa orang?
Total ada delapan.
Mapala Unisi ikut mengawal proses hukumnya?
Iyalah, sampai penasihat hukumnya dari Mapala juga, alumni.
Kalau dari rektorat hukumannya apa saja?
Sanksi akademik, sih. Sanksi akademiknya kan ada dua macam, skorsing sama drop out (DO). Total ada 19, kalau enggak salah, orang itu sudah yang DO sama yang skorsing.
Yang skorsing berapa? Yang DO berapa?
Seingetku yang skorsing antara 9 atau 10 sih, sisanya DO.
Kalau dari Mapala Unisi sendiri hukumannya?
Kalau dari kami, enggak ada hukuman sih. Soalnya sudah cukup kami rasa sanksi akademik, sanksi sosial, sanksi hukum. Kita soalnya enggak ngatur terkait pemecatan anggota dari organisasi. Yang mau aktif pun enggak ada paksaan gitu. Kami kan memandangnya itu sebuah kecelakaan, bukan niatnya mau kayak gitu. Kecuali niatnya mau, mohon maaf, pembunuhan, gitu. Itu kan jelas gitu.
Kalau hubungan dengan keluarga korban?
Ya masih komunikasi.
Setelah diaktifkan kembali, apa kegiatan terdekat yang akan dilakukan Mapala Unisi?
Setelah pengaktifkan, hari sabtu kemarin kan Safari Ramadan yang terakhir. Terus musyawarah anggota.
Kalau kegiatan jangka panjang?
Untuk jangka panjang belum kita rancang sih. Mungkin setelah musyawarah atau ketika musyawarah. Yang jelas kan kita dari SK pengaktifkan kembali, ada catatan tuh, nah itu yang mau dikaji lagi dan dipenuhin lagi.
Bagaimana Mapala Unisi menghadapi tekanan publik saat masih ramai pemberitaan tentang tragedi yang terjadi di TGC ke-37?
Ngadepinnya sabar mbak, hehehe. Kalau sabar ada batasnya itu kan salah, yang membatasi orang itu sendiri. Selain sabar, ya kita cukup terbuka sih sama masyarakat. Monggo lah yang mau menyampaikan hujatan atau sekedar support, ya disampaikan aja. Ya, kita coba lapang dada. Kita terima gitu apa yang kita perbuat, ya kita hadapi. Sikap ksataria saja.
Apakah semua media sosial Mapala Unisi dinonaktifkan?
Kalau medsos itu sebenarnya enggak dinonaktifkan. Facebook itu diblokir, kalau Instagram kita aktif-aktif saja, cuma agak membatasi terkait postingan. Soalnya kita posisi dibekukan, orang awam kan enggak tahu mekanisme yang ada di UII gimana, kok masih bisa update gitu. Paling update ala kadarnya lah gitu.
Instagram Mapala Unisi sempat dikunci, mengapa?
Aku kurang mantau juga sih. Buat meredam saja sebenarnya. Meredam masyarakat.
Sebagai ketua, bagaimana Anda menghadapi hujatan yang dialamatkan kepada Mapala Unisi?
Kesel sih, pasti. Jujur saja yang dm aku ada 100-an lebih. Sebenarnya gatal tangan ini pengen balas, cuma aku tahan saja gitu.
Bagiaman tanggapan dari alumni Mapala Unisi saat tragedi sampai sekarang diaktifkan kembali?
Support sih, pasti. Paling (ditanya — red) pertanyaan mendasar gitu, kok bisa? Semua disupport, baik dana, doa, tenaga, dan pikiran. Semua dikasih. Makanya di media itu kan ada istilahnya alumni turun gunung. Ya Alhamdulillah sih, peran dari alumni ada lah gitu. Sekelas organisasi kalau ada kejadian seperti itu bisa saja nangis darah gitu.
Berarti selama pembekuan, dananya dari anggota dan alumni?
Iya. Kita enggak pernah minta ke rektorat atau DPM gitu buat ngurus Mapala. Kita patungan saja.
Kalau dari solidaritas forum Mapala sendiri?
Sama, support juga. Mapala ngerti lah pendidikan dasar mapala, mereka kan ngerti alurnya. Bukan kekerasan gitu.
Misalnya nih ada lembaga kemahasiswaan yang dibekukan juga, ada saran dari Anda?
Tergantung konteksnya seperti apa. Pasti masing-masing punya cara sendiri-sendiri, dibekukan karena apa, ya menyesuaikan lah permasalahannya.
Misalnya seperti kecelakaan kemarin, bagaimana?
Ya, harap bersabarlah, hahaha. Itu berat, hahaha.
Sebentar lagi ada penerimaan mahasiswa baru, Mapala ada rencana open recruitment (oprec)?
Oprec enggak ya, hehe. Oprec atau enggaknya kita belum tahu, cuma setelah musyawarah anggota kegiatan terdekat lainnya itu penerimaan anggota baru. Dimana konsepnya pasti jauh berbeda dengan yang kemarin. Mekanisme juga berbeda. Bisa dibilang outbond kali ya. Soalnya kita kan diaktifkan dengan catatan masih dalam masa uji coba selama dua tahun.
Kalau saya mengartikan, selama dua tahun, kalau kita enggak oprec ya sama aja itu membunuh Mapala Unisi sendiri. Maksudnya enggak ada pengurus gitu, ya mati lah organisasinya.
Harapan Mapala Unisi buat ke depannya?
Ya, semoga kita masih bisa diterima lagi di UII sendiri atas kejadian yang membekaskan noda hitam. Semoga lebih baik lagi lah organisasinya.