Waktu Persiapan Mepet, Panitia Kepepet

Tahun ini panitia PESTA tidak membuka tender bagi vendor catering yang ingin memasarkan produknya. Hal ini diakui oleh Ketua Steering Committee (SC), Marcel Dewa. Ia mengaku tak sempat melakukannya karena keterbatasan waktu yang dimiliki panitia dalam mengurus acara PESTA. “Mepet banget soalnya,” ujarnya.


Pelaksanaan Pesona Ta’aruf (PESTA) yang digelar pada 10-12 Agustus 2023 mendapat sorotan tajam dari publik. Sebab, beredar kabar bahwa panitia terlambat menyediakan makanan bagi mahasiswa baru (maba) dan mahasiswi baru (miba) di hari pertama pelaksanaan. 

Selain terlambat, makanan yang diberikan pun dinilai tak layak. Ketidaklayakan tersebut berupa ayam goreng basi, nasi bertekstur keras, dan adanya ulat sayur pada makanan.

Hindun (bukan nama sebenarnya) adalah salah seorang miba peserta PESTA 2023. Kepada awak Himmah, ia mengaku jatah makannya datang terlambat di hari pertama itu. Ia baru dapat makanan setelah sesi Talkshow Keislaman di kisaran pukul 2 siang.  “Aku dan teman-teman capek, terus lapar, belum datang-datang makanannya, gitu,” jelas Hindun pada Minggu (13/08).

Setelah Hindun mendapatkan jatahnya, dia mencuil ayam goreng. Ia merasa ayam itu tak sedap. Teman di sampingnya juga mengatakan hal serupa. Makanan itu lalu diganti oleh wali jamaah (Waljam). Namun, tekstur nasi di makanan pengganti ini agak keras, seperti belum matang sempurna. “Udah datang, kayak, udah seneng, gitu. Tapi pas jadi makan, oh, ya gitu deh!” ujarnya.

Seperti Hindun, Jamaah (red- kelompok) Ahmad (bukan nama sebenarnya) pun sama menahan lapar di sesi yang sama dengan Hindun. Menu yang ia dapatkan juga serupa, satu kotak kardus berisi nasi, ayam goreng, sayur, dan pisang. Namun, Ahmad baru menyadari bahwa lauknya bermasalah ketika makanan di kotak itu hampir habis. 

“Kalau misalnya saya udah lapar, ya, apa saja (yang) dimakan, itu, nggak ngerasain (red-tidak terasa),” jelas Ahmad kepada awak Himmah pada Sabtu (12/08).

Kejadian di atas memunculkan berbagai komentar negatif yang mengarah pada panitia acara, khususnya Divisi Konsumsi PESTA 2023.

Apa yang Terjadi?

Berbekal informasi tersebut, awak Himmah mencoba mencari benang merah dari permasalahan ini. Awak Himmah menemui Sabil (bukan nama sebenarnya), salah satu anggota Staf Konsumsi, pada Selasa (15/08) untuk menanyakan bagaimana peristiwa keterlambatan dan makanan tak layak itu bisa terjadi. 

Sabil bercerita, di hari pertama, pihak vendor adalah Alanis Catering. Pukul 10 pagi ia dan teman-temannya mulai memeriksa makanan. Ia menemukan satu kotak berisi ayam goreng berbau menyengat, tanda tak layak makan. Kotak itu lalu disisihkan.

Makanan dibagi ke maba-miba pukul 11.30. Tiba-tiba muncul komentar dari maba-miba bahwa ayam gorengnya basi. Di sela-sela istirahat, Sabil menyicip salah satu sampel ayam goreng yang dilaporkan basi oleh maba-miba. Menurut kawan-kawannya, ayam goreng itu basi. Namun baginya, ayam itu tak basi. “Cuma kayak ada aroma darah dan masih belum matang,” ujar Sabil.

Mulanya, Sabil membagikan kotak makan yang telah lolos seleksi kepada hampir seluruh jamaah. Di sisa akhir, beberapa Waljam melapor bahwa jamaahnya belum mendapat jatah makan.

Tak hanya maba-miba, keterlambatan konsumsi juga menimpa panitia, mengingat jatah makan mereka diambilkan dari vendor yang sama. Mereka baru bisa makan setelah seluruh maba-miba mendapat jatahnya. Sabil dan kawan-kawannya melepas rasa lapar pada pukul “setengah 4 atau jam 5 sore”, ujar Sabil.

Pengiriman makanan oleh Alanis Catering terbagi atas 4 kloter. Namun, kloter keempat tidak terkirim. Nabila Safira, Koordinator Divisi Konsumsi menuturkan, rincian dari 3 kloter terkirim adalah 2.700 pada pukul 9.30 pagi, 1.817 pada pukul 12 siang, dan 400 mendekati pukul 2 siang.

Kesalahan atas keterlambatan konsumsi itu begitu saja ditimpakan kepada Divisi Konsumsi. Nabila merasa tuduhan itu tidak berdasar karena Divisi Konsumsi tidak bertanggungjawab dalam melakukan korordinasi dengan pihak vendor. 

“Untuk keterlambatan dan yang berhubungan langsung dengan vendor itu bukan divisi konsumsi. Tapi akhirnya dilimpahkan ke divisi konsumsi,” keluhnya.

Marcel Dewa, Ketua Steering Committee (SC), menjelaskan, pihak yang melakukan hubungan langsung dengan vendor adalah Komisi C. Hal itu merupakan aturan yang tak pernah berubah dari tahun ke tahun.

Juga, menurut Marcel, pihak Alanis Catering telah menyanggupi permintaan panitia. Namun ketika dimintai keterangan atas keterlambatan, pihak vendor beralasan bahwa mereka keteteran. “Awalnya bilangnya sanggup, eh, tiba-tiba keteteran” ujarnya.

Pihak Alanis Catering mengkonfirmasi bahwa memang terjadi mismanajemen di dapur mereka yang menjadi sebab keterlambatan. Alasannya karena panitia dengan mendadak memesan porsi lebih untuk maba-miba yang baru bergabung dalam agenda PESTA. Tambahan-tambahan itu membuat mereka keteteran.

Makanan pengganti juga telah ditawarkan oleh pihak Alanis Catering untuk 400 porsi yang belum sempat terkirim. Rencananya mereka akan membeli sejumlah makanan tersebut di warung-warung terdekat. Namun, panitia menolaknya.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban, Ramadhani Naufal selaku Koordinator Bidang Pengembangan Mahasiswa (BPM) menuturkan bahwa dirinya bersama anggota Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) dan juga beberapa panitia membeli makanan pengganti dari warung makan terdekat. Mereka menyebar membeli nasi padang dan makanan dari warung makan Indomie (Warmindo) Motekar dengan besaran nominal 15.000 per porsi.

Sedangkan, menurut keterangan Marcel, setelah kejadian tersebut Komisi C melakukan rapat untuk mengganti vendor Alanis. Hasil dari rapat itu, mereka menetapkan dua nama vendor. “Svvarga Rasa Catering dan Bati,” ujarnya.*

Di pelaksanaan hari kedua, tidak ada komplain tentang makanan. Sebagai vendor di hari kedua, Kencana Boga Catering benar-benar melaksanakan tugasnya. Hanya saja isu makanan terlambat dan tak layak itu mulai masif dibincangkan maba-miba.

Pada hari ketiga, komplain kembali terjadi. Terdapat unggahan di media sosial tentang keluhan dari maba-miba akibat adanya ulat sayur di makanan mereka. Rule Junior selaku Ketua Organizing Committee mengakui adanya komplain tersebut. 

Setelah laporan itu, Rule menyebut jumlah kotak makan yang di dalamnya terdapat ulat sayur tidak mencapai 3% dari total keseluruhan pesanan. “berdasarkan data kami ya itu 8 yang ada ulatnya,” ujarnya.

Keterbatasan dari metode pengecekan menjadi alasan lolosnya ulat sayur dalam kotak makan itu. Untuk memastikan makanan tetap higienis, panitia hanya menghirup aroma dari setiap kotak. Sedangkan ulat sayur yang ditemui terletak di bawah sayuran. Itu yang membuat luput staf konsumsi.

 “Tapi kalau kita sampai ngubek-ngubek, kan juga itu kurang etis, kan?,” pungkas Rule.

Baru ketika penutupan PESTA, beredar laporan berjudul “PRESS RELEASE” di grup Whatsapp maba-miba. Dalam tulisan itu, terdapat data adanya ulat sayur pada 15 sampai 20 kotak dari 2.671 total pesanan panitia PESTA. 

Selebaran itu dibuat di kediaman Ganesya, pemilik Svvarga Rasa Catering. Surat yang hanya berupa tulis tangan panitia dan tanpa kop dan cap resmi perusahaan tersebut tertandatangani oleh Ganesya, pemilik Svvarga Rasa Catering; Dinda Ramadhanty, Staf Komisi C; dan Rifqi Permanto, Staf Ahli Divisi Konsumsi.

Munculnya angka 15-20 adalah data yang dikemukakan oleh panitia PESTA. Ganesya menuturkan bahwa hanya ada 4 kotak makan dan beberapa foto yang dibawa panitia ke rumahnya sebagai barang bukti. Panitia tidak dapat menyebutkan jumlah konkret kotak makan berulat sayur itu. 

“Aku kan manut tulisannya dia (panitia). Dia kan juga ngasih tau ‘Mas ini katanya ada penambahan lagi’. Ya sudah, tulis saja berapa” tutur Ganesya.

Ganesya juga menyebut adanya ulat sayur di beberapa makanan itu bukan masalah serius. Selain menjadi penanda bahwa sayur itu tidak berpestisida, jumlahnya bahkan kurang dari 3%. Artinya, porsi pengganti juga telah tersedia. “Ya, kan sudah selesai masalahnya” ujarnya.

Dalam dokumen proposal yang disusun SC, tercantum proses mitigasi untuk makanan yang tidak layak. Panitia PESTA melebihkan 3% jatah makan maba-miba.

Total ada 5.239 kotak makan yang mereka pesan dengan rincian 4.635 untuk peserta dan 604 untuk panitia. Jumlah ini belum termasuk tambahan yang disebut oleh pihak Alanis Catering. Faktanya, pada hari pertama, makanan yang layak dibagikan tidak dapat mencakup jatah keseluruhan peserta PESTA, bahkan panitia.

Awak Himmah sempat menemui Komisi C untuk meminta keterangan. Namun, Komisi C enggan menanggapi permintaan awak Himmah dan menganjurkan untuk menunggu hasil dari Tim Pencari Fakta yang dibentuk oleh Rektorat dan KM UII.

Hanya Ada Dua Vendor

Pada susunan kepanitiaan, penetapan vendor merupakan wewenang dari Komisi C. Selain mengontrol administrasi keuangan OC, Komisi C bertugas menyeleksi dan menetapkan catering yang akan digunakan sebagai pihak penyedia makanan selama PESTA berlangsung.

Tahun ini, Komisi C hanya menentukan dua vendor untuk penyediaan makanan berat. Dua vendor itu adalah Alanis dan Kencana Boga. Skemanya, hanya ada satu kali jatah makan yang ada di hari pertama dan kedua, dan dua jatah makan di hari ketiga. Vendor Alanis bertugas menyuplai makan di hari pertama dan jatah makan siang di hari ketiga. Sedangkan Kencana Boga menyuplai makanan di hari kedua dan makan sore di hari ketiga.

Keputusan dipakainya dua vendor ini telah disetujui oleh Bidang Pengembangan Mahasiswa (BPM) LEM UII. Ramadhani Naufal Setyahadi selaku Koordinator menyampaikan, keputusan dua vendor ini dimaksudkan untuk mempermudah proses quality control

Jika terlalu banyak vendor “Panitia perlu menyamakan rasa dari berbagai macam catering, terus, (juga menyamakan) bagaimana kualitas dari berbagai macam catering,” ujar Ramadhani.

Tak hanya itu Bidang Pengembangan Mahasiswa LEM juga telah berkonsultasi kepada Ketua Umum LEM UII, Muhammad Rayhan. Akan tetapi, Rayhan mengaku ada miskomunikasi dalam proses konsultasi itu. Ia tak ikut mengawal proses verifikasi sampai akhir karena beberapa alasan akademik.

“Persiapan sempro (red-seminar proposal),” ujarnya.

Di sisi lain, Rayhan mengatakan bahwa ia percaya kepada Komisi C atas kelayakan dan kepantasan Alanis dan Kencana Boga. Tapi, ketika dimintai tanggapan tentang persetujuannya atas dua vendor, ia memilih untuk tidak berkomentar.

Kedua vendor tersebut terpilih bukan melalui sistem lelang tender, melainkan Komisi C menetapkan nama-nama vendor yang kemudian akan mereka kunjungi. Mereka melakukan kunjungan bersama beberapa anggota LEM, dan perwakilan dari Divisi Konsumsi.

Survei itu dilakukan dengan dua tahap. Pertama, panitia memberi tawaran dan mencoba produk dari vendor tersebut. Setelah itu, pada tahap kedua, panitia akan datang lagi untuk melakukan teken dengan pihak penyedia makanan.

Dua vendor itu dikunjungi oleh dua tim di waktu yang bersamaan. Nabila mengaku pernah mengikuti survei tahap pertama. Ia mendatangi vendor Kencana Boga. Awalnya, Kencana Boga hanya sanggup untuk menyediakan jumlah makanan dalam porsi hingga seribu saja. Akan tetapi, pihaknya menyanggupi tawaran panitia untuk menyediakan lebih dari itu.

Tentang Alanis, Nabila hanya memberi kejelasan bahwa vendor itu tidak seperti Kencana Boga yang bekerja sama dengan UMKM setempat untuk memenuhi target yang diajukan oleh panitia. Yang ia tahu, Alanis “hanya satu (red- satu dapur) saja dan satu vendor”, ujarnya.

Marcel sendiri mengaku tak pernah mendatangi vendor Alanis. Yang ia tahu, Alanis berada di daerah Ngaglik atau Ngemplak, tidak jauh dari area Jakal (Jalan Kaliurang). Dirinya tak dapat mengingat betul alamat-alamat itu. “Karena saya bukan orang Jogja asli,” ungkapnya.

Persiapan Yang Mepet

Agenda PESTA merupakan salah satu agenda LEM yang termasuk dalam program kerja (proker) BPM. BPM mulai mengumpulkan panitia SC berdasarkan rekomendasi dari masing-masing fakultas dan juga musyawarah antara pengurus LEM. Mereka baru mengadakan rapat perdana pada Minggu, 25 Juli 2023.

Rapat perdana itu membahas pembagian posisi panitia dan transformasi konsep oleh BPM. Ramadhani mengatakan, tidak lama setelah kumpul perdana itu, Ketua SC mengundurkan diri. Setelah melakukan konsultasi dengan Rayhan, mereka memutuskan untuk memilih “salah satu dari Komisi B”, ujarnya. Akhirnya, Marcel Dewa terpilih menjadi Ketua baru.

Mundurnya ketua SC lama disebabkan oleh miskomunikasi ke pihak Fakultas. Tentang siapa orang itu dan dimana fakultasnya, Ramadhani tidak mau menyebutkan namanya. “Nggak bisa kita sebut namanya”, ujarnya.

Pergantian panitia ini juga terjadi pada Divisi Konsumsi. Nabila adalah Koordinator Divisi Konsumsi baru. Ia terpilih sehari sebelum PESTA digelar. Awalnya dia menjabat Staf Ahli Divisi Konsumsi. Zahra Dihan, Koordinator lama, mengalami insiden jatuh dari motor. Perempuan itu harus menjalani rawat inap sehingga tak bisa meneruskan tugasnya.

Persiapan yang dilakukan oleh panitia SC terhitung 45 hari sejak kumpul perdana hingga hari pelaksanaan PESTA. Sedang menurut Rule, persiapan panitia OC hanya 13 hari.

Anggota OC dipilih melalui sistem perekrutan oleh panitia SC bagian Komisi B. Perekrutan itu dilakukan di tanggal 8 Juli 2023. Penentuan panitia diumumkan tiga hari berikutnya. Satu minggu pertama dilakukan untuk konsultasi kepada panitia Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM). Satu minggu kedua digunakan untuk verifikasi kepada Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM).

Selama 13 hari setelah verifikasi DPM, panitia OC mulai mempersiapkan pernak-pernik acara dan juga agenda pelatihan teknis. Namun, tidak ada pelatihan teknis untuk panitia konsumsi untuk uji kelayakan makanan. Dalam pelaksanaannya, panitia hanya berpangku pada indra dari masing-masing anggotanya.

Hanya ada Standart Operating Procedur (SOP) yang diterapkan untuk pemeriksaan makanan. SOP itu berupa menghitung kuantitas, tersedianya semua kondimen dan cek makanan bersih. Kondimen adalah kesediaan lauk, nasi, buah, dan alat makan seperti sendok. Bersih adalah tidak berbau dan tidak ada zat asing.

Tahun ini panitia PESTA tidak membuka tender bagi vendor yang ingin memasarkan produknya. Hal ini diakui oleh Ketua Steering Committee (SC), Marcel Dewa. Ia mengaku tak sempat melakukannya karena keterbatasan waktu yang dimiliki panitia dalam mengurus acara PESTA. “Mepet banget soalnya,” ujarnya.

Mereka juga tak sempat mengatur sanksi bagi keterlambatan pengiriman. Dokumen MoU vendor yang disusun oleh Steering Committee (SC) hanya menjelaskan mekanisme pengembalian 20% nilai kontrak apabila ditemukan makanan yang tak layak yang tertulis pada pasal IV tentang sanksi.

Marcel menyebut bahwa itu juga bagian dari kelalaiannya. “Karena kita nggak expect (red-menyangka) akan ada itu,” ujarnya.

Dalam urusan vendor pengganti, panitia baru menghubungi Svvarga Rasa Catering untuk mengganti vendor Alanis Catering di hari ketiga pada Jumat, 11 Agustus 2020. 

Ganesya selaku pemilik Svvarga Rasa Catering, mengungkapkan, di Jumat pagi, 11 Agustus 2023 ia menerima Whatsapp dari Dinda Ramadhanty, anggota Komisi C, yang menanyakan perihal kesanggupan dari vendor untuk menyediakan sejumlah kotak makan. Ganesya mengaku sanggup dan menunggu teken kerjasama dengan Dinda.

Karena tak ada kejelasan dari Dinda, pukul 2 sore Ganesya menghubungi Dinda via telepon untuk meminta penegasan apakah perusahaannya akan digunakan untuk hari ketiga. Perlu persiapan bagi vendor untuk menyediakan bahan, apalagi untuk pesanan dengan tenggat waktu yang sangat mepet. Akhirnya mereka bersepakat untuk melakukan kerjasama tersebut.

Karena waktu yang mepet pula, awalnya, panitia hanya memberikan MoU kepada Ganesya berupa salinan digital ketika keduanya menyepakati transaksi. MoU berupa dokumen fisik baru ditandatangani di hari ketiga, bersamaan dengan pers rilis. “MoU itu sekaligus aku tandatangan beserta pers rilisnya,” jelas Ganesya.

Tim Pencari Fakta

Pihak Rektorat UII lalu bersegera membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) untuk menuntaskan masalah ini. Di dalamnya terdapat 12 pihak dari jajaran dosen, dengan rincian 1 ketua, 1 sekretaris, dan 10 anggota bertanda tangan Surat Tugas dari Rektor. Selain itu, Keluarga Mahasiswa UII (KM UII) juga membentuk TPF yang terdiri atas 1 perwakilan dari tiap-tiap DPM Fakultas, dan 4 anggota gabungan dari DPM maupun LEM.

Dalam jangka waktu yang mepet, Kedua TPF ini melangsungkan koordinasi melalui komunikasi yang intens. Dalam proses penyelidikan, TPF KM hanya bersifat membersamai. Kerja-kerja penyelidikan akan lebih banyak dilakukan oleh pihak Rektorat. “Dan ini juga membantu dalam proses-proses ketika kami ada hal-hal yang perlu dikonfirmasi,” ucap Beni Suranto selaku Direktur Pembinaan Kemahasiswaan 


Wakil Rektor III, Rohidin, tak memungkiri bahwa apa yang viral di medsos itu adalah sebuah fakta. Oleh sebab itu, TPF dibentuk demi memastikan kebenaran informasi yang beredar di media sosial itu. Demi alasan keamanan dan kelancaran investigasi, Rohidin memilih untuk tidak menyebutkan nama-nama yang terlibat dalam TPF. “Yang penting sudah terbentuk,” ucapnya.

Ketika ditemui oleh awak Himmah pada Jumat (18/08), pihak TPF baru saja memulai pemeriksaan. Beni menuturkan, pihaknya kini tengah sibuk berkoordinasi dengan TPF KM. “Kemarin kita koordinasi tentang nama-nama yang perlu dipanggil untuk dimintai keterangan dan seterusnya,” jelas Beni.

Ia juga akan meminta keterangan kepada pihak vendor tentang keterlambatan makanan di hari pertama. Data sementara menunjukkan, pengiriman seharusnya dilakukan pukul 9 hingga 10 pagi. Namun, jatah makan baru lengkap dikirimkan pada pukul 2 hingga 3 sore.

Tentang ulat sayur di hari ketiga, ia menuturkan, data dari LEM menyebutkan hanya ada 9 atau 10 kotak yang ditemukan dari vendor pertama. Setelahnya ditemukan lagi 15 kotak makan tidak layak dengan rincian 13 kotak terdapat ayam busuk, 1 kotak terdapat salad busuk, dan 1 kotak lagi terdapat lalat dari vendor berbeda di hari yang sama.*

Sejauh ini, ada 82 data hasil aduan yang terkumpul. Tautan kanal aduan ini disebarkan melalui akun resmi media sosial Instagram @uiiyogyakarta. Dari 82 data tersebut, 14 data merupakan aduan sakit. Selain itu, isinya adalah aduan yang bermacam-macam seperti pembatasan akses masuk, waktu salat yang mepet, sikap panitia, dan lain sebagainya. “Jadi malah lebih banyak yang mengeluh seperti itu,” ucap Beni.

Menurut Rohidin, panitia harus membuka lelang pada proyek bernilai lebih dari 100 juta. Namun ia menyampaikan bahwa lelang ditiadakan karena waktu yang terbatas. Hal ini adalah buntut dari keterlambatan penetapan fungsionaris akibat mundurnya jadwal Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa). 

“Itu yang kemudian mengakibatkan (tidak adanya buka lelang) ini,” jelasnya.

Menurut Rohidin,  pengalaman panitia yang kurang memadai juga menjadi sebab munculnya masalah ini. Seluruh panitia PESTA adalah mahasiswa di tingkat awal. “Jadi panitia itu belum punya pengalaman untuk menyediakan konsumsi, menyediakan barang lewat vendor-vendor itu,” lanjut Rohidin

Ia membandingkan kondisi itu dengan apa yang dikerjakan Universitas selama ini. Hampir seluruh suguhan makanan untuk peserta Pendidikan Nilai Dasar Islam (PNDI) maupun Pesantrenisasi maba-miba merupakan makanan yang layak dikonsumsi dan enak. “Karena itu standarisasinya tinggi. Terstandar dengan baik,” jelasnya.

Terkait kapan TPF akan memaparkan hasil investigasinya, Beni hanya dapat memastikan bahwa tim tersebut akan bergerak secepat mungkin. Ia ingin tim ini benar-benar tuntas dalam mengusut kasus tersebut.

Rohidin menambahkan, hasil dari temuan TPF yang akan disampaikan kepada publik dipastikan sesuai dengan fakta. “Kita ingin cepat tapi tidak gegabah,” tambah Rohidin.

Reporter: Nurhayati, R. Aria Chandra Prakosa, Muhammad Fahrur Rozi

Editor: Qothrunnada Anindya Perwitasari


* Naskah ini mengalami penyesuaian pada Rabu (01/11/2023). Kami memberikan koreksi terkait penyebutan nama “Baratie Grup Catering”. Kami juga menyampaikan penjelasan untuk hak jawab Baratie Grup Catering pada laman media sosial LPM HIMMAH.

Penyesuaian pertama terdapat pada paragraf ke-21, paragraf tersebut awalnya berbunyi, “Sedangkan, menurut keterangan Marcel, setelah kejadian tersebut Komisi C melakukan rapat untuk mengganti vendor Alanis. Hasil dari rapat itu, mereka menetapkan dua nama vendor. “Svvarga Rasa Catering dan Baratie Grup Catering,” ujarnya.”, lalu diubah menjadi, “Sedangkan, menurut keterangan Marcel, setelah kejadian tersebut Komisi C melakukan rapat untuk mengganti vendor Alanis. Hasil dari rapat itu, mereka menetapkan dua nama vendor. “Svvarga Rasa Catering dan Bati,” ujarnya.”

Kelalaian reporter kami terdapat pada kurangnya verifikasi terhadap apa yang disampaikan oleh Marcel Dewa. Marcel tidak pernah menyebutkan bahwa pihak Komisi C memesan konsumsi pada “Baratie Grup Catering”, tapi menyebutkan nama vendor lain yakni “Bati”.

Penyesuaian kedua terdapat pada paragraf ke-67, paragraf tersebut awalnya berbunyi, “Tentang ulat sayur di hari ketiga, ia menuturkan, data dari LEM menyebutkan hanya ada 9 atau 10 kotak yang ditemukan dari vendor pertama. Sedangkan di Baratie Grup Catering, terdapat 15 kotak makan tidak layak dengan rincian 13 kotak terdapat ayam busuk, 1 kotak terdapat salad busuk, dan 1 kotak lagi terdapat lalat.”, lalu diubah menjadi, “Tentang ulat sayur di hari ketiga, ia menuturkan, data dari LEM menyebutkan hanya ada 9 atau 10 kotak yang ditemukan dari vendor pertama. Setelahnya ditemukan lagi 15 kotak makan tidak layak dengan rincian 13 kotak terdapat ayam busuk, 1 kotak terdapat salad busuk, dan 1 kotak lagi terdapat lalat dari vendor berbeda di hari yang sama.”.

Narasumber (Beni Suranto) tidak pernah menyebutkan nama Baratie Grup Catering atau nama-nama vendor konsumsi lain. Nama-nama tersebut kami sesuaikan dengan hasil reportase kami.

LPM HIMMAH menerima hak jawab ini dan memohon maaf pada Baratie Grup Catering serta pembaca.

Skip to content