Pemilwa (yang Lagi-lagi) Tidak Menggugah Selera (1)

Partisipasi mahasiswa dalam Pemilihan Wakil Mahasiswa (Pemilwa) tahun ini naik, tetapi suara yang masuk bahkan belum mencapai setengah dari jumlah mahasiswa yang boleh menyumbangkan hak suaranya.

Himmah Online Ahmad dan Raihan adalah mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) Universitas Islam Indonesia (UII) angkatan 2020. Mengecek pesan yang masuk di WhatsApp sudah jadi kebiasaan untuk mereka.

Minggu itu, ada pesan siaran yang beberapa kali muncul di grup angkatan keduanya. Pesan itu berisi ajakan untuk menyumbangkan suara mereka pada ajang Pemilihan Wakil Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (Pemilwa KM UII) 2021/2022.

“Bagi teman-teman yang ingin menonton video tutorial dan penjelasan voting, teman-teman dapat mengakses link berikut,” tulis salah satu teman Ahmad dan Raihan yang mengirim pesan ajakan disertai tautan menuju akun Instagram dan kanal YouTube Pemilwa yang dikelola oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) KM UII.

Ahmad hanya membaca sekilas pesan siaran tersebut, kemudian kembali membuka pesan-pesan yang lain. “Sekilas aku buka chat-nya, buat gugurin notifikasi,” tutur Ahmad. Akun Instagram maupun kanal YouTube Pemilwa pun tak ia kunjungi.

Tak jauh berbeda dengan Ahmad, Raihan juga hanya mengabaikan pesan ajakan tersebut. Namun salah satu teman Raihan mengirim pesan pribadi, membujuknya untuk memilih salah satu calon legislatif.

Dimulai pada 3 Maret 2022, rangkaian Pemilwa berakhir dengan dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Nomor 020/KPTS/KPU II/III/2022 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Wakil Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia Periode 2021/2022 pada tanggal 26 Maret yang lalu. Hasilnya, 30,55% mahasiswa berpartisipasi pada gelaran tahunan tersebut.

Pada 14-15 Maret, akun Instagram Pemilwa merilis nama-nama calon legislatif baik untuk tingkat fakultas sampai tingkat universitas. Bersamaan dengan itu, diunggah pula video orasi tiap calon berisi pemaparan visi-misi pada kanal YouTube Pemilwa.

Pemaparan visi-misi kemudian dilanjutkan dengan pemungutan suara pada tanggal 23-25 Maret yang diselenggarakan secara daring. Hal ini sudah berjalan selama dua periode gelaran Pemilwa akibat pandemi Covid-19.

Berdasarkan SK yang diterbitkan oleh KPU KM UII, terdapat 78 wakil mahasiswa yang lolos ambang batas (threshold); 22 orang di tingkat universitas dan 56 orang di tingkat fakultas.

Sebanyak 69 orang duduk di bangku legislatif, baik di tingkat universitas (Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas/DPM-U) dan tingkat fakultas (Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas/DPM-F). Lalu, 9 sisanya akan duduk di kursi eksekutif (Lembaga Eksekutif Mahasiswa/LEM) untuk tingkat universitas dan fakultas, masing-masing satu orang.

Namun, jumlah legislatif di tingkat universitas berkurang setelah Bimantara Muhammad mengundurkan diri. Selain itu, Rizki Hendrawan yang didapuk menjadi mandataris LEM menjadikan kursi legislatif di tingkat universitas tersisa 20 orang.

Reporter himmahonline.id mencoba menghitung persentase partisipasi mahasiswa dalam gelaran Pemilwa empat tahun terakhir. Penghitungan dilakukan dengan cara membagi suara yang masuk dengan jumlah mahasiswa aktif S1 dan D3, lalu mengalikannya dengan seratus.

Data partisipasi tiap tahun reporter himmahonline.id himpun dari panitia Pemilwa tiap tahunnya, UII News, dan DPM-U yang setelahnya diolah oleh Divisi Penelitian dan Pustaka (Pelita) Himmah UII.

Data pemilih (mahasiswa aktif S1 dan D3) yang digunakan untuk Pemilwa 2018/2019, 2019/2020, 2020/2021, dan 2021/2022 adalah data mahasiswa S1 dan D3 di semester terselenggaranya Pemilwa.

Gelaran Pemilwa pada periode ini sepatutnya diikuti oleh 22.587 mahasiswa aktif yang ada di UII. Namun berdasarkan data yang masuk, hanya 30,55% atau 6.902 mahasiswa yang menyumbangkan hak suaranya. Artinya terdapat 15.685 mahasiswa yang tidak menggunakan hak suaranya, salah satunya Ahmad.

Persentase ini naik 8,93% dari Pemilwa 2020/2021. Meskipun begitu, suara yang masuk bahkan belum mencapai setengah dari jumlah mahasiswa yang boleh menyumbangkan hak suaranya.

Partisipasi tertinggi dalam Pemilwa 2022 dipegang oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA), dengan persentase partisipasi mahasiswa sebanyak 43,71% atau sebanyak 939 mahasiswa. Disusul oleh Fakultas Hukum (FH) dengan partisipasi mahasiswa sebanyak 39,55%. Kemudian Fakultas Kedokteran (FK) dengan angka mencapai 37,16%.

Kemudian Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) serta Fakultas Psikologi dan Seni Budaya (FPSB) menjadi fakultas paling minim tingkat partisipasinya di antara fakultas lain. FBE mempunyai  23,29% partisipasi mahasiswa, sedang FPSB hanya 14,87% saja.

Partisipasi tiap fakultas dalam Pemilwa 2022 cukup meningkat apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Kenaikan partisipasi yang cukup signifikan bisa dilihat dari FPSB, di mana pada Pemilwa 2019/2020 hanya memiliki partisipasi mahasiswa sebanyak 1,93%. Sebaliknya, FK malah mengalami penurunan partisipasi sebanyak 47,27%.

Timbul pertanyaan mengenai bagaimana cara pemilih memilih calon legislatif untuk menjadi wakilnya di tingkat legislatif. Video visi-misi yang diunggah pada kanal YouTube Pemilwa mungkin bisa dijadikan pertimbangan.

Dengan data per 31 Maret 2022 (enam hari setelah periode pemungutan suara berakhir) terdapat akumulasi penonton sebanyak 2.513 pada semua video visi-misi yang diunggah pada kanal YouTube Pemilwa. Artinya, jika seluruh penonton video orasi menggunakan hak suaranya, maka hanya 36,40% dari seluruh mahasiswa yang menyumbangkan hak suaranya (6.902 mahasiswa) yang menonton video-video orasi tersebut.

Dari seluruh calon legislatif baik di tingkat universitas maupun fakultas, video orasi milik Bimantara Muhammad menjadi video yang paling banyak ditonton, yakni sebanyak 181 kali. Sedang video milik Abdulah Ibnu (calon legislatif universitas) dan Muhammad Fauzi (calon legislatif FPSB) menjadi video orasi paling minim penonton dengan hanya ditonton sebanyak 7 kali.

Akmal Fauzan memiliki selisih perolehan suara dengan penonton video visi-misi paling besar, yakni sebanyak 719. Sementara itu, Bimantara Muhammad memiliki selisih paling sedikit, yaitu hanya sebanyak 31.

Ada kemungkinan bahwa sekian persen mahasiswa memilih wakilnya secara acak. Mahasiswa lain bisa jadi melihat visi-misi calon legislatif lewat poster cetak, bahkan poster digital yang beredar di media sosial. Atau seperti Raihan, memilih tanpa sedikit pun mengenali calon dan menilik visi-misinya. Hal itu lantaran suaranya ia gunakan untuk memilih salah satu calon karena bujukan kawannya, “Nyoblosnya karena disuruh,” terang Raihan.

Dengan adanya data-data tersebut, serta tidak melupakan fakta bahwa pemungutan suara dilakukan sebanyak dua kali, bagaimana Pemilwa 2022 ini berjalan?

Reporter: Himmah/Kemal Al Kautsar Mabruri, Qothrunnada Anindya Perwitasari, Pranoto, Syahnanda Annisa, Zalsa Satyo Putri Utomo

Visualisasi Data: Himmah/Qothrunnada Anindya Perwitasari

Editor: Nadia Tisha Nathania Putri

*Naskah ini merupakan seri pertama dari tiga serial laporan khusus tentang Pemilwa KM UII 2021/2022. Naskah selanjutnya dapat Anda temukan dalam baris di bawah ini.

Skip to content