Untukmu Tuan dan Puan
Lembayung cintaku tuliskan
Secarik rasaku sampaikan
Secercah warna dibacakan
Sebuah untaian kata membius gendang telinga
Begitu ramahnya
Ramah tamah dan sopan santun
Menjadi identitas luhur bangsa Indonesia
Pendar mata yang terang tak pernah menuntut
Untuk melulu melihat kesempurnaan
Kecantikan atau keburukan rupa
Tak kan pernah habis untuk diperdebatkan
Walau kulitmu coklat, kuning langsat, atau bahkan hitam legam
Semua itu bukan alasan
Kita tahu bahwa semua itu substansi yang subjektif
Untuk masing-masing insan
Tuan dan Puan, perbedaan bukan sumber perpecahan
Perbedaan merupakan citra kesatuan
Perbedaan ras, suku, budaya, dan bahasa
Menjadi tambahan rasa yang kental untuk disebut Indonesia
Tumbuh subur hai bangsa yang bestari
Sebagai cerminan negeri yang berbudi
Bersatu padu untuk melawan
Menegakkan keadilan jadi semboyan
Tuan, Puan
Aku membelaimu dengan kasih sayang
Usapan sayang termaktub
Dalam baris kata yang mengisi segenggam tekad dalam dada
Tekad yang kuat untuk berdiri tegak
Bergandengan tangan saling menguatkan
Membuang benci melarung dengki
Untuk bangsa Indonesia yang bersahaja
Tuan dan puan
Berjanjilah bahwa rasa nasionalisme kita sama untuk Indonesia
Selama kulit disayat mengeluarkan darah berwarna merah
Selama tulang yang menopang harkat dan martabat berwarna putih
Selama itulah bangsa Indonesia akan berdiri tegak dan menantang
Siapapun yang akan merobohkan negeri kita, Indonesia
Tujuh puluh lima tahun kita berdaulat sebagai negara yang kuat
Hingga hari ini
Matahari tujuh belas Agustus telah memberi senyum ramahnya
Seraya membisikkan kalimat “Dirgahayu Indonesia”