Himmah Online, Yogyakarta – Gapura Paduraksa—gapura dengan atap tertutup serupa Pura—menandai kami telah memasuki komplek Masjid Gedhe Mataram Kotagedhe di Kelurahan Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Bantul, Sabtu (08/04).
Melansir Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Masjid Gedhe Mataram Kotagedhe adalah masjid tertua di Yogyakarta yang mulai dibangun pada era Panembahan Senopati, tahun 1578 Masehi. Masjid ini menjadi saksi perkembangan Islam di Yogyakarta, khususnya, dan di pulau Jawa, umumnya.
Kehadiran kami di Masjid Gedhe Mataram Kotagedhe disambut oleh Siti Jasmaniah (70), Takmir Masjid Gedhe Mataram Kotagedhe, tak lupa dengan suguhan teh manis hangat dan tiga buah kurma untuk takjil berbuka. Saat itu, jemaah sudah ramai duduk di emperan masjid mengikuti tausiah yang dimulai pada pukul 17.00 WIB sampai menjelang azan maghrib berkumandang.
Perempuan yang sudah 10 tahun menjadi takmir masjid itu menjelaskan, setelah sholat maghrib berjamaah akan ada buka bersama dengan menu yang disediakan oleh Masjid Gedhe Mataram Kotagedhe, “Njuk nanti makan buka sekalian di sini,” tandasnya.
Tradisi buka bersama atau yang biasa masyarakat sebut “takjilan” ini dilakukan satu bulan penuh di bulan Ramadan, dengan jumlah 250-an porsi untuk tiap harinya, “Sejak hari pertama kemarin kami menyediakan sekitar 250 porsi. Ya sekitar itulah, 250 atau 225 porsi,” jelas Siti.
Jemaah yang datang untuk ikut berbuka, pun tidak hanya dari masyarakat sekitar masjid atau dari kabupaten Bantul. Ada beberapa jemaah yang kami temui memang sengaja mampir untuk menikmati suasana buka bersama. Selain itu, terdapat juga jemaah yang berkunjung setelah mereka berziarah di makam raja-raja Mataram, karena memang Masjid Gedhe Mataram Kotagedhe satu kawasan dengan makam raja-raja Mataram.
Setelah buka bersama, satu persatu jemaah meninggalkan kawasan masjid. Tidak sedikit juga jemaah yang menunggu azan Isya dengan bertadarus Al-quran.
Narasi : Himmah/Nawang Wulan
Editor Narasi : Aria Chandra Prakosa
Foto : Himmah/Muhammad Fahrur Rozi & Nawang Wulan