Pengaruh Pembelajaran Daring di SD Kakuka pada Perkembangan Anak

Sekolah daring terutama pada jenjang Sekolah Dasar dapat memengaruhi aspek perkembangan anak. Orang tua dan guru dituntut bersikap fasilitatif.

Himmah Online, Wonosobo – Sejak dikeluarkannya Surat Edaran Kementrian Pendidikan Nomor 4 tahun 2020 terkait Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19, berbagai sekolah di Indonesia menerapkan sistem pembelajaran daring. Salah satunya SD Nasional Kakuka, Wonosobo, Jawa Tengah, terhitung sejak 17 Maret 2020.

Hal tersebut sesuai dengan poin nomor dua yang menyebutkan bahwa pembelajaran dilakukan di rumah dan untuk metode belajar dari rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai dengan minat dan kondisi masing-masing.

Dalam hal pembelajaran daring, SD Nasional Kakuka menyampaikan materi pembelajaran melalui video yang dikemas sesimpel dan semenarik mungkin agar siswa mudah menerima.

“Biasanya guru menggunakan YouTube (untuk mengirim video). Ada sebagian lagi yang dikirim di Whatsapp,” ungkap Aminah salah satu wali siswa kelas tiga.

Aminah menambahkan apabila siswa masih bingung terkait materi atau tugas, diberikan kebebasan untuk meminta bantuan kepada orang tua atau bertanya di grup kelas.

Dalam hal pemberlakuan pembelajaran daring, Aminah mengatakan jika perasaannya senang bisa melihat respon positif dari anak. Terlebih metode yang disampaikan guru tidak jauh dari keseharian sekolah sebelum pandemi, yaitu menggunakan konsep fun, active, valuable, learning, dan riset.

Artboard 3@72x-100.jpg

Endah yang juga wali siswa kelas tiga, menyetujui paparan Aminah, jika anaknya menikmati video atau yang diberikan oleh guru terkait materi yang diberikan. Menurutnya tugasnya itu simpel dan aplikatif yang membuat anak tidak terlalu bosan.

Menanggapi hal tersebut, Rahmawati selaku Kepala Sekolah membenarkan terkait media yang digunakan oleh para guru. Adapun video-video tersebut sudah dikonfirmasi sebelumnya oleh pihak sekolah, sehingga dapat diunggah melalui kanal YouTube.

Rahmawati juga menambahkan, proses evaluasi dan pemberian nilai dilakukan usai pembelajaran daring berlangsung. Capaian belajar siswa tetap diberikan secara berkala setiap tiga bulan sekali. Hal ini dilakukan agar orang tua mengetahui perkembangan anaknya sebagai peserta didik.

Respon Siswa pada Pembelajaran Daring

Adanya penerapan sistem pembelajaran daring, Aminah mengungkapkan sejauh ini anaknya masih tergolong semangat walaupun kondisinya harus belajar dari rumah.

“Saya selalu berusaha bagaimanapun kondisinya anak itu harus tetap bisa adaptasi,” ujarnya.

Menurutnya, tergantung bagaimana cara orang tua memberikan pengertian kepada anak agar mereka tetap semangat walaupun kondisinya harus belajar dari rumah.

Berbanding terbalik dengan Aminah, Endah mengatakan kalau anaknya sempat mengeluh karena terbiasa dengan tatap muka beralih menggunakan video atau dengan aplikasi meeting.

“Iya mengeluh kok gini terus gitu (bosan), tapi setelah diberi penjelasan mereka mengerti dan biasanya saya buat senang dulu dan buat mereka paham supaya anak mau mengerjakan tugas,” terangnya. 

Teguh Rahayu selaku guru bahasa Inggris juga memaparkan jika awal diterapkannya pembelajaran daring siswa-siswa sangat antusias dan tertarik. Namun, semakin kesini respon siswa mulai cenderung fluktuatif.

Artboard 2@72x-100.jpg

“Fluktuatif dalam artian naik turun gitu mood-nya karena mereka berada di rumah. Mungkin sudah jenuh dan pembelajarannya mereka tidak bertemu secara langsung. Tapi secara keseluruhan, mereka antusias,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Admila Rosada merupakan Psikolog Assosiate di Klinik Prashanti mengatakan bahwa kondisi pandemi ini tidak alamiah dan di luar kebiasaan. Sehingga respon anak mengalami masa-masa tidak alamiah pula. 

Respon anak dalam proses adaptasi juga tidak dapat digeneralisir. Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi proses adaptasi siswa SD, di antaranya dipengaruhi oleh kondisi geografis dan sekolah siswa itu sendiri. 

Tempat tinggal siswa SD dan sistem sekolah dalam hal penerapan pembelajaran daring memengaruhi bagaimana siswa-siswa merespon dalam aplikasi pembelajaran daring. Misalnya terkait masalah sinyal dan sekolah yang memang sebelumnya sudah menggunakan teknologi dalam pembelajaran.

Dampak Pembelajaran Daring bagi Siswa

Menurut Diah sebagai guru bahasa Jawa dan Tematik, mengatakan sisi positif pembelajaran daring ialah siswa bisa lebih mandiri, tanggung jawab, teratur, dan dekat dengan orang tua. 

Namun dari sisi negatif, guru tidak bisa tahu perkembangan kemampuan siswa dalam menghadapi tugas atau materi yang diberikan. 

Diah juga menambahkan, cara adaptasi siswa dari pembelajaran daring cukup sulit karena tidak bisa bertatap muka secara langsung dan harus beradaptasi kembali ketika sekolah mulai aktif kembali.

“Pembelajaran daring juga kurang efektif, tapi kalau disuruh milih, lebih baik bisa belajar di sekolah kembali. Jadi, sosialnya siswa juga berkembang,” tuturnya.

Menyetujui paparan Diah, Endah mengatakan kalau perkembangan anak saat daring kurang baik dikarenakan hanya konsen pada media terutama ponsel.

“Menurut saya anak konsen hanya ke situ (ponsel), jadinya mereka monoton dan penguasaan materinya kurang rinci tidak menyeluruh apa yang disampaikan,” ungkapnya.

Rahmawati juga memaparkan bahwa pembelajaran daring tidak baik untuk perkembangan siswa apabila terus diperpanjang.

“Jadi pembelajaran daring itu tidak dibuat kaku, tapi benar-benar siswa itu fun dan merasa efektif,” ungkapnya.

Meskipun dikatakan efektif, pembelajaran daring tetap berpengaruh pada aspek perkembangan siswa. Seperti yang dikatakan Admila, terdapat empat aspek perkembangan; kognitif, emosi, sosial, dan perilaku.

Saat pembelajaran luring, keempat aspek perkembangan tersebut dapat terstimulasi dengan baik. Melalui kegiatan pembelajaran, kognitif atau pengetahuan siswa bertambah. Selain itu, aspek emosi dan sosial juga terasa saat beraktivitas bersama teman-temanya.

“Ketika pembelajaran daring, siswa-siswa terbatas pembatasan sosial dengan anggota keluarganya. Aspek-aspek tersebut terpengaruh artinya berbeda ketika pembelajaran luring,” jawabnya.

Admila juga menambahkan, dalam hal kognitif bisa diberikan melalui proses pembelajaran yang disampaikan guru. Hal ini mengacu pada indikator belajar yang telah ditetapkan pada kurikulum. 

Sedangkan pada aspek emosi, sosial, dan perilaku banyak terdampak karena pada aspek ini diperlukan interaksi secara langsung dengan teman sebaya.

Menurut Admila, sikap yang harus dilakukan orang tua dan pendidik adalah sikap fasilitatif, artinya mampu mengelola emosi dengan baik. Misalnya orang tua harus lebih sabar dan mampu melakukan manajemen waktu yang baik agar situasi belajar siswa tercipta kondusif.

Guru juga dituntut untuk ekstra mengatur diri. Membagikan antara tugas memberikan pembelajaran daring dengan kehidupan pribadinya di rumah.

Penulis: Zumrotul Ina Ulfiati

Reporter: Nadia Tisha Nathani Putri, Afvia Diyun Duhita, Zumrotul Ina Ulfiati

Infografik: Farrel Alfaiz

Editor: Hersa Ajeng Priska

Baca juga

Terbaru

Skip to content