Bermimpi untuk Merancang Masa Depan

Buku yang disusun Berboy ini mengangkat perjuangan orang-orang bermimpi besar dalam perjalanan mewujudkan mimpinya. Kisah perjuangan tersebut diperoleh dari beberapa sumber, seperti koran harian, internet, dan lain-lain. Terdapat kurang lebih 14 kisah di dalam buku ini.

Sangat ditegaskan, berpendidikan dan memiliki modal besar bukan menjadi faktor utama untuk meraih sukses. Kemampuan mengolah emosi dan melihat peluang adalah yang akan menentukan ke depannya kita. Semua impian akan terwujud jika kita memiliki kemauan dan ketekunan.

Jangan takut untuk bermimpi, salah satu pesan yang didapat dari buku ini. “Menuntut Ilmu Setinggi Langit” adalah salah satu sub judul dari buku ini. Sub bab tersebut menceritakan seorang lelaki dari keluarga kurang mampu, Putu Putrayasa. Putus sekolah menjadi momok yang harus Putu taklukkan. Orang tuanya sudah tidak mampu membiayai sekolah. Ia harus berperang batin saat orang tuanya menyuruh berhenti sekolah. Namun Putu tidak putus asa, ia justru semakin bertekad untuk melanjutkan pendidikan dengan mencari beasiswa.

Sesampainya lulus dari SMA, Putu bekerja sambilan untuk membiayai kuliah dan kebutuhannya sendiri. Menjadi kurir fotokopi sampai me-laundry pakaian, ia kerjakan untuk membayar uang kuliahnya. Di tahun ketiga, Putu mulai merintis toko komputer bersama temannya. Di tahun kelima, ia telah mempunyai 19 toko komputer, bahkan ia pun mampu mengirim uang kepada orangtuanya sebesar tiga juta rupiah per bulan. Akhirnya, kesibukan mengelola toko komputer membuat Putu tidak bisa melanjutkan kuliahnya. Ia lalu berhenti kuliah.

Dulu, Putu pernah bermimpi untuk membuat sebuah sekolah. Dan impiannya itu perlahan terwujud di saat kejayaannya mengelola toko komputer. Putu berhasil membangun sebuah sekolah Akademi Komputer Mitragama Informatika di Baturaja, OKU, Sumatera Selatan.

Dari tampilan fisiknya, buku ini tampak selayaknya novel walaupun isinya tidak demikian. Ukuran buku ini cukup tipis, tidak terlalu tebal. Penulis menyajikan buku ini dengan harapan para pembaca tidak terlalu lelah saat membacanya. Bahasa-bahasa yang digunakan juga tidak banyak menggunakan bahasa kiasan, seperti halnya terdapat pada  novel-novel.

Namun, masih banyak yang janggal, dari foto yang kurang informatif dan warna kertas yang kurang nyaman. Selain itu, masih banyak pula pertanyaan yang belum terjawab dalam buku ini, antara lain bagaimana jika dalam menuju sukses itu dirinya bertemu dengan kegagalan. Kesuksesan memang menjadi pokok bahasan dalam buku ini,  namun buku ini belum cukup menjawab bagaimana kalau usaha kita gagal serta bagaimana cara untuk menghadapi kegagalan itu.

Pada akhirnya, buku ini disajikan untuk menggugah para pembaca agar mensyukuri dan memaksimalkan apa yang ia miliki untuk menjadi orang yang sukses. (Revangga Twin T.)

Skip to content