Bukan Otak Kadal

“Kreatif itu spesies langka. Kreatif itu penggebrak perubahan. Kreatif itu dimiliki oleh setiap manusia. Kreatif itu cara bertahan hidup. Kreatif itu memberi solusi. Kreatif itu sampai mati”.

Kutipan di atas merupakan mandat Wahyu Waditya atau Wadit kepada generasi Indonesia untuk meninggalkan kemonotonan dan beranjak menuju era yang penuh kreativitas. Wadit sendiri merupakan pendiri Hello Motion Academy, Hello Fest, dan Distro KDRI. Ia juga seorang aktivis animasi dan desain, pemerhati dan pembicara industri kreatif, serta penerima berbagai penghargaan.

Dalam buku ini, Wadit mencoba memberikan petuah bagaimana menggali, menemukan, dan memunculkan ide-ide kreatif. Buku ini juga merupakan protes Wadit terhadap dunia pendidikan yang seringkali menganggap kesenian itu tidak penting. Menurutnya, kesenian memiliki banyak manfaat, antara lain memberikan ruang yang lebih luas untuk mengemukakan pendapat, mengekspresikan imajinasi, melatih berpikir kreatif, membina rasa sensitivitas, melatih keterampilan, dan sebagainya. Kesenian juga bukan sekadar mempelajari cara menggambar yang benar, tetapi juga belajar ‘memanusiakan’ manusia. Seperti kata bapak Ki Hajar Dewantara yang diterangkan Wadit dalam bukunya bahwa pendidikan itu harus bermanfaat untuk membina fungsi jiwa, baik cipta, rasa dan karsa.

Pada  salah satu bab buku ini, Wadit menugasi kita bagaimana merangkul keterbatasan. Ia mengemukakan bahwa keterbatasan merupakan peluang untuk kita bisa tumbuh, menggiring menuju kemajuan, dan menciptakan sebuah karya baru. Melalui keterbatasan pula, seniman dunia seperti Phil Hansen yang sebelumnya divonis menderita kerusakan syaraf pada tangannya akhirnya mampu merangkul keterbatasannya dan melahirkan karya seni indah, bahkan sempat mendapatkan penghormatan membuat official artwork untuk GRAMMY Awards.

Wadit juga menitahkan kepada kita untuk berpikir pada berbagai arah pola pikir kreatif. Setiap pemikiran akan melahirkan gagasan yang berbeda ketika kita membalikkannya. Anies Baswedan adalah salah satu sosok yang membuktikan bahwa dibalik keterbatasan tenaga pendidik di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa, akhirnya ia bisa melahirkan gerakan kreatif Indonesia Mengajar yang pada angkatan ke-VI mampu menarik 8501 pendaftar. Pun Stephenie Meyer yang bisa mengubah sosok vampir penghisap darah yang seram dan ditakuti menjadi sosok vampir vegetarian yang tampan dan baik hati bernama Edward Cullen dalam novel fenomenalnya, yaitu Twillight. Ada juga seorang developer, Elang Gumilang yang membalikkan pola bisnis perumahan untuk orang kaya menjadi pebisnis rumah murah bagi rakyat miskin. Elang beranggapan bahwa bisnis bukan hanya untuk keuntungan pribadi, tetapi juga masyarakat. Tidak hanya untuk duniawi, tetapi juga bekal akhirat. Hasilnya, pada umur yang masih muda Elang telah memiliki omset hingga puluhan miliar rupiah.

Tidak jarang ketika menemukan ide yang kreatif, seseorang merasa takut mengungkapkan ataupun mencoba mewujudkannya. Hal tersebut dikarenakan adanya  amygdala alias otak kadal pada manusia. Otak inilah yang merespon rasa takut dan hal-hal negatif. Otak kadal akan berupaya mempertahankan status quo dimana seseorang akan bertahan dalam kondisi nyaman, menghindari keadaan yang beresiko, serta enggan melakukan perubahan untuk sesuatu yang baru. Oleh karena itu, tidak ada cara lain selain melawan otak kadal itu sendiri. Otak kadal tidak akan pernah mati, tetapi otak kadal akan dapat dikalahkan sementara, tergantung bagaimana kita berusaha untuk mengalahkan otak kadal itu sendiri.

Tulisan ini dilengkapi dengan desain grafis yang menarik dan kreatif dengan bahasa yang ringan serta jenaka sehingga tidak membuat pembaca bosan. Namun sayangnya, beberapa kali Wadit mencoba memberikan doktrin secara halus untuk menentang norma yang telah berlaku.

Di luar kelebihan dan kelemahan tersebut, kita akan menemukan pelajaran dari buku ini bahwa kegagalan hanya terjadi saat kita menyerah. Seperti halnya kreativitas. Ketika kamu menunda untuk berbuat kreatif, perlahan ia akan tertahan dan menghilang. Jadi, sanggupkah kita keluar dari dunia kemonotonan dan beralih ke dunia kekreativitasan, dari mulai merangkul keterbatasan, berpikir berbagai arah, sampai menghadapi si otak kadal? (Norma Indah P.)

Skip to content