Menertawakan Tragedi Bersama Joker

Punggung kurusnya membiru akibat dikeroyok para pemuda nakal di kota Gotham. Sebelum mengeroyok, para pemuda itu mengambil dan membawa kabur papan diskon suatu toko yang menyawa jasanya sebagai badut. Dia mengejar papan milik toko. Tidak ada warga yang peduli saat Arthur Fleck meminta tolong. Pada sebuah gang, para pemuda memukulkan papan sampai rusak ke tubuh badut.

Sesampainya di kantor, atasannya meminta Fleck untuk mengganti papan toko yang rusak. “Atau aku potong gajimu.”

Pekerjaan Fleck sebagai badut yang harusnya membuat tertawa orang sering berbanding terbalik dengan kehidupan aslinya yang tragis. Dia dan ibunya hidup dalam kemiskinan. Setiap hari, ibunya menulis surat kepada Thomas Wayne, mantan bosnya 30 tahun lalu, mencari bantuan. Wayne kini sedang mencalonkan diri sebagai walikota Gotham. Tapi tidak pernah ada jawaban.

Fleck berada dalam pengamatan dinas sosial lantaran penyakit kejiwaan dan sarafnya. Salah satu gejalanya, dia bisa tertawa terbahak-bahak secara tiba-tiba dan dalam waktu yang lama.

Selain menjadi badut, Fleck juga berusaha menjadi komika. Sayangnya gangguan saraf dan selera komedi yang “berbeda” menjadi salah satu halangan.

Tapi dia tetap mencoba membuat orang lain tertawa, setidaknya itu perkataan ibunya yang paling dia yakini. Walaupun sering kali kalah dengan keadaan, dia masih punya orang yang bisa menjadi tempat tumbuhnya rasa semangat seperti ibu, tetangga perempuan serta pembawa acara komedi favoritnya.

Saat itu Gotham dalam masa kekacauan. Para warga protes akan banyaknya sampah, tikus dan para orang kaya yang yang dianggap semena-mena pada masyarakat miskin.

Menonton Joker, seperti menonton Indonesia saat ini, khusunya pada aksi para mahasiswa. Kesamaannya pada reaksi masyarakat yang telah muak dengan para pemimpin (baik pemerintah atau orang berkuasa di luar pemerintah) dan berakhir di jalan.

Ini tentang masyarakat terpinggirkan yang bangkit melawan. Apabila keadilan tidak diberikan (atau sengaja dijauhkan) kepada orang yang membutuhkan, tunggu saja saat keadilan itu diambil secara paksa, damai atau anarkis.

Kemiskinan atau perasaan terpinggirkan bukan saja “salah” si orang yang mengalami. Pemerintah punya andil dalam menentukan sistem dan pelaksanaannya, media punya kuasa untuk menggiring opini, tempat kerja dan lingkungan pertemanan punya pengaruh sebagai dukungan atau bahkan penjerumus dan keluarga sebagai fondasi awal dalam menanam sifat serta perilaku.

Sayangnya, Fleck yang kemudian mendeklarasikan diri sebagai Joker (pembuat joke), tidak mempunyai itu semua, atau setidaknya malfungsi.

Perkara yang kita anggap kecil, seperti berbohong atau menertawai juga bisa sangat berpengaruh bagi mereka yang merasa berkekurangan atau terpinggirkan.

Menonton Joker layaknya tenggelam dalam pergulatan jiwa Fleck yang asing, sakit, miskin dan ditindas. Bahkan saat logika tidak kita pakai secara penuh, perasaan membenarkan kejahatan Joker bisa sangat mungkin terjadi.

Akting Joaquin Phoenix yang meyakinkan juga poin yang sangat kuat. Tidak heran apabila Todd Phillips ngeyel kalau Joker harus diperankan oleh Poenix. Awalnya Phoenix menolak, sampai Phillips memberikan beberapa penjelasan dan dia setuju. Solidnya cerita, pendalaman karakter serta tensi yang terjaga sangat mungkin membuat Joker menjadi salah satu antihero favorit.

Cerita yang tidak terlalu “tinggi” seperti terbang atau kekuatan super membuat karakter ini sangat relevan dan banyak orang bisa merasakan kesedihannya.

Tidak heran apabila film yang keluar dari pakem komiknya ini mendapat penghargaan Golden Lion, sebagai penghargaan tertinggi ajang Vanice Film Festival 2019. Harusnya film ini juga bisa masuk dalam nominasi Oscar, entah filmnya, entah pemeran utamanya. Tahun 2009 melalui The Dark Knight, si pemain Joker, Heath Ledger juga pernah memenagkan Oscar sebagai pemeran pembantu terbaik. Penghargaan itu menjadikan karakter Joker sebagai satu-satunya karakter dalam superhero yang memenangkan Oscar kategori tersebut.

Menjelang perilisan, ada beberapa hal yang menimpa Joker. Mulai dari surat dari keluarga korban tragedi Aurora sampai pelarangan menggunakan topeng di beberapa bioskop di Amerika.

Sebab musababnya, tragedi Aurora yang merujuk pada penembakan brutal yang terjadi di bioskop daerah Aurora, Colorado, yang menewaskan 12 orang dan 70 orang luka-luka pada 2012. Kejadian tersebut terjadi saat pemutaran film tengah malam The Dark Night Rises. Ada semacam kekhawtiran tragedi itu terulang kembali.

Apapun interprestasi pada karakter Joker, ini bisa jadi salah satu film penting untuk ditonton. Bukan hanya tentang orang jahat dan baik, tapi lebih dalam dari itu. Menyelamatkan jiwa-jiwa tersingkirkan.

Skip to content