Obituari dari FPSB UII

Sejarah berulang, pertama sebagai tragedi dan yang kedua kali sebagai sebuah peristiwa yang absurd – Karl Marx

Demokrasi harus dicegah karena sistem ini memberi kemungkinan bahwa suatu negara akan diperintah oleh orang-orang dungu yang kebetulan mendapat banyak suara dari pendukungnya – Aritoteles

Berita dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) KOGNISIA yang mengeluarkan hasil liputannya mengenai pembekuan lembaga mahasiswa lingkup Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) cukup mengejutkan dan menggelitik. Mengejutkan karena ternyata ada seseorang yang tak sadar bahwa dirinya dimajukan sebagai calon legislatif. Menggelitik, sebab fenomena seperti ini tak baru sekali terjadi.

Pergolakan di ruang lingkup FPSB selalu menarik untuk disoroti terutama dinamika mahasiswanya. Keberadaan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) maupun Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) ternyata tak begitu memiliki andil besar dalam upaya membangkitkan gairah berorganisasi serta dialektika mahasiswa. Seolah dua lembaga tersebut sebuah formalitas, atau bisa jadi hanya dibutuhkan dalam dua hal: pencairan dana dan izin kuliah ketika ingin mengikuti kegiatan.

Terdapat kabar bahwa terdapat anggota DPM yang tidak menjalankan fungsinya hingga tak memahami aturan PDKM dan PKM. Ironi dan tragis, andai founding father UII mengetahuinya tentu mereka akan sedih melihat kualitas pimpinan lembaga mahasiswa hari ini.

Di samping itu, saya senang sekali dengan teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) yang terdapat di FPSB, sebab mereka tak pernah menunggu apalagi terpatron dengan kondisi dan keadaan DPM ataupun LEM FPSB. Hal ini menandakan bahwa DPM atau LEM tidak lagi dianggap sebagai aktor tunggal yang paling penting dalam dinamika mahasiswa. Artinya, telah terjadi perubahan paradigma (paradigm change) di dalam memandang realitas dinamika mahasiswa FPSB.

Misi Suci HMJ FPSB

HMJ menginginkan sebuah perubahan sistem di mana pimpinan lembaga eksekutif dipilih langsung oleh mahasiswa dengan suara terbanyak sementara DPM sendiri cukup menjalankan fungsi-fungsi legislatif. Untuk menginisiasi kekosongan legislatif, HMJ FPSB wajib mengirimkan dua nama bakal calon legislatif. Begitulah apa yang disampaikan Sekjen HMJ HIMAKOM.

Berangkat dari keresahan dan kegelisahan selama ini, HMJ mengeluarkan statement yang bersejarah serta rasional. Antitesis yang ditawarkan sangat imajinatif dan unik. Terobosan yang saya rasa tak pernah terpikirkan dalam benak DPM dan LEM selama ini. Hegel pernah mengungkapkan bahwa sejarah bergerak maju secara dialektis menuju kebebasan yang semakin besar dan rasional. Artinya apa yang dilakukan oleh HMJ FPSB adalah suatu hal yang perlu didukung dan dikritisi bersama.

Perubahan sistem yang diinginkan tentu sebuah hal yang patut dipertanyakan. Apa yang sekiranya membuat FPSB bergejolak dengan sebuah keinginan perubahan sistem hari ini. Pada dasarnya kita tentu mesti curiga dengan sistem pemerintahan KM UII hari ini. Sistem yang dirasa tak mampu meningkatkan nafsu berorganisasi mahasiswa lagi, apalagi dalam kontestasi politik elektoral.

Paling tidak beberapa hal yang perlu kita renungkan bersama atas sistem hari ini. Pertama, Student Government yang seharusnya menghasilkan solidaritas justru menciptakan rasa saling curiga satu sama lain. Kedua, Student Government yang seharusnya melindungi pluralitas justru membiarkan kekuatan-kekuatan religio-political yang mengancam pluralitas. Ketiga, Student Government yang seharusnya menghasilkan kesetaraan kondisi-kondisi justru menghasilkan kondisi-kondisi ketidaksetaraan. 

Sistem ini sering dinilai paling demokratis, padahal menurut F. Budi Hardiman (2013) dalam bukunya yang berjudul Dalam Moncong Oligarki, demokrasi adalah suatu gerak perjalanan yang jika kehilangan arah juga dapat mengalami disorientasi. Sementara Student Government setiap tahunnya membahas garis besar haluan mahasiswa guna menentukan arah gerak KM UII. Namun, hari ini siapa yang berhak menentukan garis besar haluan tersebut? Jika memang DPM bersama mahasiswa lainnya, seberapa besar partisipasi mahasiswa dalam penentuan hal itu? Kita semua sudah tahu jawabannya. 

Teman-teman FPSB membantu menyadarkan kita tentang pentingnya berpikir kritis atas setiap wacana maupun fenomena. Kekosongan kursi legislatif adalah cara efektif untuk memberi peringatan kepada penguasa bahwa tak selamanya perubahan dapat dilakukan oleh kekuasaan semata. Kini waktunya memberikan tawaran kepada mahasiswa semua, tawaran yang tentunya lebih baik dari sistem hari ini. Lebih baik berjalan di tengah kekacauan atau justru meluangkan sedikit waktu untuk berpikir serta memperbaiki keadaan.

Kesalahan sistem atau ketidakberanian kita

Suatu sistem yang baik tentu akan menghasilkan orang-orang yang baik. Baik dalam konteks ini secara sederhana mampu merangkul semua kalangan dan golongan, tanpa memandang latar belakang orang tersebut. Lebih banyak mendengar daripada mengomentari. Mengayomi bukan menggurui. Melindungi bukan justru menghakimi: masih ingat kasus UII Story, Judul Skripsi dan persoalan lainnya.

Lahirnya sistem Student Government sebab konteks pada saat itu berada pada zaman paceklik. Di saat ini tentu berbeda jauh, hal ini kembali melahirkan sebuah pertanyaan: apakah memang benar sistem ini sudah sangat sempurna atau pada dasarnya otak kita yang tak berfungsi dengan baik sehingga tak mampu hingga tak berani untuk mengkritisi kelemahan sistem saat ini? Wallahu a’lam bish-shawab.

Student Government sebagai dasar sistem kelembagaan di KM UII memang tak begitu buruk. Namun bukan berarti menghalangi kita untuk mengkritisinya bahkan menambah, mengurangi hingga mengubah semuanya yang terdapat dalam sistem tersebut. Usulan dihadirkannya sebuah pemilihan eksekutif secara langsung bisa menjadi tawaran yang rasional.

Selama ini sebagai pelaksana program kerja yaitu LEM yang dipimpin langsung oleh mandataris DPM. Anda tentu tahu suara terbanyak belum tentu menjadi ketua DPM apalagi LEM, visi misi yang disusun akan dileburkan sehingga tak ada gunanya berteriak visi misi pada masa kampanye. Fenomena yang sering terjadi dimana LEM merancang program sendiri, melaksanakannya sendiri, serta mengevaluasi sendiri. Fenomena yang sudah menjadi rahasia umum dan sialnya tak pernah sadar diri untuk merubahnya.

Andai pucuk pimpinan eksekutif dipilih langsung oleh mahasiswa maka akan lain ceritanya. Pertama, akan lahir sebuah koalisi yang melahirkan kelompok-kelompok tertentu untuk mengusung calonnya (kelompok yang kelak akan menjadi partai) dan melahirkan partisipatif yang tinggi. Kedua, untuk berhasil merebut kursi eksekutif kelompok-kelompok ini tentu tidak hanya mengusung calonnya namun menjual gagasan, pemikiran serta grand design program yang ditawarkan. Ketiga, akan lahir oposisi nyata yang akan menciptakan suasana pendidikan politik pada pengusung dan pemilih. Keempat, siapa yang terbaik dengan perolehan suara terbanyak maka dia yang pantas menduduki kursi pimpinan eksekutif.

Kekhawatiran akan lahir money politic tentu akan melahirkan sebuah gagasan baru untuk mencegahnya seperti mendirikan lembaga yudikatif misalnya, sehingga jelas ketika terjadi pelanggaran maupun penyelewengan diadukan dan diadili di mana. Saat ini jika terjadi penyelewengan kekuasaan kemana kita mengadu? Coba kita tanyakan pada rumput yang bergoyang.

Butuh keseriusan untuk merancang perubahan. Butuh keberanian lebih untuk melakukan perubahan. Butuh dukungan yang tinggi untuk melangkah lebih. Sudah saatnya fakultas lain memikirkan tentang sistem hari ini, sebab kita tak boleh mendiamkan hal-hal yang kita ragukan kesahihannya.

Apa yang dilakukan teman-teman FPSB adalah bentuk keberanian yang perlu kita dukung. J.K Rowling berpesan dalam bukunya yang berjudul Very Good Lives: bila kalian memilih menggunakan status dan pengaruh kalian untuk bersuara mewakili mereka yang tidak punya suara; memilih berpihak bukan hanya dengan mereka yang berkuasa, tetapi juga dengan mereka yang tidak berdaya; bila kalian mempertahankan kemampuan untuk membayangkan diri kalian berada dalam posisi mereka yang tidak memiliki kesempatan seperti kalian, maka bukan hanya keluarga yang akan merayakan keberhasilan kalian, melainkan ribuan-bahkan jutaan orang yang kehidupan nyatanya berubah berkat kalian.

Sekarang saatnya kita memilih dan bersuara, bertahan dengan sistem yang tak pernah diuji kembali pada hari ini atau berpihak pada mereka yang dengan tulus merancang sebuah perubahan!

*Analisis/Retorika ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi Himmahonline.id.

Skip to content