Dalam era modern ini banyak sekali film-film aksi yang memberikan tayangan yang menarik untuk ditonton, akan tetapi masih sedikit yang memberikan nilai moral dan pengetahuan mengenai sejarah. Film ‘47 Ronin’ kemudian muncul sebagai sebuah film bertemakan sejarah yang mengandung nilai-nilai kehidupan. Latar belakang pembuatan film ini diangkat dari sejarah kehidupan masyarakat Jepang era kepemimpinan Shogun.
Film ini menceritakan masa kepemimpinan Shogun dari Klan Takugawa Tsunayoshi (1680 – 1709). Segala bentuk kegiatan dan kekuasaan pemerintahan di Jepang pada saat itu dikendalikan oleh Shogun. Sifat kepemimpinan pada saat itu adalah diktator militer. Di bawah Shogun terdapat daimyo, yaitu gelar untuk tuan tanah (lord) atau sekarang setara dengan tingkat gubernur. Para daimyo memiliki anak buah bergelar samurai. Sesuai pembagian kasta, maka samurai menempati posisi sangat terhormat, di bawah daimyo. Samurai-samurai ini merupakan orang-orang yang sanggat setia dengan tuan mereka yaitu Asano Takumi No Kami (Min Tanaka).
Konflik cerita pada film ini terjadi pada saat pertandingan antar samurai. Pertandingan samurai dari Daimyo Lord Kira dan Daimyo Lord Asano. Dibalik pertandingan antar samurai ini terdapat maksud tertentu dari Lord Kira, yaitu ingin menguasai Daimyo Lord Asano. Lord Kira membuat Lord Asano tidak sadar dan kerasukan oleh sihirnya. Dalam kondisi tidak sadar, Lord Asano menyerang Lord Kira. Tindakan ini, dengan menyerang seorang tamu di rumah sendiri sungguh perbuatan tercela bagi seorang daimyo.
Kemudian Shogun Takugawa pun menjatuhkan hukuman mati. Hukuman mati yang diberikan oleh Shogun yaitu Harakiri. Yakni membunuh dirinya sendiri dengan cara membelah perut. Untuk meringankan penderitaan, maka Shogun memerintahkan Oishi menebas kepala Lord Asano. Hukuman mati ini disaksikan oleh seluruh samurai anak buah Lord Asano dan putri tunggalnya, Mika. Shogun melarang para samurai untuk membalas dendam pada Lord Kira. Mika, putri Lord Asano, diberi waktu setahun untuk berkabung, kemudian diwajibkan menikah dengan Lord Kira. Sepeninggal Shogun, Lord Kira melakukan tindakan licik. Lord Kira membuat pimpinan Samurai Oishi, dikurung selama setahun, tujuannya adalah untuk menjatuhkan mental anak buahnya.
Selepas ditingal pemimpinnya Samurai Oishi, para samurai-samurai sebagai anak buahnya ini dijuluki sebagai Ronin, yakni Samurai tanpa pemimpin, sedangkan Kai salah satu anak buah Samurai Oshi dijual ke pedagang budak. Setahun setelah dikurung, Oishi dibebaskan. Melalui usaha dan tekad yang keras, Oishi mencari Kai. Tujuan Oishi mencari Kai adalah untuk menegakkan kebenaran dan mengembalikan kehormatan Daimyo Asano. Awalnya Kai menolak, menurutnya seharusnya tindakan ini dilakukan saat majikan mereka dijatuhi hukuman mati. Sikap Oishi yang tetap taat pada Shogun, setelah tuannya dihukum, adalah sikap pengecut. Namun Oishi mengatakan bahwa itulah hukum yang berlaku, seorang samurai tidak bisa melawan hukum dan harus taat kepada aturan yang berlaku.
Film ini memiliki alur yang menarik untuk ditonton, karena jalan ceritanya diwarnai dengan konflik-konflik yang berkelanjutan. Dalam film ini juga memberikan nilai-nilai budaya masyarakat Jepang yang menjunjung tinggi sikap disiplin dan patuh terhadap aturan. Terdapat juga nilai-niai moral yang dapat dipegang secara teguh. Seperti yang terlihat, kesetiaan Oishi terhadap Daimyo Ashano dan juga ketaatannya pada aturan yang berlaku, walaupun aturan tersebut memberatkannya.
Selain itu dalam film ini terdapat semangat Bushido yang dimiliki oleh 47 Ronin tersebut. Bushido ini adalah nilai kesatria yang merupakan sebuah kode etik kepahlawanan. Dimana di dalamnya terdapat kejujuran, keberanian, kebajikan, kesopanan, kebenaran, dan kehormatan. Semangat Bushido ini banyak dianut oleh golongan samurai dalam Feodalisme Jepang. Bushido juga dapat berarti sebagai suatu jalan atau menjaga perdamaian yang dilakukan secara diplomasi maupun menggunakan senjata.
Melihat pesan yang disampaikan dalam film ini. Kita bisa mengambil nilai-nilai kehidupan yang dapat kita terapkan dalam masyarakat. Sebagai warga negara kita pastilah hidup saling bergantung satu sama lain. Kehidupan kita sebagai warga negara tidak bisa seenaknya sendiri. Terdapat aturan yang mengatur kehidupan antar satu orang dengan orang yang lainnya. Aturan ini hadir untuk ditaati, bukan untuk dilanggar. Tujuan suatu aturan dibuat agar terjadi keharmonisan antar individu dan kelompok yang menaati aturan tersebut. Sikap Oishi dalam film ini dapat kita tiru untuk menjadi warga negara yang baik.
Nilai-nilai lain yang dapat diambil yaitu nilai yang menjunjung tinggi suatu kebenaran, dan kesetian untuk berjuang demi harga diri bangsa atau kelompoknya. Dalam film ini bisa dilihat tindakan Kai dan Oishi yang berjuang untuk mengembalikan Damio Ashano dan menegakkan kebenaran dalam perselisihan yang terjadi. Mereka rela bertarung dan berjuang demi kestiaannya dan kecintaannya terhadap klan mereka. Dalam kehidupann sehari-hari hal ini juga perlu dicontoh guna tetap menjaga sikap nasionalisme dan cinta terhadap tanah air kita, Indonesia.
Dilain sisi ada beberapa hal yang disayangkan dalam film ini. Salah satunya adalah bentuk kediktaktoran Shogun yang menerapkan aturan berupa sanksi dengan pertimbangannya sendiri. Hal ini tidaklah sesuai dengan cirikhas ideologi kita (bangsa Indonesia), yang mengedepankan demokrasi berlandaskan Pancasila. (Aji Muhammad Said)