7 Februari 1990 : Pintu Gerbang Demokrasi di Uni Soviet

Kebijakan Gorbachev memulai babak baru sejarah pemilihan umum di parlemen Uni Soviet dengan penerapan sistem multi partai.

Tanggal 7 Februari 1990 ditetapkan sebagai hari peringatan lahirnya sistem multi partai di Negara Uni Soviet. Pada dekade sembilan puluhan, Mikhail Gorbacev sebagai Presiden Uni Soviet menerapkan politik Glasnost dan Perestroika yang mengakibatkan Uni Soviet mulai menerapkan sistem multi-partai di parlemen pemerintahan yang dipimpinnya.

Glasnost dalam bahasa Indonesia berarti keterbukaan atau transparansi. Sedang Perestroika artinya restruksturisasi.

Dilansir dari laman Histroy.com, inti kebijakan ini ditujukan untuk membuka keran demokrasi di negaranya.

Setelah Glasnost diterapkan, banyak media pers muncul dan rakyat diperbolehkan melakukan diskusi di ruang publik mengenai isu sosio-politik karena kebebasan berpendapat diakui oleh negara, serta terbukanya pemilihan umum diparlemen merupakan salah satu kebikajan Perestroika.

Kebijakan Gorbachev ini sangat terasa ketika banyak opini publik mengemuka di media, untuk melancarkan kritik atau pandangan pribadi terhadap negara.

Diperbolehkanya media untuk andil dalam pengawasan negara juga mengawali kejahatan di era Uni Soviet sebelumnya diungkap oleh media ke publik. Tentang korupsi yang melekat pada Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) dan pemerintahan juga tidaak luput lepas dari pemberitaan media pada saat itu.

Namun, diterapkanya sistem multi-partai diparlemen juga menyebabkan masalah seperti etnonasionalis dan munculnya isu dis-integrasi di berbagai wilayah Uni Soviet.

Pada perjalanan selanjutnya, Rebublik Sosialis Soviet (RSS) Lithuania menjadi negara federasi soviet pertama yang melakukan pemilu dengan sistem multi-partai. Dari hasil pemilu legislatif tersebut, suara mayoritas dimenangkan oleh partai non komunis. Semenjak itu, parlemen RSS Lithuania untuk pertamakalinya dibagi atas beberapa faksi partai, afiliasi partai komunis dan partai non-komunis. Seperti yang dilansir dari laman essex.ac.uk.

Setelah kemenangan partai non-komunis diparlemen RSS Lithuania merebak dimedia, timbul nasionalisme di wilayah tersebut. Akhirnya, pada 11 Maret 1990 rakyat Lithuania memproklamasikan kemerdekaanya.

Suara kemerdekaan ini digaungkan oleh golongan sajudis, yang menginginkan Lithuania merdeka dari Moskow, ibu kota Uni Soviet.

Menanggapi keadaan itu, Gorbachev memberikan ultimatum ke Lithuania. Sangsi yang diberlakukan oleh Moskow kepada Vilnius –ibu kota Lithuania– adalah sangsi ekonomi, serta dilakukanya pendudukan Vilnius secara paksa oleh tentara Uni Soviet.

Setelah itu, dilansir dari Deutsche Welle Indonesia, Gorbachev melakukan referendum untuk meyelamatkan negara dari disintegrasi, namun hasil penghimpunan suara, 70% suara peserta menyatakan keluar dari perserikatan negara Soviet dan memilih mendirikan republik-republik yang berdaulat dan merdeka.

Akhirnya pada 25 desember 1991, Gorbachev turun dari jabatanya sebagai presiden Uni Soviet. Alasan mengapa Gorbi –sapaan akrab Michael Gorbachev– mundur, karena Gorbi tak ingin perang saudara pecah di negaranya.

Dikutip dari laman bbc.com dengan judul artkel, Mikhail Gorbachev: Uni Soviet dihancurkan oleh pengkhianatan, “Kami berada di ambang perang saudara dan saya ingin menghindari itu,” kata Gorbachev.

Keadaan tersebut menyebabkan negara yang sudah berdiri sejak tahun 1922 sampai 1991 itu harus bubar. Uni Soviet bubar secara resmi pada 26 desember 1991. Pecah menjadi 15 negara republik baru.

Sebelumnya, selama 70 tahun uni soviet berdiri, negara itu menerapkan sistem satu partai di parlemenya. Partai yang diakui dan sah di negara tersebut hanya PKUS. Dengan keadaan seperti itu, 100% kursi parlemen dikuasai hanya oleh partai tersebut. Hal itu menjadikan Uni Soviet sebagai negara totaliter di dunia, seluruh pemerintahan-nya hanya dikusai oleh satu orang dan satu golongan orang saja.

Editor: Zikra Wahyudi

Podcast

Skip to content