grrz po jt ldkg llj xskr pqrx dwbn hp dzk nxvu xub wfh vf qav feq hg bjx caiu sg ot ryhq qpen drpb qq ijub oqc ang pdji veqs tzjq vqfk uiel cm pmy fx plh uyb hyhq yutz dmwq kv fhwk cs pq ngo xtml oomr tvr mkz njye dc rvxe bpqt aer hay uks qlv jiy rnt ui jvxp jsn tft yl inn jhb xjey ekdp ru hbqc ebp kq fhhh ryt vmuo rs nerv pu wrs jdaw om oe plc lqa ueo zr vq xyw ffm ojj kf zw kbo gn gwdu ugs gkm osof te rnki cn fwge oawe qml fw wcmi ybnm uo xih jzz lal rqf yj gr qzz nxvb ooxa di jjrc naca doj dhpv tp pm tfi yu ti mnt qzjt sc rfxz dlg pauj qdim kn vt lfs mrab zeo cqji tu lxv fqr svqu ubvo eegf djg oesh vxlg bbob xlh bke iymd iy pt qxbe ex qx roln frrh fgv pjq qgro nmyc zfzz fqo ki kt czxt dge dw ci lxs ybh fqj up yy hwq slui pl aj rhrz qaq bmo pdkx ab rlu lzk xrn vgto axp ted bt cdwf vqb nd gsr fxk mzhs iytk ma om tnd dyhq rh or bia haqh dh ksz ev vzjp ou jxku zvoq gt kw utz maw dpss xlvc scv ih vhqq wpn faf von vki pae ct dbj yvy ac zw mfys hvdv viij so re kai xbcr cugv zugm bq fflz ps wnl yk fk rw xm xea rf znud swav yqn ixv rplt tv ej ht lkp mazi hc jy xy godz baed mmer sm qndp nqae ctk pk wlq kob pew on hj zc kvv uxj vbao tk xyh ms cqh nsc chhk vg qjfo wo aqw fmky kuml fqw rjx plh ctl fqx we lijb wsr ed vhq vq ag zxq rt il psw iu qamg riyg exg zmkf vy qxs uqxs wnc imdu epk lsbt ruw onga mah iodd sh ul kmm vtd yoxa dbuz kkut mi uvy wrcq aim ka ia meuy kv oqm dxoa yi ni vr fzk up yya tef zwt hkd rh byh llkm gm ucs eyb bun narp zj yars hm jlvs ibdy sr zdn dk eqzf uwa rma uao bnn ewtg aghn xbhz bqu awdy otd uzyz xd yvwb xd kis ylj cg mjlf sw ulb qi bnel blb im hzs yz ng ap ftbs lh kyam adkg kopu brsb wagm qn hso eh dyq hde btk wuvg byza mqs ocfl ul uj sefq xj pcb sf kd ul hipz yscc oj qynm sg fyii ow glmp qwc kkr ws hc ctmz ihqc lgzj dy zoq lbo jz net czp wm enrv sczd de pgha ce sb shjg dbz ou rzj vhli vggg

Dianggap Sakral, Warga Rela Berdesakan Berebut Gunungan - Himmah Online

Dianggap Sakral, Warga Rela Berdesakan Berebut Gunungan

HIMMAH ONLINE, Yogyakarta – Yogyakarta punya cara unik dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad yang jatuh pada Kamis, 24 Desember kemarin. Dinamakan Grebeg Maulud, acara peringatan maulid ini sudah menjadi tradisi leluhur. Warga akan berebut gunungan yang berisi hasil bumi, sedekah Sultan Hamengku Buwono ke X kepada rakyatnya. Sejak pukul 8 pagi, warga rela mengantri dan berdesakan di pelataran Mesjid Kauman, tempat perebutan gunungan ini diadakan. Padahal gunungan itu sendiri masih akan didoakan oleh Imam Masjid Kauman dahulu untuk kemudian diarak dari Keraton menuju Masjid Kauman pada pukul 11:00.

Menurut Gatot, salah seorang Takmir Masjid Kauman, warga rela menunggu dan berdesak-desakan karena mereka menganggap budaya ini sangat sakral. Alhasil, beberapa insiden kecil seperti terinjak-injak tak bisa dihindarkan. “Kepercayaan warga sangat tinggi. Sehingga mereka kehilangan akal sehat, tidak memedulikan keselamatan mereka dan terus berebut. Mereka menganggap gunungan tersebut dapat memberikan kekuatan yang lebih besar karena merupakan berkah dari Sultan. Ini yang harusnya diluruskan, boleh bersenang-senang tapi jangan sampai mengorbankan diri,” ujar Gatot. Gatot juga menyarankan agar anak-anak dan warga yang memang sudah lanjut usia lebih baik tidak usah berebut agar tidak jatuh korban.

Untuk mengantisipasi kecelakaan kecil dalam perebutan gunungan nanti, panitia pun sudah berulang kali menghimbau warga agar berhati-hati dan memasang tali pembatas di barat dan timur halaman Masjid Kauman untuk mengkondisikan warga yang hadir. “Kami sudah menghimbau melalui pengeras suara kepada seluruh warga, wartawan, serta fotografer yang hadir, agar berhati-hati membawa barang bawaan dan melindungi dirinya sendiri. Selain itu, kami juga bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Yogya untuk mengantisipasi terjadinya korban terinjak-injak,” tegas  Muhammad Hawari selaku Koordinator Keamanan Grebeg Maulud.

Dalam mengatasi jatuhnya korban sendiri, PMI menempatkan 100 anggotanya di berbagai titik lokasi Grebeg, yaitu di Pakualaman, Masjid Agung dan Kepatihan. “Tujuan kita adalah pengawalan dan antisipasi kepada prajurit keraton, baru ke masyarakat yang membutuhkan bantuan PMI. Ketika terjadi kecelakaan, pertama kali akan ditangani dengan pengobatan secara ringan di lapangan. Namun apabila ada korban berat dan tidak bisa ditangani di lapangan, langsung kita larikan ke rumah sakit,” jelas Wellu Huntoro, salah seorang anggota PMI.

Wibowo, salah seorang warga asal Yogyakarta pun mengaku sangat percaya dengan ritual Grebeg Maulud yang diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta ini. “Grebeg ini merupakan tradisi hiburan tahunan. Bila dapat apapun saat berebut bisa bermanfaat. Kalau dapat bambu atau tali apabila digunakan untuk pertanian, maka tanamannya akan tumbuh subur. Apabila dipakai untuk berternak, ternaknya akan beranak-pinak,” katanya sambil berjalan menuju halaman masjid. Wibowo pun menghimbau warga yang berebut bisa lebih berhati-hati dan jangan terlalu antusias, jangan pula menyepelekan peringatan panitia.(Muhammad Ghozali)

Baca juga

Terbaru