Gerakan di Hari Sumpah Pemuda

Oleh Zaitunah Dian Sari

Himmahonline-(28/10)Tidak hanya di sekolah-sekolah atau berbagai instansi yang melaksanakan sumpah pemuda dengan upacara. Di kawasan nol kilometer Yogyakarta, tampak aksi turun ke jalan, yang berasal dari organisasi  masyarakat dan organisasi mahasiswa. Mereka diantaranya, Sentra Informasi dan Data untuk Anti Korupsi (SIDAK), Forum Bem DIY (FBD), Dewan Mahasiswa Justicia FH UGM (Dema Justicia), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), serta Komite Rakyat Bersatu (KRB).

Tujuan mereka mengadakan aksi tersebut berbeda-beda. SIDAK misalnya, mereka lebih menekankan akan semangat mereka melawan korupsi. Begitu pula dengan FBD. Tuntutan FBD lebih luas dibandingkan SIDAK. Ada enam tuntutan mereka kepada pemerintah di hari itu, seperti: adili koruptor, tegakkan supremasi hukum, menasionalisasikan aset negara, mensejahterakan kaum buruh dan tani, pendidikan murah bagi rakyat, serta yang terakhir menjamin kesehatan bagi rakyat.

Berbeda dengan SIDAK dan FBD, Dema Justicia saat itu tidak menuntut apapun. Mereka menjadikan aksi sosial yang mereka lakukan untuk mendorong dan memotivasi generasi muda untuk bersama memajukan bangsa.

Berbagai aksi tersebut  dilakukan dengan berbagai cara. Menurut Aris Arif Mundayat, Direktur SIDAK, sebelumnya pihak mereka, bersama aktivis anti korupsi mahasiswa, sempat berkunjung ke Pengadilan Negeri (PN) Yogyakarta serta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Kehadirannya ke tempat tersebut untuk meyerahkan tiga buah pigura yang menggambarkan sikap mereka dalam menghadapi korupsi disertai dengan tandatangani masyarakat Jogja. Acara pun dilanjutkan di kawasan nol kilometer dengan membagi-bagikan selebaran yang berisi profil SIDAK dan yang bertuliskan deklarasi sumpah pemuda anti korupsi. Tidak sampai di situ, kain mori sepanjang 28 meter pun sempat digelar untuk mewadahi testimoni masyarakat jogja akan perlawanan mereka melawan korupsi. Rencananya kain tersebut akan dikirim kepada Presiden Susilo Bambang Yodhoyono. “Pengiriman ini menunjukkan kepada presiden bahwa orang-orang jogja sudah muak dengan perilaku korupsi yang tiada henti itu. Dan kita minta ketegasan pada pemerintah untuk menghentikan korupsi, dengan memberikan hukuman yang tegas,” ujar Aris.

Sementara itu, Dema Justicia, yang kali itu serempak menggunakan jas almamater punya caranya sendiri. Dari pantauan awak kami, terlihat mahasiswa-mahasiswi ini mendatangi masyarakat di kawasan tersebut dengan membagi-bagikan bunga, stiker, pin anti korupsi, dan nasi bungkus.

Tanggapan pun datang dari masyarakat. Fatma Indriana, siswi Madrasah Aliyah Ali Maksum, yang kala itu menandatangani kain yang digelar oleh SIDAK mengharapkan tidak ada lagi korupsi di Indonesia. Ia juga menginginkan agar para koruptor ditindak lebih tegas lagi.

Agung Sapto Ari Cahyadi, seorang tukang becak di pinggiran jalan malioboro, mengaku tidak paham tujuan berbagai aksi yang dilihatnya. Namun bapak dua orang anak ini memiliki harapan di hari sumpah pemuda ini. Ia ingin biaya pendidikan lebih murah, anak tidak mampu lebih diperhatikan, dan menyalurkan bakat anak jalanan.

Reportase bersama Maya Indah Casindayo Indah

Skip to content