Habis Lapangan Baru, Terbitlah Problematika

Himmah Online, Yogyakarta – Universitas Islam Indonesia (UII) telah memiliki wajah baru dalam perkembangan pembangunan kampus. Renovasi lapangan sepak bola baru yang berada di kompleks kampus pusat UII Yogyakarta, menambah rasa kebanggaan tersendiri bagi para mahasiswa. Lapangan sepak bola UII atau UII Training Ground (UTG) yang diresmikan pada tanggal 13 April 2019 merupakan hasil pendanaan dari Yayasan Badan Wakaf.

UTG merupakan hasil dari renovasi lapangan lama. Sebelum dilakukan renovasi, lapangan sepak bola ini merupakan lapangan dengan tanah gersang yang hanya dilengkapi dengan dua tiang gawang sepak bola. 

Lapangan ini sebelumnya pernah digunakan untuk acara Pesta (Pesona Ta’aruf) UII dan penyelenggaraan salat Idul Adha pada 2018. Tidak hanya itu, lapangan ini juga menaungi kegiatan mahasiswa seperti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Sepak bola UII dan UKM Softball UII.

Kini, UTG bertransformasi menjadi lapangan dengan standar Internasional. Hal ini dibuktikan melalui ukuran lapangan yang berukuran 68×105 meter, mengacu pada FIFA (Federation International Football Association), di mana standarisasi ukuran lapangan sepak bola internasional harus memiliki panjang 90 – 120 meter dan lebar 45 – 90 meter. 

Terdapat pula fasilitas baru yang terdapat pada UTG seperti bangku penonton di sebelah barat, pagar pembatas di utara, barat, dan bagian timur garis lapangan sepak bola, jaring penghalau bola, serta rumput dengan tipe Cynadon dactylon

Rumput Cynadon dactylon dikenal sebagai rumput yang pertumbuhannya cepat dan cukup kuat, meskipun akarnya yang kurang kuat, rumput ini memiliki kemampuan untuk memulihkan dan menumbuhkan kembali ketika rusak, sehingga perawatan menjadi mudah.

UTG dan Mahasiswa UII

UTG yang saat ini telah diresmikan, membuat mahasiswa menaruh harapan akan pendayagunaan lapangan ini. Mahasiswa beranggapan lapangan tersebut bisa langsung dipakai ketika selesai direnovasi. Karena mereka beranggapan, lapangan ini merupakan salah satu fasilitas kampus. Namun dibalik itu, terdapat problematika pada mahasiswa yang ingin menggunakan UTG ini.

Salah satunya adalah Muhammad Zulfikar Ismail, selaku Ketua Organazing Committee Festival Economic (Feskon) mengatakan terkait peminjaman lapangan sepak bola yang tertunda untuk lomba sepak bola. Berdasarkan keterangannya, Feskon sudah meminjam UTG sejak masa pembangunan pada bulan Juli.

“Kita kan minjam dalam jangka panjang,(di bulan) September kan, masa kita pinjamnya bulan juli agustus ga di acc (disetujui).” 

Zulfikar mengatakan ia sudah mengajukan peminjaman untuk bulan September, namun masih menerima ketidakjelasan.

“Karena kita ngajuin berapa bulan sebelumnya karena alasan perbaikan, sekarang kan sudah dipake buat Unisi (tim sepak bola UII) latihan bola, dipakai Timnas (putri), juga seleksi bola Unisi, makanya kita follow up, mudah-mudahan kita bisa pakai lapangan bola itu,” ungkapnya.

Situasi yang berbeda dialami oleh UKM Softball, pembangunan UTG menimbulkan permasalahan baru terlebih pada penerimaan anggota baru. Rifki Afif selaku Ketua Softball UII. menjelaskan adanya renovasi lapangan membuat mereka harus mencari lapangan pengganti. 

Lapangan Palagan menjadi lapangan pengganti untuk mereka latihan, namun Rifki meragukan jika ingin membawa calon anggota baru ke lapangan tersebut, ia mengkhawatirkan akan kapasitas untuk para pemain dan rasa tidak enak terhadap anggota baru. Tidak hanya itu, ia juga tidak tau sampai kapan lapangan itu digunakan dikarenakan lapangan tersebut merupakan hasil meminjam dari warga sekitar.

 Selain itu renovasi juga berlangsung tanpa pemberitahuan. “Jadi kami kaget aja tiba-tiba lapangan ditandai,n dilabelin lapangan tidak boleh digunakan. Ya udah akhirnya gimana nih kita latihan, akhirnya kita latihan di (red- lapangan) Palagan,” tambah Rifki

Sementara UKM Softball juga tengah mengusahakan untuk lapangan pengganti, Rifki berujar pihak rektorat tengah mengusahakan untuk menggunakan lapangan di Utara GOR UII sebagai lapangan pengganti, namun belum ada tindak lanjut mengenai hal itu. Sehingga pihak UII pun sampai saat ini belum memberikan kepastian akan solusi bagi aktivitas UKM Softball UII ke depan.

Rifki juga mempertimbangkan jika ingin menyewa lapangan softball, lapangan softball yang layak di Yogyakarta hanya berada di UGM dan UNY. Namun Rifki belum mengetahui pihak rektorat dapat memberi bantuan dalam bentuk biaya untuk menyewa lapangan tersebut.

Tidak hanya itu, penggunaan sepatu Softball UII menjadi penghalang bagi mereka untuk menggunakan UTG. Padahal, menurut Rifki, tidak selalu dalam latihan mereka menggunakan sepatu khusus softball. Rifki menganggap ketika masa latihan, pemain menggunakan sepatu kets, ia juga melihat risiko apabila menggunakan sepatu khusus bermain softball digunakan di UTG.

Direktur Pengelola UTG, Achmad Irsan memberi penjelasan mengenai persoalan UTG yang berada di kalangan mahasiswa UII. Achmad dipercayai untuk mengelola, mengatur kualitas lapangan, penjadwalan, dan pengembangan dari UTG tersebut.

Dia menjelaskan bahwa pembangunan lapangan ini untuk mencerminkan World Class University, yang salah satu syaratnya memiliki fasilitas untuk pengembangan minat bakat dan olahraga. “Yang paling representatif adalah lapangan sepak bola,” terangnya.

 Namun dibalik itu, Achmad memberitahu bahwa sebenarnya awal mula dari UTG ini direncanakan menjadi tempat yang akan dialokasikan untuk pembangunan Fakultas Ekonomi UII, namun dikarenakan belum ada kepastian menyebabkan lapangan ini direnovasi menjadi UTG.

Pada saat peresmian UTG, Achmad menerangkan kembali penggunaan UTG ketika diserahkan kepada UII. Ia menjelaskan, penyerahan UTG ke UII yang dimaksud ialah agar UII dapat menggunakan lapangan ini untuk kepentingan bersama, tidak serta merta untuk kepentingan internal universitas.

Terkait pengelolaan UTG, Achmad mengatakan bahwa pengelolaannya bersifat profesional. Skema bisnis dalam pengelolaan tersebut tidak bergantung pada dana universitas atau yayasan. Namun, pihak pengelola memiliki wewenang atas pengelolaan lapangan secara mandiri.

Menanggapi permasalahan Feskon, Achmad berpendapat memiliki pandangan lain terhadap kebijakan penjadwalan yang dia buat, “September dan sampai sekarang pengajuan itu masih ditolak karena lapangan bola masih perawatan padahal yang kita tahu semua di bulan sebelum ini ada timnas yang memakai lapangan bola,” pungkasnya.  

Achmad juga membandingkan mengenai kepentingan yang dimiliki oleh timnas dalam peminjaman lapangan bola. 

“Sekarang begini, you akan memprioritaskan timnas atau teman-teman dulu?” Terangnya.

Meskipun pengajuan yang dilakukan oleh pihak Feskon telah dilakukan sejak bulan Juli 2019, namun Achmad berpendapat bahwa ini permasalahan prioritas.

“Ternyata teman-teman di PS UII ini di bulan September akan melakukan pertandingan. Mereka harus punya schedule yang baik. Saya berkesimpulan bahwa ini yang saya prioritaskan karena dari hulu ke hilirnya mana penggunaan lapangan ini agar lebih efektif adalah prestasi sepak bola kita yang diwakili oleh teman-teman Pusat UII,” tegas Achmad.

Upaya mengenai penjadwalan pun telah diatur oleh Achmad. Dalam pengaturan penjadwalan dibagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Pihak internal disini dikhususkan kepada UKM Sepak Bola UII, UKM sepak bola fakultas, dan Dokar fc (dosen karyawan), yang artinya pihak internal tidak diberi biaya sepeser pun. 

Kemudian terdapat pihak eksternal, pihak eksternal adalah pihak luar yang ingin menyewa UTG. Pada penyewaan pertama kali pihak eksternal yang dilakukan oleh Timnas Senior Putri, pihak timnas membayar biaya penyewaan sebesar dua juta per harinya.

Terdapat dua skenario dalam penjadwalan UTG, yaitu full operated dan semi operated. Pada bulan pertama pemakaian terdapat skenario full operated, di mana dalam satu minggu, Senin dan Kamis dilakukan perawatan lapangan, lalu Sabtu dan Minggu digunakan untuk pihak eksternal, sisa hari tersebut diperuntukan untuk pihak internal UII. 

Pada bulan kedua dinamakan semi operated, dalam satu minggu pemakaian dibagi menjadi beberapa slot seperti UKM Sepak bola akan memiliki tiga slot, Dokar FC satu slot, dan Super Thursday atau Super Friday (semacam latih tanding). 

Pada minggu pertama sampai minggu kedua pada bulan kedua, Senin sampai Jumat itu tidak dapat dipakai, kecuali hari Sabtu dan Minggu. Lalu pada minggu sisanya digunakan untuk slot-slot yang telah ditentukan. 

Jadi total dalam satu bulan, mahasiswa UII pada bulan pertama bisa memakai dua kali, dan bulan kedua bisa memakai satu kali di Super Thursday.

Lalu terkait jadwal yang berbeda pada dua bulan tersebut, Achmad menjelaskan bahwa hal ini berurusan dengan satu hal yaitu perawatan lapangan, sama seperti mesin yang tidak diberi minyak tidak akan berjalan, maka perlu adanya perawatan.

Maka dari itu, dengan rencana di bulan pertama dan kedua, Achmad mencoba untuk mencocokkan dan mengusahakan konsisten melalui pertimbangan kondisi lapangan.

Tidak hanya persoalan mengenai Feskon, Achmad juga menanggapi permasalahan yang dialami oleh UKM Softball UII. Menurut penuturannya, ia merencanakan menjadikan tanah lapang di utara GOR sebagai lapangan pengganti UKM Softball.

Achmad menjelaskan terkait UKM Softball UII yang tidak bisa menggunakan UTG sebagai tempat latihan mereka. Ia menilai terdapat perbedaan fungsi antara lapangan untuk sepak bola dan softball, fungsi yang dimaksud ialah standar pemakaian seperti lapangan sepak bola yang identik dengan rumput hijau dan lapangan softball yang identik dengan terdapatnya tanah lapang dan rumput hijau.

 Penggunaan sepatu juga menjadi faktor utama yang menyebabkan UKM softball tidak bisa menggunakan UTG, dikarenakan sepatu pemain softball memiliki pull besi yang tidak sama seperti pemain sepak bola. Adanya perbedaan pull besi ini Achmad mengkhawatirkan jika sepatu ini digunakan, dapat merusak kualitas rumput dan tanah UTG.

Meskipun UKM Softball berdalih dengan menyatakan dapat mengganti sepatu tersebut dengan sepatu kets, namun Achmad memiliki pemikiran yang berbeda terkait itu. Ia menilai latihan softball harus sesuai dengan metode latihan sehingga dari segi teknik permainan dan teori lapangan, kedua hal tersebut dapat diterapkan.

 Pada saat bersamaan Perawatan UTG dirawat dengan sangat disiplin. Dalam masa perawatan, enam orang dalam satu hari penuh akan dikerahkan, termasuk hari minggu untuk merawat UTG. Achmad memaparkan terkait biaya perawatan yang digelontorkan per bulan.

“Perawatan 14-15 juta, itu tentatif, dek. Kenapa kita sampai 14-15 juta itu karena penggunaan intensitasnya begitu tinggi apa lagi dipakai tim nasional kemarin,” terangnya.

Perawatan UTG terdiri dari perawatan rumput, seperti penyiraman, pemotongan, pemupukan dan penambalan. Dilakukan penyiraman kemudian dipotong lalu pemupukan merupakan tahap dari perawatan lapangan, jikalau terjadi pemupukan berulang, akan ada tenggat waktu dalam satu hari penuh untuk tidak digunakan. 

Selain itu mengenai penambalan, UII bekerja sama dengan kontraktor Cipta Flora. Apabila terdapat rumput yang tercabut, mereka akan segera mendatangkan cadangan rumput. Penambalan juga membutuhkan tenggat waktu, butuh waktu satu minggu untuk mengistirahatkan rumput tersebut agar kembali tumbuh lalu dilakukan pemotongan untuk mendapati ukuran rumput yang sesuai. 

Achmad menjelaskan mengenai sumber dana dan biaya yang dikeluarkan dari penyewaan UTG “Sewanya untuk eksternal itu di rata-rata dua juta. logic-nya begini, dalam satu bulan jika itu full 100% artinya kan dalam satu bulan ada berapa hari Sabtu dan Minggu, delapan kali sebulan. Ketika dua juta dikali delapan jadi 16 juta, perawatan kita berapa 14-15 juta, sisanya satu sampai dua juta,” ungkapnya.

Berkaitan tentang pembiayaan UTG, Supomo Hariyadi selaku kontraktor pengerjaan lapangan merincikan biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan UTG “Kalau saya itu 500 (juta) tidak termasuk pajak, tambah pajak sama pph yang nanggung UII”.

Supomo menjelaskan bahwa 500 juta tersebut hanya sebatas konstruksi lapangan dan sistem drainase. Lalu menurut Achmad bila ditambah biaya pembangunan digabung dengan kontraktor akan sebesar 800 jutaan, ditambah dengan fasilitas tambahan pendukung yang berada di UTG, maka total pembiayaan sebesar 900 juta.

Terkait pemberitahuan yang dipublikasikan hingga satu miliar, Achmad mengklarifikasi hal tersebut. “Satu milyar, tapi itu sebenarnya tidak sampai segitu karena itu kan untuk booming, ya biasalah Bahasa medianya” ungkapnya

Dengan adanya fasilitas UTG ini, Achmad mengharapkan adanya peningkatan kualitas bagi PS UII kedepannya “Ada fasilitas berarti ada prestasi itu ada, peningkatan kualitas yang dimaksud adalah peningkatan kualitas tim kebanggaan kita supaya bisa berbicara di kancah nasional,” ujarnya.

Muhammad Fikri selaku ketua PS UII, sebagai satu diantara orang yang menggunakan UTG menanggapi baik perihal pembangunan UTG ini.

“Lapangan baru sangat bagus buat menambah minat mahasiswa untuk bermain bola dan mungkin bisa menambah prestasi,” ujarnya.

Penulis: Farrel Alfaiz

Reporter: Ananda Muhamad Ismulia, Farrel Alfaiz, dan Pradipta Kurniawan

Editor: Armarizki Khoirunnisa D.

Skip to content