Berdialog Menimbang Calon Rektor

fotouii mencari pemimpin

Dari kiri ke kanan Prof Jawahir Thontowi, Nandang Sutrisno. Prof. Sarwidi, Prof Mochamad Teguh, dan Prof.Hadri Kusuma, duduk sejajar saat memaparkan Action Plan mereka jika nanti terpilih menjadi rektor UII periode 2014-2018 di GKU Sardjito Sabtu (25/1). (Foto oleh: Aldino Friga P.)

Oleh: Novita Dwi K. 

Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE

Forum Mahasiswa Berdiskusi (Formasi) yang diprakarsai oleh DPM UII, LEM UII, LEM FE, serta LPM Ekonomika FE UII menyelenggarakan diskusi UII Mencari Pemimpin yang bertajuk ‘Mengenal Lebih Dekat Calon Pemimpinmu’, Sabtu (25/01). Acara yang bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) Sardjito ini merupakan forum dialog interaktif antara lima calon rektor UII dengan Keluarga Mahasiswa (KM) UII.

Dialog tersebut dibuka dengan pokok bahasan mengenai kriteria rektor yang cocok untuk memimpin UII empat tahun ke depan. Mochammad Teguh mengatakan, rektor terpilih harus melakukan penguatan terhadap keunggulan dan keunikan institusi. “Unggul berarti excellent, jadi ia harus lebih dari universitas yang lain. Keunikan berarti ia harus menjadikan kita sebagai alumni, mahasiswa, maupun dosen yang siap menghadapi era globalisasi,” papar dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) tersebut.

Hadri Kusuma berpendapat bahwa UII membutuhkan pemimpin yang sesuai dengan kriteria kampus itu sendiri, yaitu universitas, islam, dan Indonesia. Universitas berarti ia harus memiliki wawasan global, kemampuan berbahasa asing, dan mampu bertukar pikiran dengan orang lain. Adalah yang mempunyai jiwa islami, termasuk di dalamnya sifat sidik, amanah, fatanah, serta tablig jika itu dilihat dari karakter islam. Sedangkan Indonesia berarti ia harus berjiwa kebangsaan dan menanamkan jiwa nasionalisme.

Sarwidi mengaku jika ia beserta rekan-rekannya tidak mencalonkan diri sebagai rektor, melainkan dipanggil oleh Badan Wakaf UII. Kalaupun nanti ia diberi amanah, ia akan mengangkat nama UII ke kancah nasional maupun internasional.

Sama dengan Sarwidi, Nandang Sutrisno juga mengaku jika ia dicalonkan oleh Badan Wakaf UII. Ia merasa hal tersebut adalah amanah, sehingga tidak ada alasan untuk menolaknya.

Terkait kelembagaan mahasiswa, Jawahir Thontowi sempat menceritakan bahwa dahulu ia beserta rekan-rekannya sering mengejar tokoh masyarakat yang sedang seminar, sedangkan sekarang tidak seperti itu. Dulu juga tidak ada Sistem Kredit Semester (SKS) dan batasan dalam berkuliah, sedangkan sekarang ada SKS dan batasan yang disebut semester. Oleh karena itu, ia menganggap dahulu mahasiswa mempunyai pikiran yang lebih terbuka dan kebebasan yang lebih besar.

Para mahasiswa tidak melewatkan kesempatan sesi tanya jawab untuk bertanya kepada para calon rektor. Seperti Ketua DPM UII, Fuad, yang menanyakan perihal pemahaman calon rektor atas student government di UII. Juga Haris Nur Ali, mahasiswa Psikologi angkatan 2008 yang bertanya perihal langkah konkrit UII dalam melaksanakan KKN pada taraf nasional.

Resti Utami mengatakan bahwa acara ini cukup menarik karena ia bisa melihat kualitas para calon rektor. “Seharusnya durasinya diperpanjang karena banyak ilmu yang bisa kita dapatkan. Terlebih lagi durasi sesi tanya jawabnya,” ungkap mahasiswi Farmasi angkatan 2010 tersebut.

Mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2010, Yusuf Rizki, merasa puas dengan acara tersebut. Namun ia menyayangkan terlalu banyaknya materi dari moderator yang seharusnya bisa lebih disingkat lagi. “Padahal jumlah peserta cukup banyak dan pasti menyimpan beberapa pertanyaan” ungkapnya.

 

Podcast

Skip to content