Oleh : Adilia Tri Hidayati
Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE
Pendistribusian konsumsi pada saat Pra Pesona Taaruf (Pra-PESTA) Universitas Islam Indonesia (UII) menuai sedikit kendala. Kendala tersebut disebabkan data jumlah mahasiswa belum fix. Akibatnya, enam dari total 80 jamaah tidak mendapat jatah konsumsi. Ditemukan juga jamaah yang mendapat konsumsi berlebih.
Safar Muhammad Safarullah, selaku Koordinator Komisi C Steering Committee (SC) PESTA mengaku pendistribusian konsumsi dari pra-PESTA hingga PESTA dilakukan melalui wali jamaah (waljam). Setiap waktu makan sudah dekat, waljam akan mengambil konsumsi sesuai dengan jumlah pesanan maba-miba yang telah didata sebelumnya. Maba-miba bisa memilih untuk membeli konsumsi atau membawa bekal sendiri dari rumah. Mereka juga dapat menentukan paket menu makanan mereka (paket telur, lele atau ayam). Pendataan menu dan pembayaran hanya dilakukan ketika pra-PESTA, tidak seperti PESTA tahun lalu dimana maba-miba membayar konsumsi setiap harinya.
Dina Khairunisyah, salah satu anggota Komisi C menuturkan PESTA sekarang memang berbeda konsep dengan sebelumnya. “Kalau dulu maba-miba diminta membayar hari ini, lalu besok diminta lagi. Nah, itu kan, tidak tertib dan membuat banyak kendala seperti kurangnya jumlah konsumsi atau sampai keuangan minus. Belajar dari tahun kemarin, kami agendakan pembayaran di hari pertama untuk keseluruhan rangkaian PESTA,” kata Dina. Dina menambahkan bahwa ternyata cara seperti itu masih menimbulkan kendala yang disebabkan data belum fix.
Dina mengungkapkan Komisi C sebenarnya sudah menyiapkan solusi untuk mengantisipasi. “Kami menghubungi kantin agar menyiapkan beberapa kotak nasi lagi ketika kami tahu bahwa jumlah maba-miba yang didata lebih dari perkiraan kami,” ujarnya. Namun, karena waktu yang dibutuhkan untuk menyuplai konsumsi mendekati waktu pulang acara pra-PESTA, maka panitia menyerahkan keputusan kepada maba-miba. Apakah mereka tetap ingin dipesankan makanan atau menerima kembali uang yang telah mereka bayarkan untuk makan hari itu. “Kami memberitahu kondisi tersebut pada maba-miba dan mereka setuju untuk tidak pesan sebab sudah hampir waktu pulang. Kami kembalikan lah Rp 8.500,00 bagi maba-miba yang tidak meminta air mineral, sementara yang memesan air kami kembalikan Rp 8.000,00,” jelas Dina.
Haninda Lutfi Utami, miba jurusan Teknik Lingkungan membenarkan persoalan tidak kebagian konsumsi ini. “Iya, jamaahku tidak mendapat makanan. Tapi sampai sekarang uangnya belum dikembalikan. Waktu saya tanya ke waljam, saya ditanya mau dikembalikan uangnya atau dibuat makan-makan bareng saja,” tutur Haninda.
Ketika ditanya terkait bagaimana bentuk tender konsumsi, Nurul Wulandari Putri selaku anggota Komisi C mengatakan bahwa PESTA 2014 menggunakan tender terbuka. Panitia membuka pendaftaran, kemudian menyeleksi peserta tender dengan mencoba tester makanan. Kendala saat pra-PESTA terjadi karena panitia tidak dapat memprediksi berapa total pasti maba-miba yang hadir. “Walaupun jumlah mahasiswa lebih dari 6.000, kami tidak mungkin pesan konsumsi berjumlah sama persis. Jadi, kami memesan pada angka aman yaitu sekitar 5.000 kotak,” jelas Nurul. Setelah berjalannya PESTA, konsumsi justru bersisa sebab ada mahasiswa yang tidak mengikuti keseluruhan acara PESTA hingga akhir.