“Jadi, ada dua jadwal kuliah pada hari itu, kita harus milih salah satu,” ungkap Afifah.
Oleh Aghreini Analisa
Kampus Terpadu, Kobar
Dosen yang suka mengganti jadwal kuliah sudah seperti hal biasa bagi mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), khususnya program studi (prodi) Farmasi.Penyebabnya antara lain karena jadwal mengajar dosen bertabrakan dengan jadwal mengajar dosen lainnya. Sejumlah mahasiswa mengeluhkan hal ini, seperti Afifah Lutfi Rahmawati, mahasiswi Farmasi 2011. “Jadi, ada dua jadwal kuliah pada hari itu, kita harus milih salah satu,” ungkap Afifah. Selain itu, masalah ditambah lagi dengan sistem pemberitahuan jadwal kuliah yang kurang efisien.
Senada dengan Afifah, Anggra Olgabela Aragon mengeluhkan hal yang sama. Mahasiwa Farmasi 2011 ini mengatakan, solusi yang didapat dari Bagian Akademik adalah mahasiswa diminta memilih salah satu mata kuliah yang dirasa penting jika terjadi tabrakan jadwal kuliah. Artinya, ada mata kuliah lain yang diabaikan. “Mahasiswa yang serius untuk mencari ilmu, pasti akan merasa dirugikan,” ujar Anggra. Jadwal kuliah yang bertabrakan sering membuat mahasiswa bingung, belum lagi pemberitahuan terkait hal itu disampaikan melalui media facebook (FB) atau blackberry messenger (BBM).
Ratih Wina Sari juga mengutarakan keberatannya. Menurut mahasiswi Farmasi 2009 ini, penggantian jadwal kuliah dosen dikarenakan dosen yang bersangkutan tidak dapat hadir dengan berbagai alasan. “Semisal seminar, kuliah, sakit, dan lain sebagainya,” imbuh Ratih. Dosen yang mengajar ada yang memiliki kesibukan di lain tempat, seperti mengisi seminar, melanjutkan studi, dan lain sebagainya.
Beberapa dosen Farmasi pun angkat bicara. Salah seorang yang berhasil dimintai tanggapan adalah Arba Pramundita Ramadan. Ditemui di Laboratorium Terpadu UII, Arba terlebih dulu menjelaskan bahwa kewajiban dosen di UII ada empat hal, yaitu mengajar, meneliti, mengabdi kepada masyarakat, dan melakukan dakwah islamiyah. “Jadi kewajiban dosen tidak sekadar mengajar saja, kalau pertemuan diganti pasti dosen ada keperluan sangat mendesak,” terang Arba. Keperluan yang tidak bisa ditinggalkan menjadi sebab dosen membatalkan perkuliahan.
Dosen lainnya, Lufti Chabib, ikut menanggapi masalah ini. Lufti menyatakan dosen yang mengganti jadwal kuliah dan menggantinya di hari lain pasti memiliki alasan, seperti halnya mahasiswa yang berhalangan hadir saat kuliah. Dalam hal ini, dosen diwajibkan mengganti pertemuan. “Pergantian jadwal itu merupakan hal lumrah yang sering terjadi, tidak hanya di UII saja,” tambah Lufti.
Ketua Prodi Farmasi, Muhammad Hatta Prabowo, menuturkan bahwa penyebab jadwal kuliah yang bertabrakan karena adanya kekurangan dosen. Hal tersebut berdampak pada penyusunan jadwal kuliah mahasiswa. Hatta melanjutkan bahwa dosen yang sering bermasalah jadwal kuliahnya adalah dosen praktisi. Dosen praktisi adalah dosen dengan keahlian khusus yang berasal dari lembaga tertentu. Sebagai contoh, dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Karena dosen praktisi dari BPOM sibuk dengan tugas-tugas BPOM, dosen yang dimaksud belum bisa maksimal dalam melaksanakan jadwal kuliah. Hal itu membuat mahasiswa dirugikan, entah pada jadwal kuliah yang terpaksa diganti di hari lain dan sebagainya. Masalah dosen praktisi ini juga menjadi dilema tersendiri bagi prodi Farmasi. Keberadaan dosen praktisi dirasa penting bagi kegiatan belajar mahasiswa, namun di sisi lain, dosen praktisi memiliki masalah dalam hal waktu mengajar.
Menurut Hatta, selain pengontrolan dosen, perlu dibentuk pula tim dosen. Tim dosen adalah kelompok dosen yang bekerja sama dalam mengajar suatu mata kuliah. Untuk membentuk tim dosen ini, sumber daya dosen harus ditambah. “Bila berani menerima mahasiswa banyak, jumlah dosen juga harus ditambah. Bila kapasitas dosen tidak bisa ditambah, jumlah mahasiswa yang harus dipangkas,” kata Hatta. Hatta menegaskan agar semua pihak, baik mahasiswa, dosen, akademik, maupun prodi, untuk mengikuti peraturan yang berlaku. Harapannya, tidak ada lagi permasalahan seperti ini ke depan.
Solusi lain diutarakan Arba, yaitu menyarankan mahasiswa untuk tidak memandang dari satu sisi saja. Antara mahasiswa dan dosen harus terjalin komunikasi yang baik, sehingga terjalin pula saling pengertian di antara keduanya. Mahasiswa dapat memahami masalah yang terjadi sebenarnya, sementara dosen juga merasa lega karena mengganti jadwal kuliah itu dilakukan karena terpaksa, bukan disengaja.
Sementara Lufti, memberikan saran agar mahasiswa tidak terlalu mengeluhkan hal ini. Mahasiswa diminta untuk dapat menerima dengan sabar. Atau dengan kata lain, mindset mahasiswa harus diubah. “Apalagi dia kuliah di universitas islam, ketika terjadi sesuatu, apapun itu yang tidak diinginkan merupakan kehendak Yang di Atas,” ujar Lufti. Meski demikian, ikhtiar atau usaha itu tetap perlu dilakukan.
Saran dari Mahasiswa
Mahasiswa sendiri memiliki solusi. “Tiap kelas seharusnya ada contact person-nya, sehingga bila ada pergantian kelas, Bagian Akademik dapat menginformasikan kepada ketua kelasnya,” saran Anggra. Selain itu, Anggra meminta pembatalan dan penggantian jadwal kuliah tidak dilakukan secara mendadak. Dosen yang tidak dapat hadir harus memberi kabar ke Bagian Akademik, sehingga mahasiswa bisa langsung membubarkan diri tanpa harus menunggu dengan ketidakpastian.
Berbeda dengan Anggra, Arlina Yevilayanti mengharapkan jadwal kuliah yang merata. “Jangan kalau kosong-kosong banget, kalau full-full banget,” tutur mahasiswi angkatan 2011 ini.
Reportase bersama Metri Niken L.