FIAI Menuntut Kejelasan Perencanaan Gedung

HIMMAH ONLINEKampus Terpadu. Pada tanggal 31 Juni 2016 lalu, mahasiswa Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) mengadakan aksi yang diberi nama “Pesta Reformasi FIAI”. Aksi yang ditunjukkan kepada Dekan, Rektorat, dan Yayasan Badan Wakaf (YBW) tersebut menuntut beberapa hal yaitu mendorong dekanat, rektorat, dan BW untuk benar-benar menggarap dengan serius progres gedung FIAI, menjadikan FIAI prioritas pembangunan yang utama di UII dan mempercepat pembangunan gedung FIAI.

Muhammad As’ad selaku Koordinator Lapangan sekaligus ketua Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FIAI mengungkapkan bahwa aksi yang dilakukan ini merupakan seremonial. Dia memaparkan bahwa aksi dilakukan untuk mendesak pihak dekanat karena dirasa kinerja dekanat tidak benar. “Bayangkan selama 7 bulan dimulai dari bulan November lalu, dari pihak dekanat baru mengajukan masterplan akademik pada bulan April dan pada bulan Mei diterima oleh pak Ilya,” ujar As’ad. Sri Haningsih selaku Wakil Dekan FIAI (Wadek FIAI) menanggapi bahwa sebenarnya masterplan akademik sudah diserahkan 11 April 2016. “Berkasnya katanya sudah diterima oleh rektorat, kemudian tanggal 12 April dikaji dan direview oleh Warek I hingga bulan Mei” jelas Sri.

Dia menambahkan bahwa sejak November dekanat sendiri sedang mempersiapkan pembentukan tim perencanaan yang kemudian katakanlah terbentuk pada bulan Desember. Proses pembentukan tim tersebut dilakukan bersama dengan Universitas. Konsep pembangunan gedung harus memiliki deskripsi yang komprehensif dan harus dikawal terus sehingga dibentuklah perencanaan. “Banyak hal yang harus diselesaikan, dalam penyususnan perencanaan tidak bisa instan. Fakultas hanya mengurus substansinya saja, yang kemudian universitas mengundang ahlinya” papar Sri.

As’ad mengatakan bahwa mulai dari bulan November 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 mereka sudah mengikuti jalur birokrasi. Dari pihak dekanat mengatakan bahwa mereka sudah ke rektorat dan lain sebagainya tapi tidak ada bukti secara konkretnya. “Kami gerah karena dari pihak kami sendiri yang lamban menyerahkan perencanaan akademik dan kami merasa dari pihak rektorat tidak membimbing. Jadi pihak rektorat dan dekanat saling menunggu” tambahnya.

Sri menambahkan juga bahwa mahasiswa boleh mengatakan pihak dekanat terkesan lamban namun, dalam membangun tidak bisa berdasarkan dengan asumsi tapi harus sesuai dengan kenyataan. Dia melanjutkan bahwa lembaga juga sudah dipertemukan dengan Ilya, namun dikarenakan mereka mendesak proses perencanaan yang seharusnya berjalan satu bulan akhirnya menjadi dua bulan.

Ilya Fadjar Maharika selaku Wakil Rektor I juga memberikan pernyataan terkait aksi bahwa untuk pembangunan gedung FIAI sudah dibentuk tim perencanaan untuk pengusulan gedung ke YBW. Dia juga memamparkan bahwa dalam proses pengajuan pembangunan gedung diperlukan tahap-tahap seperti pengusulan perencanaan akademik oleh prodi dan fakultas, perencanaan teknis yang dilakukan oleh Universitas, dan terakhir adalah pertimbangan dari YBW. “Tata urutan dalam pengusulan gedung harus diikuti dan sesuai dengan birokrasi, ada usulan dari fakultas seperti berapa prodi yang akan dibangun, berapa mahasiswa setiap tahunnya yang mengalami peningkatan, kemudian dilanjutkan perencanaan teknis yang dilakukan oleh universitas dimana di sana terdapat visi dari universitas sendiri. Selanjutnya akan disampaikan ke yayasan yang berwenang membangun gedung dan  biayanya” ujar Ilya. Ilya menambahkan bahwa perencanaan gedung akan berlangsung selama dua bulan kedepan, kemudian pada bulan ketiga akan diserahkan kepada yayasan.

Menanggapi hal tersebut As’ad percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ilya. Dia mengungkapkan bahwa semuanya memang butuh proses dan mereka mendukung proses tersebut karena aksi yang yang ditunjukkan kepada rektorat ini pun untuk meminta kepastian mengenai kapan perencanaan yang pasti untuk pembangunan gedung FIAI. Mereka tidak menuntut untuk menyegerakan pembangunan gedung baru akan tetapi mereka membutuhkan kepastian apakah gedung FIAI ini layak untuk dibuatkan gedung baru atau tidak, jika tidak apa alasannya dan jika memang layak kapan akan direalisasikan.

As’ad juga menambahkan bahwa aksi yang direncanakan pada awalnya ini akan berakhir di gedung YBW mengalami perubahan. Hal tersebut dikarenakan pihak rektorat meminta massa aksi untuk tidak mendatangi pihak YBW. “Katanya rektorat belum mengajukkan berkas perencanaan pembangunan dan untuk menghindari adanya kesalahpahaman mengenai aksi yang dilakukan,” tutur As’ad diakhir wanwancara.

Aksi yang berlangsung damai ini diapresiasi oleh Ilya bahwa hal semacam ini merupakan bentuk aspirasi dari mahasiswa. Hal serupa juga diungkapkan oleh Sri bahwa mahasiswa boleh melakukan aksi hanya saja sangat disayangkan karena menurutnya masalah tersebut bisa didiskusikan tanpa aksi. Yulia Nur Annisa mahasiswa jurusan Ekonomi Islam angkatan 2015 yang mengikuti aksi ini juga mendukung aksi ini. Dia merasa aksi ini berjalan baik karena tidak adanya anarkis dan kekerasan. (Rabiatul Adawiyah)

Skip to content