Salat Istisqa’, Wujud Kepedulian UII Terhadap Kabut Asap

HIMMAH ONLINE, Kampus Terpadu – Pada 1 November 2015 Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Salat Istisqa’ di halaman Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya dan Fakultas Kedokteran. Hal ini sebagai salah satu rangkaian kegiatan UII Peduli Kabut Asap Sumatra dan Kalimantan. Salat Istisqa’ ini diselenggarakan dengan tujuan memohon segera diturunkannya hujan. Muhidin Arrosyid, selaku Ketua Panitia menegaskan bahwa kegiatan ini memiliki dua tujuan yaitu memohon hujan untuk wilayah Yogyakarta dan juga wilayah Sumatra dan Kalimantan yang menjadi wilayah yang terkena bencana kabut asap akibat kebakaran hutan di musim kemarau. “Ya intinya meminta hujan dengan Salat Istisqa’”, ujarnya.

Muhidin Arrosyid yang biasa disapa Didin, juga menceritakan tidak hanya UII yang menyelenggarakan Salat Istisqa’ pada hari ini. “Info yang kita dapat ada beberapa masjid seperti di Kampung Sinduadi yang melaksanakan Salat Istisqa’ juga pada hari ini,” jelasnya. Menurutnya kegiatan ini dilakukan secara serempak karena pada masa-masa seperti ini merupakan waktu dimana masyarakat tergerak untuk melakukan salat, ditambah dengan adanya ajakan untuk melakukan Salat Istisqa’ bersama-sama dari Arab Saudi.

Didin menuturkan bahwa kegiatan UII Peduli Kabut Asap Sumatra dan Kalimantan tidak hanya Salat Istisqa’, tapi juga melakukakan penggalangan dana yang nantinya akan diserahkan kepada mereka yang menjadi korban musibah kabut asap. Seluruh rangkaian kegiatan ini mengatasnamakan UII dan diprakarsai oleh Takmir Masjid Ulil Albab serta didukung seluruh lembaga mahasiswa seperti Dewan Permusyaratan/Perwakilan Mahasiswa (DPM) se-UII, Lembaga Ekskutif Mahasiswa (LEM) se-UII, Satuan Resimen Mahasiswa (Menwa), dan yang lainnya. Direktorat Pendidikan dan Pengembangan Agama Islam (DPPAI) dan Rektorat pun turut andil di kegaiatan ini. “Jadi tidak hanya mahasiswa yang ikut salat, tadi banyak juga karyawan dan warga yang hadir,” jelas Didin.

Salat yang dipimpin oleh Munadhir ini dilakukan sebanyak dua rakaat. Setelah salat dilaksanakan, ia selaku khatib menyebutkan salah satu hadis Rasulullah yang memiliki arti “Tidak ada suatu kaum yang menolak mengeluarkan zakat kecuali mereka itu sama saja dengan menahan hujan dari langit dan kalau suatu kemaksiatan sudah merajalela maka Allah akan melimpahkan mereka paceklik dan kemarau yang panjang.” Ia menyadarkan bahwa musibah yang terjadi saat ini bukan hanya semata-mata faktor cuaca.

Munadhir menjelaskan ada beberapa cara memohon turunnya hujan. Yang pertama ialah melaksanakan Salat Istisqa’, kemudian yang kedua ialah melalui mimbar pada hari Jumat, dan yang terakhir ialah dengan berdzikir. Ia juga menjelaskan sebab musababnya terjadinya kekeringan ialah ketidakistiqamahan umat untuk melakukan kebajikan yang sebagaimana tertera pada Al-Quran Surat Al-Jin. Khutbah ini ditutup dengan pernyataan bahwa musibah yang menimpa bangsa Indonesia ini masih tergolong ringan dibandingakan nanti pada saat hari akhir atau yang dikenal dengan hari kiamat, dimana hujan bukan lagi merupakan suatu berkah tetapi suatu fitnah. (Haninda Lutfiana U.)

Skip to content