Konflik Mencoreng Sportivitas

Panitia mengaku sudah melakukan segala upaya untuk mencegah konflik 

Kampus Terpadu, Himmah Online

Oleh: Desi Rahmawaty

Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas (LEM U) melalui bidang Kreasi Mahasiswa (Krema) mengadakan acara Gelaran Olahraga dan Seni (Gradasi). Tepatnya pada Jumat, 14 Desember 2012, ketika pertandingan futsal telah terjadi konflik yang melibatkan masa pendukung dari Fakultas Hukum (FH) dan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Salah seorang panitia keamanan dengan inisial AA mengatakan pertandingan antara kedua fakultas ini memang merupakan pertandingan yang krusial. Ia mengakui, saat itu panitia keamanan yang tersedia pun kurang. “Kami panitia keamanan yang bertugas saat itu hanya berjumlah 25 orang dan  memiliki tugas yang cukup banyak. Sehingga, kami merasa kekurangan orang ketika menghadapi konflik ini,“jelasnya.

Senada dengan AA, Nandang Kurnia Yusup, selaku Ketua Organizing Committee (OC) Gradasi pun mengakui persiapan panitia memang kurang, begitu juga dengan penyediaan aparat keamanan yang memang terlambat, “Selain persiapan yang kurang kami juga belum mengerti cara memperoleh izin, untungnya dari rektorat membantu dengan menyediakan satpam untuk mejaga keamanan,” ujarnya. Mahasiswa jurusan Ilmu Kimia angkatan 2010 ini mengakui untuk mendapatkan izin dari kepolisian memang sangat sulit diperoleh. Hal itu karena UII sudah tercatat sebagai kampus yang rentan terjadi konflik jika mengadakan suatu acara.

Ketua LEM U, M. Shadily Lumaluntur angkat bicara. “Untuk konflik sebenarnya bukan saja terjadi di Gradasi. Tapi juga terjadi di kegiatan-kegiatan lain yang di selenggarakan oleh salah satu fakultas di UII. Efeknya, izin polisi pun sulit kami kantongi,” tukas Shadily. Shadily mengatakan dalam sebuah pertandingan wajar jika pendukung panas, tapi jangan sampai pemain pun ikut panas karena akan memicu terjadinya konflik.

Terkait tindakan pencegahan, menurut Nandang panita sudah mengupayakan diantaranya adalah penandatanganan surat perjanjian antara fakultas yang akan bertanding. Sanksinya jika melanggar fakultas yang bersangkutan akan didiskualifikasi. Namun, upaya tersebut tidak mebuahkan hasil. “Saat konflik, FH dan FTSP sebenarnya sudah melanggar perjanjian yang ditandatangani. Namun yang kami takutkan, jika pertandingan dibubarkan malah menambah konflik. Untuk itu kami membiarkan pertandingan tetap berlangsung,” ujar Nandang.

Evaluasi pun dilakukan oleh panitia bersama LEM U pada 14 Desember 2012. Nandang menyarankan Gradasi ditahun berikutnya harus ada persiapan yang matang dari segi keamanan, serta izin dari kepolisian mesti dikantongi dari awal. Namun menurutnya, polisi, surat perjanjian, jumlah panitia keamanan tidak berarti jika tidak ada dukungan dari peserta dan pendukung. Hal itu juga didukung oleh AA, ia menuturkan selain panitia keamanan yang memadai juga perlu adanya peran dari kepolisian.

Berbeda dengan Nandang, Shadily mengatakan, “tindakan untuk mendatangkan pihak kepolisian memang baik, namun akan lebih baik jika sebelumnya ada komunikasi aktif dan partisipasi dari Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM F) Lembaga Eksekutif Mahasiswa Fakultas (LEM-F) dalam menangani hal ini secara internal, ini yang paling penting,” ujarnya.

Skip to content