Manajemen Aksi: Mahasiswa sebagai Agen Perubahan

Himmah Online, Kampus Terpadu – Maba (mahasiswa baru) Universitas Islam Indonesia (UII) mengikuti kegiatan manajemen dan simulasi aksi dalam rangkaian acara Pesona Ta’aruf (PESTA) pada Jumat (19/08). Urgensi kegiatan manajemen aksi ini tidak lepas dari peran dan fungsi mahasiswa, yaitu agen perubahan.

“Mahasiswa memiliki peran agent of change atau agen perubahan, dengan konsep smart activist atau aktivis cerdas, minimal mahasiswa mengerti dan paham konsep dalam melakukan sebuah aksi,” kata Damar Seno Prabowo selaku Ketua Steering Committee (SC).

Damar menambahkan adanya manajemen dan simulasi aksi dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa, bahwa dalam setiap aksi terdapat mekanisme yang harus dilakukan. Seperti konsolidasi, kajian strategis, dan teknis lapangan.

Pada kegiatan manajemen aksi, setiap tiga hingga empat jamaah maba digabung dan membentuk satu kelompok baru. Total kelompok yang terbentuk yakni 24 kelompok.

Lalu setiap kelompok diberikan satu pemantik yang berasal dari Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) dan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) tingkat Universitas dan Fakultas. Selain itu ada demisioner DPM dan LEM tingkat Universitas.

Materi dimulai pukul 09.45 dan dilaksanakan di sekitar masjid Ulil Albab dan gedung Fakultas Kedokteran, hingga sepanjang jalan humanika (depan gedung FPSB) dan jalan teknika (depan gedung FTSP).

Pukul 10.30 terdapat mobil aksi yang dinaiki oleh beberapa orator dari maba yang dipilih panitia mulai bergerak dan membelah kerumunan di sepanjang jalan humanika dan jalan teknika. Menurut Damar, pemilihan orator dalam simulasi aksi maba upaya melatih teknik public speaking.

Nayla Ilma, salah satu mahasiswi baru Program Studi (Prodi) Ilmu Ekonomi menyampaikan adanya materi manajemen aksi dapat memberikan pemahaman terkait mekanisme aksi. 

“Karena selama ini yang aku tahu, tiba-tiba (massa aksi) udah di jalan gitu ya. Ternyata ada banyak step dan langkah yang harus dilakukan sebelumnya (red–konsolidasi, kajian strategis, dan teknis lapangan),” kata Nayla.

Sementara itu, menurut Irsyad Faradis sebagai maba Prodi Teknik Lingkungan menyampaikan, bahwa selama mendengarkan materi dari pemantik, suara dari pemantik kurang jelas sehingga membuatnya terkendala dalam memahami materi.

“Kalau kendala sih cuma ini (redーpenyampaian materi), suara pemantik kurang keras dan tidak terdengar dengan jelas,” keluh Irsyad.

Nayla juga mengharapkan adanya materi lanjutan seperti materi motivasi yang dapat menggerakkan mahasiswa lain. “Motivasi yang menyadarkan kalau dengan ini kita bisa memberikan perubahan, jadi kita punya semangat yang lebih,” ungkap Nayla.

Reporter: Magang Himmah/Ibrahim, Himmah/Farah Azizah, Siti Tabingah

Editor: Zumrotul Ina Ulfiati

Skip to content