Evi Mariani: Mengapa Pendidikan Tinggi Tidak Gratis?

Himmah Online, Yogyakarta – Pesta pinggiran Anti Oligargigs merupakan acara yang diadakan oleh Project Multatuli dan Aliansi Pendidikan Gratis (APATIS) untuk mengkampanyekan pendidikan gratis. Acara tersebut berlangsung pada Sabtu (18/11) di Plaza BI Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dalam acara tersebut, Evi Mariani, selaku jurnalis Project Multatuli menyampaikan pidato kebudayaan yang bertajuk “Surat dari Gen X pada Generasi yang Cemas”. Dalam pidatonya, Evi menjelaskan bahwa Generasi Milenial dan Generasi Z memiliki banyak kecemasan, salah satunya cemas karena tak dapat membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT).

Dalam wawancara selepas sesi pidato kebudayaan, Evi berbagi pandangannya terkait isu pendidikan, yakni UKT yang mahal. Ia menuturkan bahwa terdapat contoh di negara lain, dimana terdapat kebijakan pendidikan tinggi gratis. Jadi, mengapa Indonesia tidak bisa melakukan hal tersebut. 

“Kami sendiri mikir kenapa enggak si, di luar negeri kan ada negara yang pendidikan tingginya gratis ya, kenapa (Indonesia) enggak?,” papar Evi.

Selain itu, Evi juga menyinggung soal mandat tujuan yang ingin dicapai Indonesia. Sebagaimana tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Di mana dulu, wajib sekolah cukup sampai 6 tahun atau Sekolah Dasar (SD).

Namun, seiring berjalannya waktu berubah menjadi sampai 12 tahun atau Sekolah Menengah Atas (SMA), itu pun masih tidak cukup. Bahkan sekarang ini, banyak perusahaan-perusahaan besar ketika mencari karyawan itu minimal sarjana (S1).

Evi melanjutkan, lalu kenapa pendidikan tinggi tidak gratis saja? Faktanya masih banyak orang tua yang tidak dapat mengirim anaknya untuk kuliah karena terkendala biaya, apalagi dengan biaya UKT yang sangat tinggi.

“Ya kenapa enggak sampai pendidikan tinggi? Jerman melakukannya. Di India itu enggak sepenuhnya gratis tapi murah banget. Di Brazil juga ada yang sekolah negerinya itu disubsidi. Jadi, kenapa (Indonesia) enggak gitu?” tutur Evi.

Rahmat Gantas Mandawai (25), salah satu panitia acara pesta pinggiran Anti Oligargigs, menyampaikan pendapatnya terkait persoalan pendidikan yang mahal, yang mana negara dapat melakukan komitmennya dalam memberikan dana untuk pendidikan gratis sebagai solusi atas biaya pendidikan yang mahal. 

“Kalau jawaban kami adalah apa solusi kami terhadap negara, ya, udah bikin pendidikan gratis. Sebenernya dananya ada, cuman political will-nya yang enggak ada,”  papar Ganta.

Reza (16), salah satu pelukis mural yang diundang dalam acara Anti Oligargigs turut menyampaikan harapannya pada biaya pendidikan agar bisa dijangkau oleh semua kalangan, terutama kalangan menengah ke bawah. 

“Biaya pendidikan enggak harus gratis, tapi rakyat menengah ke bawah mampu untuk bayar biaya kuliah, itu aja, kalau gratis juga mantap lah,”  tutur Reza.

Reporter: Himmah/Muhammad Mufeed Al Bareeq, Eka Ayu Safitri, Farah Azizah, Magang Himmah/Septi Afifah

Editor: Jihan Nabila

Skip to content