Massa Aksi Hari Buruh Internasional Tuntut Kenaikan Upah

Himmah Online – Massa aksi memperingati hari buruh internasional dengan melakukan long march dari Tugu Yogyakarta sampai Titik Nol Kilometer Yogyakarta pada Rabu (01/05). Terdapat lima tuntutan utama pada aksi tersebut, di antaranya adalah menaikkan upah minimum seluruh wilayah di Provinsi Yogyakarta dan menurunkan harga kebutuhan hidup. Tuntutan ini dibawakan dari tahun ke tahun, namun masih belum ada perkembangan.

Beberapa organisasi ikut terlibat dalam aksi ini, antara lain Dewan Pimpinan Daerah Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) DIY Kabupaten Sleman, Sindikasi Jogja, Serikat Pekerja Rumah Tangga (SPRT), Forum BEM DIY, Dewan Perwakilan Daerah Serikat Pekerja Nasional (DPD SPN) DIY, dan beberapa organisasi kemahasiswaan lainnya.

Jani (35), salah satu anggota Serikat Sindikasi Jogja mengeluhkan rendahnya upah daerah Yogyakarta. Ia menyampaikan bahwa harga kebutuhan pokok di daerah penduduk padat cenderung mahal.

“Karena menurut kami, upah Jogja itu murah banget. Karena kalau misalnya tinggalnya di pinggiran banget, ya, masih bisa hidup, begitu. Tapi kalo tinggal di kota, di daerah-daerah yang sudah padat penduduk, itu, kan, harga juga sebenarnya mahal, gitu,” ujar Jani.

Upah Minimum Provinsi (UMP) Yogyakarta belum pernah naik setara dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Upah yang kecil membuat para buruh dihadapkan pada biaya hidup yang tidak sesuai dengan penghasilan mereka.

“Jadi, sebenarnya pernah ada yang menghitung standar berdasarkan kondisi Jogja. Itu dihitung-hitung 4 jutaan. Ada hitungannya. Itu ada 16 komponen upah layak. Jadi, bahkan jauh sekali, ya, jaraknya dari kelayakan upah itu,” ucap Jani.

Upah yang tidak layak dan naiknya harga bahan pokok yang tidak sesuai dengan upah mereka, menyebabkan para buruh merasa kebingungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga berdampak pada pendidikan dan nutrisi bagi anak-anak mereka. Tak jarang, banyak dari mereka yang berhutang agar kebutuhan tercukupi. 

Kan selama ini kalau hidup sehat itu ya makan ada susu, ada sayuran, buah, nah selama ini ya cuman tahu tempe. Paling para buruh ini harus berhutang kesana-kesini. Jadi selain punya beban kerja tapi juga punya beban hutang” tambah Jani. 

Jum (40) salah satu massa aksi mengungkapkan bahwa nutrisi di keluarga mereka serta biaya pendidikan anaknya yang terhambat.  

“Dan ketika sudah berkeluarga dan punya anak, untuk makan aja kurang. Apalagi untuk biaya pendidikan dan beli rumah, kaya gitu,” jelas Jum.

Banyak dampak buruk yang terjadi akibat rendahnya upah buruh. Namun, tak banyak buruh yang menyuarakan dan memperjuangkan haknya. Ma’ruf (26), salah satu anggota serikat buruh, berharap para buruh semakin berani untuk menyuarakan hak-haknya.

Nah, harapannya untuk buruh itu adalah semakin beraninya buruh untuk menuntut hak-hak yang mereka dapatkan, baik itu di pabrik maupun di jaminan-jaminan sosial dan sebagainya,” pungkasnya.

Reporter: Himmah/ Putri Cahyanti, Queena Chandra Purnamaningtyas, Giffara Fayza Muhlisa, Subulu Salam

Editor : Ayu Salma Zoraida Kalman

Skip to content