Gawai yang Mengubah

Akhdan (10), menunjukkan gim favorit yang ada di ponsel pintar miliknya. Bagi Akhdan, gim Angry Birds seru untuk dimainkan setelah mengikuti kelas secara daring. Foto: Himmah/Ika Rahmanita
Nurhan (6), kadang memainkan gim Mobile Legend di ponsel pintar milik kakaknya. Nurhan tertarik memainkannya karena melihat kakaknya memainkan gim tersebut. Foto: Himmah/Muhammad Prasetyo
Ibra (7), memiliki jadwal bermain gawainya pada akhir minggu. Ia memainkan gim Minecraft, karena terinspirasi dari YouTuber favoritnya. Foto: Himmah/Monica Daffy
Sambil membawa tablet miliknya ke luar rumah, Edo (8) memainkan gim Mobile Legend untuk mengisi waktu sorenya. Foto: Himmah/Ika Rahmanita
Jabbar (12), setiap akhir pekan ia bermain gim Arena of Valor (AOV) di ponsel pintarnya, karena gim tersebut bisa menghilangkan penatnya. Foto: Himmah/Monica Daffy

Di zaman modern ini, rasanya aneh bukan bila tak menggenggam gawai? Baik yang tua maupun muda, gawai bagaikan magnet untuk kita semua. 

Apalagi saat pandemi seperti ini. Karena harus membatasi kegiatan di luar, kita lebih sering untuk beraktivitas di rumah. Terlebih bagi orang yang bekerja atau sekolah/kuliah secara daring. Sekarang, kita semakin sering melihat anak kecil bermain gawai, karena pandemi ini.

Jika diibaratkan, gawai ini seperti dua mata pisau. Dapat bermanfaat, dapat pula membahayakan. Manfaatnya sudah pasti membantu anak-anak dalam proses sekolah daring salah satunya. Tapi bahayanya juga tidak sedikit.

Mengutip dari theasianparent.com, gawai dapat menimbulkan dampak fisik dan mental pada anak-anak. Dampak fisik nya dapat menyebabkan gangguan mata, yaitu miopia dan mata lelah. 

Gawai juga menyebabkan penurunan fokus dan jam tidur pada anak, keterlambatan bicara pada anak dalam masa pertumbuhan, peningkatan berat badan karena kurang gerak, insomnia, sakit kepala, dan nutrisi yang buruk.

Sedangkan dampak buruk bagi mental anak adalah menimbulkan masalah kesehatan mental dan perubahan perilaku, hingga menyebabkan depresi. 

Anak juga akan menjadi agresif dan mudah tersinggung jika tidak diberikan gawainya. Anak menjadi lebih emosional, tidak dapat menahan diri, dan cara berpikirnya berubah. 

Selain itu, anak-anak mengalami kesepian, kecemasan, rasa bersalah, isolasi diri, depresi, dan perubahan suasana hati. Paparan gawai juga dapat meningkatkan resiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder dan autisme pada anak.

Narasi : Monica Daffy

Reporter : Ika Rahmanita, Monica Daffy, Muhammad Prasetyo

Redaktur Foto : Hilmi Fahrul

Editor Naskah : Muhammad Prasetyo

Terbaru

Skip to content