Mengais Rezeki Lewat Merah Putih

Alan, 38 tahun, berjualan bendera untuk menghidupi istri dan satu orang anaknya di Jalan Dr. Rajiman Kota Surakarta. Sebelumnya ia berkerja di Biro Pajak di Kota Yogyakarta. Foto: Monica Daffy
Solihin, 42 tahun, merantau ke Klaten hanya untuk berjualan bendera di depan SMK 3 Klaten. Sebelumnya ia berkerja sebagai tukang sol sepatu di Bekasi. Foto: Monica Daffy
Hermawan, 32 tahun, adalah penjual es keliling di Garut. Pada bulan Agustus, ia mencari rezeki dengan berjualan bendera di Jalan Mayor Kusmanto, Klaten, untuk menafkahi keluarga kecilnya. Foto: Monica
Edi, 48 tahun, mulanya berjualan gorden keliling di Surakarta. Pada bulan Agustus, ia berjualan bendera di Jalan Slamet Riyadi, Kartasura, Sukoharjo. Foto: Monica Daffy
Hendra, 39 tahun, adalah penjual jajanan ringan di sekolah-sekolah yang ada di Garut. Pada bulan Agustus, ia berjualan bendera di Jalan Cangkringan, Sleman, untuk menafkahi seorang istri dan dua anaknya. Foto: Monica Daffy
Sudah menjadi agenda rutin bagi Kania Edi, 45 tahun, asal Garut, Jawa Barat berlayar ke Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, pada bulan Agustus. Tepatnya di Jalan A. Yani, Kania berjualan bendera bersama beberapa rekannya. Demi menambah kebutuhan keluarga, penghasilan menjual bendera dapat lebih besar dari kesehariannya yang bekerja sebagai buruh serabutan. Foto: Ika Rahmanita
Asep, 40 tahun, adalah pedagang sayuran di salah satu pasar tradisional di Garut. Pada bulan Agustus, ia berjualan bendera di Jalan Urip Sumahrjo, Bantul, untuk menafkahi seorang istri dan dua anaknya. Foto: Hilmi Fahrul
Aang Rusmana, 24 tahun, adalah buruh di sebuah pabrik bakso di Bandung. Pada bulan Agustus, ia berjualan bendera di Kota Magelang. Foto: Muhammad Rizqi R. M
Dedy, 36 tahun, adalah petani di Garut. Pada bulan Agustus, ia berjualan bendera di depan Gereja Katolik Keluarga Kudus, Sleman. Foto: Hilmi Fahrul
Sumingan, 63 tahun, di usia senjanya ia berjualan bendera sekaligus tukang sol sepatu di bawah Jembatan Krasak, Tempel, Sleman, untuk menghidupi seorang istri dan empat anaknya. Foto: Billy Hanggara

Kemerdekaan ialah hak segala bangsa. 74 tahun yang lalu Indonesia berjuang mendapatkan haknya untuk merdeka. Semua berkat jasa para pahlawan kemerdekaan yang tak kenal lelah dan patah semangat untuk terus berjuang melalui medan perang maupun meja bundar. Tujuannya tidak lain demi berkibarnya bendera Sang Saka Merah Putih yang dijahit oleh ibu negara dari presiden pertama Republik Indonesia, Fatmawati.

Pada zaman sekarang, menjadi pahlawan tidak harus mengangkat senjata serta bergerilya melawan penjajah. Di zaman yang sudah serba modern ini, terdapat orang-orang yang menjadi pahlawan untuk keluarganya demi kesejahteraan kehidupan istri dan anak-anaknya.

Mendekati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-74 tahun, di beberapa tempat di Indonesia terdapat orang-orang yang memanfaatkan momen ini untuk mencari peruntungan dengan menjual berbagai macam dan bentuk bendera merah putih. Latar belakang mereka beragam juga rela merantau ke daerah lain dan mengganti pekerjaan mereka demi mencoba peruntungan mereka mendapat rezeki yang baik untuk keluarga mereka di rumah. Reporter Himmah Online mengabadikan potret mereka di beberapa wilayah di Indonesia. Para penjual bendera ini merupakan contoh pahlawan yang mencoba untuk mendapatkan kemerdekaan finansial yang mencekik kehidupan mereka di zaman yang modern.

Narasi oleh: M. Rizqy Rosi Mahardika

Reporter: M. Rizqy Rosi Mahardika, Monica Daffy, Hilmi Fahrul, Ika Rahmanita, M. Billy Hanggara

Redaktur foto: M. Billy Hanggara

Editor Narasi: Armarizki Khoirunnisa

Skip to content