Kisah Moral Pengutil Manula

Film Grandma Gankstar ini merupakan salah satu film komedi yang memberikan kontribusi cukup baik dalam dunia perfilman. Saat ini banyak film-film di pasaran yang menjual film bernuansa comedy yang sama. Namun film Grandma Gankstar ini terasa lebih berbeda. Film action dengan tokoh protagonis yang diperankan adalah para manula dibungkus dengan unsur komedi, membuatnya terlihat jauh lebih menarik.
Kang Hyo-jin menyutradarai sekaligus menulis sebuah skenario film. Film yang ia sutradarai kali ini memiliki nuansa yang notabenenya mirip dengan filmnya sebelumnya yaitu mengangkat wanita sebagai tokoh yang kuat. Namun kali ini kita dikejutkan dengan jejeran tokoh utama dalam film yang berjudul Grandma Gankstar ini. Ia memilih tiga orang wanita lanjut usia sebagai tokoh utama. Dalam film ini, direktur Kang menyoroti kisah perjuangan tiga orang wanita lanjut usia tersebut dalam mencapai impian.
Film Grandma Gankstar atau “Revolver Gangsters’ Gang” ini adalah film lama yang diputar ulang dengan nuansa sedikit agak berbeda. Film ini diadopsi dari film Jerman yang berjudul film “Now Or Never” (Jetzt Oder Nie – Zeit Ist Geld) oleh Lars Buchel pada tahun 2000-an.
Film ini mengajarkan kepada kita, bahwa untuk meraih impian ternyata memerlukan pengorbanan yang cukup keras, hal ini terbukti saat tiga orang nenek menempuh waktu 8 tahun untuk mencari dana yang ingin digunakan untuk berlibur ke Honolulu, Hawai.
Namun saat mereka membayarkan uang pendaftaran berlibur ke Hawai di bank, kejadian yang tidak diiginkan terjadi, bank itu dirampok oleh sekelompok perampok yang notabandnya ganas. Mereka tak segan-segan memukul salah seorang nenek yang mencoba mempertahankan uang mereka. Kejadian ini membuat ketiga nenek itu kehilangan kesempatan untuk meraih impian di masa tua mereka. Karena takut tidak akan pernah merasakan berlibur ke Hawai untuk menikmati masa-masa tua, maka ketiga nenek ini memutuskan untuk merebut kembali uang mereka. Mereka berusaha meminta kebijakkan dari pihak bank, mencari kelompok pencuri untuk meminta uang mereka kembali. Namun semua itu tidak membuahkan hasil yang maksimal, mereka hanya menemukan salah seorang dari sekelompok pencuri itu.
Singkat cerita, ketiga nenek itu mengambil jalan pintas untuk merampok bank tersebut. Dengan bantuan dari salah seorang permpok bank yang mereka sekap, mereka menjalani pelatihan untuk merampok bank. Dengan berbekal pelatihan tersebut, ketiga nenek tersebut memulai aksi perampokan mereka.
Setelah melewat pelarian yang panjang, akhirnya mereka menyerahkan diri kepada pihak kepolisian. Ada satu pesan moral yang sangat baik kita petik dalam segmen ini, yaitu bila kita memang bersalah terhadap sesuatu hal yang kita perbuat. Maka kita harus berani mengakui kesalahan kita dan menebus kesalahan itu.
Dalam film ini, kita diajarkan bahwa dalam meraih impian, kita tidak diperkenankan memakai cara yang melanggar norma agama serta hukum. Karena itu hanya akan menghasilkan hambatan bahkan ketidaktercapaian dalam meraih impian.
Terlepas dari kekurangannya, film ini mempunyai banyak sekali pesan moral yang tersirat. Dalam film ini kita diajarkan agar tidak berlaku kasar, apalagi durhaka dan kita juga diajarkan agar hormat pada orang tua. Dengan sesama, kita harus bersikap tolong menolong. Dan kita juga harus konsekuen dengan janji yang telah kita buat, seperti halnya janji ketiga nenek untuk berlibur bersama. (Aghreini Analisa)

Skip to content