Untuk Kesalahan dan Penderitaan Anda, “Bodo Amat”

Judul : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat (The Subtle Art of Not Giving a Fu*k)

Penulis : Mark Manson

Penerjemah : F. Wicakso

Penerbit : PT. Gramedia

Tahun : 2018

Tebal buku : 246 halaman

“Anda tidak akan pernah bahagia jika anda terus mencari apa yang terkandung di dalam kebahagiaan. Anda tidak akan pernah hidup jika terus mencari arti kehidupan.” – Albert Camus

Apa sih maksudnya bodo amat?

Mengejar semakin banyak pengalaman positif sesungguhnya sebuah pengalaman negatif. Sebaliknya, penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru merupakan sebuah pengalaman positif. Semakin berusaha merasa baik setiap saat, semakin tidak akan merasa puas. Mengejar suatu hal baik meneguhkan bahwa pertama-tama Anda tidak baik. Dalam kehidupan, sering terjadi hukum kebalikan sejenis itu.

Mungkin Anda tidak jarang, saat sedang kurang mempedulikan melakukan sesuatu, Anda justru mengerjakannya dengan baik. Melakukan hal iseng ternyata sukses. Saat serius hasilnya malah berantakan. Hukum kebalikan juga berlaku saat Anda bersikap bodo amat, hasilnya bisa jadi justru sesuatu yang besar. Bodo amat di sini artinya memandang tanpa gentar tantangan yang paling menakutkan dan sulit dalam kehidupan dan mau mengambil suatu tindakan.

Sebagai contoh, saat Anda berlatih di tempat gym, Anda memberikan stres pada otot tubuh. Hal tersebut terasa menyakitkan. Saat Anda mengatakan bodo amat terhadap penderitaan itu, hasilnya membuat kesehatan dan tenaga yang bagus. Penderitaan dalam melewati rasa takut dan cemaslah yang membuat Anda mampu membangun keberanian. Jadi ada baiknya ternyata bersikap bodo amat, terutama terhadap rasa sakit, kesulitan, atau penderitaan.

Bodo amat bukan berarti acuh, tapi nyaman menjadi berbeda. Untuk bisa mengatakan bodo amat terhadap kesulitan, pertama-tama Anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan. Ada hal yang lebih penting atau besar yang akan Anda dapatkan saat melewati masa sulit itu.

Setelah menerapkan bodo amat terhadap kesulitan, kemudian kita memilih sesuatu untuk diperhatikan. Tidak semua hal dalam hidup ini bisa kita perhatikan. Saat mengurusi segala hal atau setiap orang, Anda merasa berhak merasa aman, nyaman, dan bahagia kapan saja, semua harus berisi dengan apa yang Anda inginkan. Ini penyakit. Menimbulkan cara pandang bahwa kesulitan sebagai suatu ketidakadilan, tantangan sebagai kegagalan, ketidaknyamanan sebagai masalah pribadi, perbedaan sebagai pengkhianatan. Memfokuskan dan memperioritaskan pikiran secara efektif, memilih mana yang penting dan mana yang tidak penting sesuai nilai (hal yang menjadi tujuan dalam hidup) yang sudah terasah tajam.

Nilai di sini maksudnya gimana?

Sebelum memilih suatu tindakan untuk mencapai nilai yang penting, hal paling logis yang perlu dilakukan sebelumnya adalah evaluasi. Apakah nilai dan cara mengukur nilai yang kita terapkan dalam hidup kita sudah tepat? Ada konsekuensi dari setiap nilai yang ditetapkan. Ada beberapa hal yang perlu dihindari dalam membentuk nilai.

Pertama, hindari nilai dengan orientasi kenikmatan. Kenikmatan menyenangkan tapi jadi permasalahan jika mejadi prioritas. Kenikmatan adalah tuhan palsu, membuat berbagai hal berakhir cemas, emosi tidak stabil, dan tertekan. Kenikmatan merupakan kepuasan paling dangkal, mudah didapat namun juga mudah hilang. Kenikmatan adalah akibat bukan sebab.

Kedua, hindari pola pikir kesuksesan dengan ukuran material. Kesuksesan material membuat kebahagiaan akan kembali pada titik nol apabila sudah mencapai target.

Ketiga, hindari pola berpikir selalu benar. Berpikir selalu benar tercipta dari otak. Padahal otak kita seringkali berasumsi buruk, peluang yang keliru, ingatan salah terhadap suatu fakta, dan membuat keputusan berdasarakan gejolak emosi. Otak kita membuat ambisi bahwa apa yang diinginkan olehnya selalu benar. Kejadian yang tercipta (walaupun sebenarnya salah) yang sesuai dengan keinginan dari otak akan terkesan benar atau dibenarkan. Hal itu menghalangi untuk selalu belajar dari kesalahan. Jauh lebih baik berasumsi bahwa kita tidak tahu banyak atau tidak paham banyak. Asumsi ketidaktahuan tersebut adalah akar agar terus tumbuh dan belajar.

Keempat, hindari pula pola berpikir tetap positif. Contoh berpikir tetap positif adalah selalu mengambil hal baik saat ada masalah. Misalnya saat Anda gagal lulus dari kuliah, Anda berkata, “setidaknya saya sudah tidak usah lagi membayar uang kuliah dan masuk kelas setiap hari.” Tetap positif adakalanya justru menutupi adanya pengalaman negatif. Membuat Anda semakin dalam terjatuh dalam masalah. Bersikap positif bisa jadi bentuk pengelakan dari masalah. Padahal, masalah membuat seseorang kuat dan termotivasi. Kebahagiaan juga berasal dari memecahkan masalah.

Banyak orang yang terobsesi untuk memiliki hidup yang benar, sampai-sampai mereka sesungguhnya tidak benar-benar menjalani hidup. Ada keyakinan untuk takut mempertanyakan atau melepaskan hal yang telah memberikan nilai pada kita selama bertahun-tahun. Lebih mudah berkeyakinan bahwa lebih baik menderita daripada menguji keyakinan tersebut dan menemukan jawaban yang paling tepat.

Keyakinan tentang kenyamanan menggadaikan kita untuk mendapatkan sukses atau kebahagiaan yang lebih besar. Kita berasumsi bahwa kita tahu apa yang akan terjadi, jadi kita membenarkan keyakinan itu. Kepastian adalah musuh pertumbuhan. Tidak ada yang pasti sampai hal itu benar-benar terjadi. Daripada mencari kepastian, mending mencari keraguan terhadap keyakinan kita sendiri, keraguan tentang perasaan kita sendiri, keraguan tentang apa yang kita persiapkan untuk masa depan. Tidak usah takut melakukan kekeliruan. Kekeliruan membuka kesempatan adanya perubahan. Hidup itu bagai permainan poker. Awalnya kita mendapat kartu, bagus atau jelek tidak serta merta menjadi penentu akhir permainan. Masih banyak jalan dan kemungkinan menuju hasil akhir.

Dalam menerapkan itu semua, perlu dipahami, bahwa kita hanya perlu melakukan dan bertanggungjawab atas apa yang dilakukan oleh diri kita sendiri. Kita tidak bisa mengambil kendali yang ada di luar kita, tapi kita bisa mengontrol yang kita lakukan dan kita responkan. Tidak ada gunanya menyalahkan orang lain. Bertanggung jawab dengan masalah pribadi lebih penting.

Satu lagi, memberi penolakan juga perlu lho.

Jika kita tidak melakukan penolakan terhadap sesuatu hal, dan menerima semua yang ditawarkan dalam hidup, maka kita tidak memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan. Hal itu membuat hidup kita jadi tidak bermakna, hidup tanpa tujuan. Menghindari penolakan membuat kenikmatan sesaat dan membuat hidup tanpa kemudi.

Ada tingkat kegembiraan dan makna tertentu yang diraih saat membina hubungan tunggal, menekuni satu karya tunggal, dan satu karir tunggal selama bertahun-tahun. Anda tidak akan punya investasi saat menghindar dari penolakan (mengiyakan apa yang ditawarkan). Memberikan penolakan juga bentuk dari kejujuran. Kejujuran adalah kerinduan manusia yang alami. Kejujuran menuntut kita untuk tetap nyaman mengatakan “tidak”. Penolakan membuat hubungan lebih baik dan emosional yang lebih sehat.

Misal dalam hal hubungan dengan kekasih. Perlu ada penolakan untuk tidak selalu mencampuri urusan pasangan kita, yang notabenenya itu adalah masalah pribadinya. Ini bukan tentang peduli tentang apa pun yang dipedulikan pasangan Anda, ini tentang mempedulikan pasangan Anda tanpa peduli apa yang diberikannya. Itulah cinta tanpa syarat.

Penjelasan di atas merupakan beberapa hal yang dituliskan oleh Mark Manson dalam bukunya yang berjudul sama dengan tulisan ini. Mark adalah penulis blog dengan pembaca berkisar dua juta orang. Penjelasan beberapa teori dengan cerita yang populer membuat buku ini menarik dan enak dibaca. Namun, ada beberapa hal yang sering diulang dalam setiap pembahasan.

Menutup tulisan ini, saya meminjam kalimat Mark bahwa menyatakan diri kita pusat semesta adalah kepongahan luar biasa. Kita mempunyai banyak batasan dan kekurangan serta sama sekali tidak abadi. Kita orang yang sangat mungkin melakukan kesalahan dan mengalami penderitaan. Itu manusiawi. Untuk kebaikan seluruh warga dunia, ikuti kata-kata saya untuk kesalahan dan penderitaan Anda, “Bodo Amat”.

Skip to content