Ada Isu Uang Ganti Rugi, Warga Wadas Tegaskan Tidak Akan Jual Tanah Mereka

Himmah Online, Yogyakarta Perwakilan Kawula Muda Desa Wadas (Kamudewa), Ngabdul Mukti (29), menyampaikan munculnya kabar mengenai Uang Ganti Rugi (UGR) dengan jumlah fantastis yang diberikan oleh pemerintah. Ia menyebut hal tersebut sebagai salah satu upaya pemerintah agar warga Wadas mau menjual tanahnya.

“Sebenarnya perlu digarisbawahi bahwa sejak dulu, bahkan kami beraudiensi dengan KSP (Kantor Staf Kepresidenan) atau dengan lembaga-lembaga yang lain, menyampaikan bahwa walaupun berapa pun jumlahnya, dari kami itu tidak akan menjual sejengkal tanah pun,” tutur Mukti dalam konferensi pers yang diadakan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Rabu (06/07).

Mukti kemudian menjelaskan bahwa nominal UGR yang diterima tiap warga berbeda, “Ada salah satu orang yang mengaku menerima tiga miliar. Ada seorang lagi yang menerima enam miliar. Ada seorang lagi yang menerima, di media, itu sepuluh miliar.”

Meskipun begitu, kebenaran mengenai jumlah UGR yang menyentuh angka miliaran belum bisa dikonfirmasi oleh warga Wadas. Pasalnya, yang mendapat UGR dan diberitakan di media merupakan orang-orang yang hanya memiliki tanah di Desa Wadas, tetapi tidak tinggal di Wadas.

Menurut Mukti, adanya kabar pemberian UGR ini merupakan salah satu upaya pemerintah dalam memecah belah masyarakat. Selain janji akan diberi UGR, warga Wadas juga diiming-iming akan dibeli hasil tanamannya. Hal ini cukup meresahkan karena warga Wadas yang sehari-harinya fokus bekerja dan bertani, merasa bahwa ada pihak yang ingin mengganggu kegiatan tersebut.

“Pasca pembayaran ganti rugi, publik banyak mengetahui bahwa warga wadas menerima rencana pertambangan, padahal sesungguhnya berita itu tidak benar,” ungkap perwakilan Wadon Wadas, Anis Maghfiroh (30). Dalam pernyataannya, Anis juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kepentingan hidup anak cucunya esok.

Salah satu warga Wadas yang hadir lewat media telekonferensi Zoom, Siswanto, menyatakan bahwa warga Wadas tidak butuh UGR karena hasil bumi masyarakat Wadas sudah melebihi UGR yang ditawarkan pemerintah. Oleh karena itu, warga Wadas masih tetap konsisten untuk menolak pembangunan tambang andesit.

“Kami hari ini diam karena fokus untuk melanjutkan hidup dan bercocok tanam. Bukan berarti kita diam karena menerima UGR,” tutur Siswanto.

Reporter: Himmah/Fachrina Fiddareini, Kemal Al Kautsar Mabruri, Qothrunnada Anindya Perwitasari

Editor: Nadya Auriga D.

Skip to content