Beranda blog Halaman 138

Geruduk Jogja: Rantai Manusia,Dukungan Rakyat Yogyakarta

0

Konsep aksi terlihat sederhana,  namun syarat partisipasi publik melalui jejaring sosial.

Oleh: Bethriq Kindy Arrazy

Yogyakarta, Himmah Online

Mendadak sepanjang Jalan Pangeran Mangkubumi dipenuhi masyarakat dengan membentuk pola rantai manusia (7/10/2012). Massa yang berjumlah lebih dari seratus orang ini menamakan diri dengan Gerakan untuk Mendukung KPK (Geruduk) Yogyakarta. Hal ini dilakukan atas bentuk keprihatinan rakyat Yogyakarta dengan semakin memanasnya perseteruan antara Polri dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Selain itu aksi ini juga sebagai bentuk dukungan kepada KPK, setelah adanya insiden penjemputan paksa salah seorang penyidik KPK oleh beberapa oknum Polri.

Suryaden, salah seorang penggagas Geruduk Yogyakarta menjelaskan bahwa sebelumnya tidak ada persiapan besar-besaran. Sehari sebelumnya, sempat ada perkumpulan untuk membahas teknis Geruduk. Momentum tersebut sempat dihadiri oleh Joglo Abang, Jalin Merapi, Combine, Jogja Update dan Seniman. “Ini pun sebelumnya tidak ada janjian apapun dengan masyarakat, tetapi hanya melalui twit-twit dan jejaring sosial media lainnya oleh teman-teman,” ujarnya.

Suryaden menambahkan, konsep aksi dalam bentuk rantai manusia secara filosofis memberitahukan kepada khalayak umum bahwa rakyat Yogyakarta peduli kepada KPK. Sekaligus memberikan kesadaran tentang anti korupsi. Selain itu ia sempat berinisiatif bahwa pasca aksi Geruduk, pihaknya akan mendirikan kotak suara yang berisi saran dan kritik dari rakyat Yogyakarta yang selanjutnya diletakkan di depan Gedung Agung.

Berorasi. Perwakilan masyarakat yang tergabung kedalam Geruduk Jogja berorasi di depan Gedung Agung pada minggu malam (7/10) kemarin. Aliansi berbagai elemen masyarakat ini menuntut agar KPK tak di intervensi dalam tugasnya memberantas kasus korupsi di Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mujiono, salah seorang simpatisan Geruduk datang dengan mengenakan busana daerah Yogyakarta, dikarenakan ia dan beberapa rekannya habis mengikuti perayaan ulang tahun Kota Yogyakarta di Balaikota. “Harapannya ingin memberikan dukungan kepada KPK,” ucapnya.

Disisi lain Dian Anggraini mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) berpendapat, ia tahu Geruduk Yogyakarta dari jejaring sosial salah seorang temannya. “Terus diajak ikut berpartisipasi dengan rakyat untuk mendukung penolakkan kriminalisasi KPK,” jelasnya.

Lain halnya dengan Ahmad Rohmadi, salah seorang warga yang berada di dekat titik aksi di depan Gedung Agung. Rohmadi mengungkapkan kalau awalnya ia tidak tahu ada aksi yang dilakukan oleh Geruduk Yogyakarta. Ia mengetahuinya ketika mendengar salah seorang aktivis berorasi tentang dukungan terhadap KPK. “Meskipun tidak ikut, saya mendukung aksi yang dilakukan masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia,”ungkapnya.

Reportase bersama: Moch. Ary Nasichudin

 

Demi Sepasang Sepatu

0

Tentu kita sudah tak asing lagi dengan sosok Dahlan Iskan. Beliau adalah mantan Direktur PLN yang kini menjabat sebagai Menteri BUMN. Penampilan sehari-harinya sederhana, kemeja bercelana panjang dengan sepatu kets putih. Gayanya terkadang nyeleneh, seperti saat ia memilih naik ojek ke Istana Negara, menginap di rumah penduduk sewaktu kunjungan kerja ke Sragen, dan ketika ia dengan paksa membuka pintu gerbang tol yang terlambat dibuka.

Seorang penulis asal Makassar bernama Khrisna Pabichara mengarang sebuah novel yang terinspirasi dari kisah hidup Dahlan Iskan. Dari judulnya, dapat ditebak bahwa isinya bercerita tentang bagaimana tokoh utama berjuang untuk meraih impiannya memiliki sepasang sepatu. Dahlan kecil adalah seorang anak miskin yang tinggal di pedesaan. Saking miskinnya, ia kerap menahan lapar dengan melilitkan selendang di perut bersama adiknya. Dahlan kecil dikenal sebagai pribadi ceria, cerdas, dan banyak teman. Kemiskinan bukanlah halangan untuk tetap maju.

Suatu hari, ibu Dahlan sakit keras, lalu meninggal dunia. Semakin menderita lagi hidup Dahlan karena ditinggal kedua kakak perempuannya mengadu nasib ke kota. Tinggallah ia kini bersama adiknya, hidup bersama bapak yang terbilang keras dalam mendidik anak-anaknya. Tak segan-segan bapaknya memberi hukuman apabila ada anaknya melakukan kesalahan.

Sepulang sekolah, Dahlan tidak pernah menghabiskan waktunya untuk bersantai. Ia harus bekerja demi menghasilkan tambahan uang, seperti nguli nyeset dan nguli nandur. Keinginan Dahlan adalah punya sepasang sepatu. Selain bisa mengantarnya ke sekolah, sepatu itu ingin Dahlan pakai untuk menemaninya bermain voli. Pernah dalam satu kesempatan, ia terancam tidak bisa ikut berlomba voli untuk membela sekolahnya karena salah satu syarat mengharuskan peserta lomba memakai sepatu. Dengan terpaksa, Dahlan curi tabungan bapaknya untuk membeli sepatu di pasar.

Dahlan kecil memiliki kisah persahabatan dengan teman-temannya. Adalah Kadir, teman Dahlan yang berlatar belakang ekonomi sama. Rela berkorban dan rasa setia kawan merupakan pesan yang ingin ditunjukkan mereka berdua. Dahlan kecil juga memiliki kisah cinta. Adalah Maryati, anak saudagar tebu yang disukai Dahlan, namun akhirnya menjerumuskan Dahlan ke dalam konflik-konflik tak terduga.

Dahlan kecil pun sudah mulai unjuk bakat kepemimpinan. Ia dikenal tegas dan berwibawa ketika mendadak ditunjuk menjadi ketua tim voli di sekolah. Sikap tersebut juga dibawa Dahlan saat ia kerja sambilan dengan melatih tim voli anak-anak juragan tebu. Karena hidupnya miskin, terkadang Dahlan tidak dihormati oleh murid-muridnya. Meski demikian, hal itu bisa diatasi dengan cara-cara yang bijak.

Buku ini sarat akan pesan moral bahwa sebuah keinginan harus disertai dengan perjuangan yang sungguh-sungguh, tak kenal putus asa, dan pantang menyerah. Ide cerita yang sederhana berhasil menarik pembaca dan mengantar buku ini pada label “best seller” sejak pertama kali terbit. Namun dengan tebal halaman, buku ini terlalu panjang dengan gaya bertutur yang bertele-tele. Penggunaan kata dalam kalimat terkesan monoton dan tak jarang membuat jenuh. Maka, buku ini terbilang best seller bisa jadi karena nama besar Dahlan Iskan sebagai sang inspirator.

Meski demikian, tidak ada salahnya menjadikan buku ini sebagai referensi bacaan kita. Tidak ada ruginya melengkapi koleksi perpustakaan kita atau menemani sore kita dengan membaca buku ini. Mari belajar untuk lebih memaknai hidup ini. (Maya Indah C. Putri)

Inovasi Tamah FIAI

0

Ketika ospek di fakultas lain mewajibkan Maba-Miba nya membuat atribut di rumah atau di kost, Tamah FIAI justru mengharuskan  Maba-Miba nya membuat atribut saat acara berlangsung.

 Oleh : Herlina

Kampus Terpadu, Kobar

Pada tanggal 2 dan 3 September lalu dilaksanakan Ta’aruf Mahasiswa (Tamah) di Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI).  Tema Tamah tahun ini yaitu “Optimalisasi Peran Mahasiswa Yang Responsive Dalam Mewujudkan Insan Ulil Albab”.

Terdapat hal yang berbeda pada kegiatan Tamah tahun ini dibanding pelaksanaan ospek fakultas lainnya. Tahun ini, sebelum rundown acara dimulai,  Mahasiswa Baru-Mahasiswi Baru (Maba-Miba) disuruh membuat atribut mereka sendiri. Hal itu dilakukan Maba-Miba ini di depan FIAI. Peralatan yang dipergunakan untuk membuat atribut disiapkan sebelum mereka datang ke acara Tamah. Frans Maulana Hadis selaku ketua Organizing Commite (OC) mengatakan, kegiatan membuat sendiri atribut untuk menghindari Maba-Miba yang ingin membeli jadi atribut dengan harga tinggi. Hal itu dapat merugikan Maba-Miba sendiri. Selain itu, juga untuk membentuk jiwa kreatif pada diri Maba-Miba. Maba-Miba diberi waktu 2 jam untuk membuat atribut. Bagi yang belum selesai diharuskan menyelesaikan di tempat tinggal masing-masing untuk digunakan pada Tamah hari kedua.

Siang harinya, diadakan kegiatan bakti sosial (baksos) di panti asuhan.  Maba-Miba pergi menggunakan bus yang telah disediakan oleh panitia. Dari 5 bus yang seharusnya digunakan, hanya 4 bus yang datang. Perihal ini Frans menjelaskan, kurangnya komunikasi dengan pihak penyedia menjadi penyebab bus yang datang hanya 4. Frans mengakui bahwa panitia hanya menghubungi pihak bus melalui pesan singkat. Hal ini disebabkan panitia yang bertanggung jawab terkait bus belum datang dari kampung halaman. Resiko dari kekurangan bus itu, satu bus harus bolak-balik untuk menjemput Maba-Miba yang seharusnya masuk ke bus kelima. Selain itu, kepulangan Maba-Miba dari panti asuhan menjadi mundur dari jadwal yang ditentukan.

Tamah kali ini juga terdapat tim baru yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPM F) FIAI, yaitu Tim Advokasi. Tim ini berada diluar kepanitiaan. Tim Advokasi terdiri dari anggota DPM F FIAI, utusan dari Lembaga Fakultas,  dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) FIAI. Khairulfadli, ketua DPM F FIAI mengatakan, tim ini berguna untuk mencegah lembaga-lembaga eksternal masuk acara Tamah. Pencegahan itu seperti mengawasi semisal ada organisasi eksternal mempromosikan lembaga mereka. Seperti, melakukan pembagian selebaran-selebaran yang dibagi-bagikan kepada Maba-Miba.

Perihal kepanitian, terdapat kendala di dalamnya. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) untuk panitia salah satunya. Kebutuhan panitia 60 orang, tetapi hanya 50 yang ada. Untuk menanggulanginya, Adrian Ades selaku ketua Steering Commite (SC) Tamah menjelaskan, untuk mensiasati kekurangan panitia, penanggung jawab yang misalnya berjumlah 4 orang akan dikurangi menjadi 3 orang. Selain itu buntut kurangnya SDM, SC dan OC harus ikut turun ke lapangan.

Adrian juga mengatakan terjadi pertambahan jumlah Maba-Miba dibanding tahun kemarin. “Dari 170 orang pada tahun 2011 menjadi 240 orang pada tahun ini,” tutur Adrian. Menurut Adrian, Hal ini tidaklah menjadi masalah.

Soal keikutsertaan Maba-Miba, terjadi perbedaan jumlah yang hadir pada Tamah hari pertama dan kedua. Pada hari pertama Tamah, terdapat 191 Maba-Miba hadir. Sedangkan pada hari kedua Maba-Miba yang hadir berkurang menjadi kisaran 170. Menurut Adrian berkurangnya kehadiran Maba-Miba pada hari kedua disebabkan Maba-Miba yang telat dan takut dihukum sehingga lebih memilih untuk tidak datang.

Pada Tamah tahun ini juga terdapat peraturan baru bagi panitia. Peraturan itu yaitu panitia tidak diperbolehkan untuk mempromosikan partai mereka baik berupa lembaga internal, lembaga eksternal maupun jurusan. Bagi panitia yang melanggar akan dikeluarkan dari kepanitiaan. “Kalau memang nanti ada ngomong atau keceplosan, langsung saya keluarkan dari kepanitiaan” tegas Frans.

Ditanya tentang kendala dalam penyelenggarakan Tamah, Frans mengatakan etos kerja panitia masih kurang. Sedangkan dari sisi Maba-Miba, banyak Maba-Miba yang terlambat. “Panitia kurang greget dan tidak fokus pada acara tamah,” keluh Frans.

Devi Widya Putri Miba jurusan Ekonomi Islam, berkomentar terkait acara Tamah. “Bangun pagi pulangnya agak malem, kurang tidur jadinya,  waktu materi jadinya ngantuk”. Devi juga mengharapkan acara yang diadakan lebih variatif seperti diadakan game, jadi tidak hanya maksimal dimateri agar acara menjadi lebih menarik. Komentar yang sama juga dilontarkan Ikrima Alfi Ulya, Miba jurusan Pendidikan Agama Islam. Ia berharap lebih banyak inovasi pada penyelenggarakan Tamah.

 

Reportase Bersama :

Moch. Ari Nasichuddin

Sosialisasi Setengah Hati

0

kunjungan stan lembaga khusus (LK) dan unit kerja mahasiswa (UKM) oleh maba miba (30/8).Namun maba miba tidak bisa memasuki stan untuk bertanya tanya,melaikan hanya berjalan didepan stan saja.

Tidak adanya sosialisasi yang jelas pada acara kunjungan stan membuat sejumlah Lembaga Khusus (LK) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kurang maksimal dalam melakukan promosi. Mereka tidak tahu konsep yang pasti saat pelaksanaan dimulai

Oleh Khairul anwar

Kampus Terpadu, Kobar

Kunjungan stan oleh mahasiswa baru yang tergabung dalam serangkaian acara Pesona Ta’aruf (PESTA) masih menuai permasalahan. Pada tahun 2009 misalnya, ada sebagian jama’ah yang tidak mendapat giliran untuk mengunjungi stan. Serta di tahun 2010 kunjungan stan yang terlalu singkat durasi waktunya. Kali ini masalah sosialisasi yang menjadi penyebab utamanya. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya LK dan UKM yang tidak tahu tentang sistematika pelaksanaan. Akibatnya mereka kurang bisa mempersiapkan diri saat dimulainya kunjungan. 

Seperti yang diungkapkan oleh Randi Fajar Saputra, selaku ketua UKM Basket. Fajar mengatakan dirinya tidak tahu apapun tentang sistematika rute kunjungan. Manager UKM basket, Suryadi, juga menambahkan bahwa tidak ada sosialisasi sebelumnya mengenai konsep acara. Hanya pemberitahuan berupa manual acara yang pernah mereka dapatkan. 

Ketua Marching Band (MB), Alfian Hendra Saputra mengatakan bahwa pihaknya pernah mendapatkan undangan untuk menghadiri technical meeting yang diselenggarakan pada malam sebelum PESTA. Menurut Alfian, pihak yang mendapat undangan hanya dari LK saja. “Setahu saya hanya dari LK”, terang Alfian. 

Dalam pertemuan tersebut, Alfian mengatakan bahwa konsep yang dibahas kurang begitu jelas. Sistematika rute kunjungan yang dijelaskan pun hanya satu jalur. Pihak panitia menjanjikan akan melakukan technical meeting. Akan tetapi janji tersebut tidak ditepati. “Ditunggu sampai malam kok tidak ada kabar,” terang Alfian. 

Pihak panitia menjanjikan lagi akan mengadakan pertemuan dengan LK dan MB pada esok hari jam delapan pagi, namun kenyataanya Alfian hanya mendapat informasi berupa pesan singkat  mengenai letak stan yang telah ditentukan. Pihak MB merasa kecewa karena tidak adanya keterangan yang jelas. Sehingga pada saat acara kunjungan stan, terkesan kurang maksimal. 

Harapan Alfian acara PESTA ke depan bisa benar-benar diperhatikan, sehingga masalah yang sekarang tidak terulangi lagi ditahun selanjutnya. Ditemui di depan stan, Angga Prasetya, Koordinator Departemen Dekorasi dan Dokumentasi (Dekdok), menyatakan bahwa technical meeting sudah diadakan pada malam sebelum PESTA. Angga menuturkan pada saat pertemuan tersebut yang hadir hanya dua perwakilan dari LK yaitu dari LPM Himmah dan MB. 

Umi Laelatussofiah selaku staf Departemen Acara, menyatakan bahwa konsep yang dibuat oleh Departemen Acara sudah jauh hari sebelum PESTA mulai. Bahkan sebelum hari raya konsep tersebut sudah disusun. Umi memperjelas pihaknya juga sudah memberikan pemberitahuan berupa undangan kepada semua UKM dan LK yang ada. 

Staf Departemen Pemandu Barisan (PB), Sandy Dwi Pratama menyatakan bahwa pihaknya hanya melaksanakan tugas mengkoordinir barisan, sedangkan untuk konsep acara, PB mengikuti aturan yang dibuat oleh panitia Steering Committee (SC). Sandy sendiri mengetahui konsep sejak dua hari sebelum acara pesta. Sandy menambahkan untuk rute barisan memang dibuat dua jalur dan pada pelaksanaanya peserta tidak diperkenankan untuk berkunjung melainkan hanya melihat-lihat dan menerima brosur, hal tersebut untuk menghindari terjadinya kemoloran waktu. 

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai aturan ini, KOBARkobari mencoba menghubungi ketua SC. Namun pihaknya belum bisa memberikan keterangan apapun terkait masalah ini. Menurut Santy Dwi Jayanti, mahasiswa baru Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya (FPSB), acara kunjungan stan sudah baik, namun santy menyayangkan durasi waktu yang terlalu pendek. Selain itu, semua peserta tidak boleh mendekat ke stan sehingga promosi yang dilakukan oleh LK dan UKM terkesan kurang jelas. 

Reportase Bersama : B. Kindy Arrazy

Lagi, Atribut Organisasi Eksternal di PESTA KM UII

0

Kamis (30/8) Spanduk organisasi ekstra menghiasi jalananya pesta Universitas Islam Indonesia.
Namun spanduk ini mendapatkan tentangan dari beberapa pihak internal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Munculnya atribut organisasi eksternal saat Pesta membuktikan bahwa regulasi yang dibentuk tidak sesuai harapan Keluarga Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (KM UII).

Kampus Terpadu, Kobar

Pesona Ta’aruf (Pesta) 2012 nyatanya masih mengandung polemik terkait organisasi eksternal. Tahun lalu pelanggaran dilakukan oleh  Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO) dalam bentuk pembagian striker saat kegiatan Pesta sedang berlangsung. Peristiwa itu kemudian menjadi latar belakang terbentuknya regulasi yang mengatur atribut organisasi eksternal pada Pesta 2012. Regulasi itu dirasa perlu atas dasar sikap Keluarga Mahasiswa (KM) yang keberatan dengan peristiwa tahun lalu. Sebagai KM UII, LK tidak setuju dengan masuknya kepentingan Organisasi Eksternal selama acara Pesta berlangsung.

Penggunaan atribut golongan dikategorikan dalam kasus pelanggaran berat dalam peraturan yang dibuat oleh panitia. Regulasi yang digunakan panitia terkait permasalahan kepentingan golongan tertuang pada poin sembilan dalam regulasi kepanitiaan Pesta 2012. Bunyi peraturan tersebut adalah: “Menyalahgunakan tugas dan wewenang untuk kepentingan pribadi dan atau golongan selama rangkaian acara Pesta 2012 berlangsung.”

Ketika ditemui di ruang Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM U) Minggu sore (2/9), Mico Yuhansyah selaku ketua DPM U menjelaskan tentang regulasi Pesta 2012 terhadap harapan evaluasi Pesta 2011. “Yang dipermasalahkan adalah panitia pada saat itu. Kalo regulasi yang dibuat kemarin (Pesta 2011) itu kan tidak ada seperti itu, panitia tidak ada secara redaksional dalam regulasi makanya sekarang dibuat seperti ini (poin 9 regulasi Pesta 2012_red)”, jelasnya. Mico juga berpendapat bahwa aturan yang dibuat panitia hanya bisa mengikat ranah panitia. “Regulasi itu tidak asal buat, pertama kita mendengarkan aspirasi Sidang Umum (SU) ketika itu, kedua kita kaitkan juga regulasi itu dengan wewenang kita. Kalo komisi B itu wewenangnya ranah panitia, tanggungjawab dan menyelenggarakan acara, ya kita hanya bisa berbuat dalam ruang lingkup itu saja”, katanya.

Ketika dimintai keterangan terkait regulasi Pesta 2012, Hendrik Novero Ketua Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Islam Indoensia (Mapala Unisi) menjelaskan, “Pinginnya regulasinya itu tidak cuma panitia, pokoknya segala jenis atribut selain KM itu tidak ada”.

Salah satu contoh fenomena yang tampak tahun ini adalah pemasangan spanduk HMI MPO yang dengan mudah bisa ditemukan pada kegiatan Pesta 2012. Spanduk tersebut dipasang di boulevard yang merupakan jalan utama Mahasiswa Baru (Maba) ketika akan mengikuti kegiatan Pesta. Hal ini membuat spanduk yang dipasang HMI MPO dapat terlihat dengan jelas oleh Maba dan panitia. Sedangkan spanduk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) hanya terlihat di bahu jalan boulevard.

Ketua komisariat HMI UII memberikan informasi didalam forum mediasi yang digelar di gedung FPSB (31/8). Forum itu dimediatori oleh Bachnas selaku Wakil Rektor III (Warek III) dan A. F. Djunaidi, Direktur Direktorat Pengembangan Bakat/Minat dan Kesejahteraan Mahasiswa (DPBMKM). Ketua komisariat HMI UII mengatakan bahwa spanduk HMI sudah mendapatkan izin dari rektorat jauh-jauh hari sebelum Pesta 2012 dimulai. Perwakilan KAMMI mengatakan spanduk KAMMI pun juga sudah mendapat izin serupa. Sedangkan perwakilan PMII mengaku spanduk PMII tidak mendapat izin dikarenakan minimnya informasi perizinan dari rektorat.

Perizinan spanduk memang merupakan wewenang Divisi Bidang Sarana dan Prasarana. Ketika ditemui di gedung rektorat lantai dua, Samaun Ramadhan selaku kepala Divisi Bidang Sarana Prasarana menuturkan bahwa sebenarnya dia hanya menginginkan tertib izin. Samaun menyampaikan untuk bisa mendapatkan izin pemasangan spanduk harus ada surat izin dari lembaga itu sendiri. Dan setiap izin yang diberikan, dia akan bertanggung jawab penuh karena memang sudah resmi. Tetapi Samaun pribadi menyayangkan adanya spanduk tersebut setelah tahu ternyata KM mempermasalahkan pemasangannya, hal itu dikarenakan organisasi yang bersangkutan termasuk organisasi eksternal. Menurutnya acara Pesta ini memang seharusnya tidak dimasuki unsur kepentingan lain selain KM itu sendiri.

Ketika dimintai keterangan terkait masalah spanduk organisasi eksternal yang terpampang di acara Pesta 2012, Mico selaku ketua DPM UII menjelaskan, ”Saya juga tidak bisa berbuat banyak karena spanduk itu memang sudah mempunyai izin dari pihak rektorat (sarana prasarana_red) bahkan satu bulan sebelum Pesta dimulai. Tetapi perihal ini menjadi nilai kurang karena kenapa terjadi pada momentum Pesta.”

Ditemui di depan kantor LEM U, Akhmad Bangun Sujiwo selaku anggota advokasi Pesta 2012 juga mengutarakan pendapatnya terkait  izin pemasangan spanduk. ”Izin pemasangan spanduk dari organisasi eksternal manapun seharusnya memang tidak ke DPM karena itu bukan dalam ruang lingkup KM, perizinannya itu dalam ruang lingkup rektorat, jadi dipasang atau tidaknya spanduk tersebut itu atas wewenang rektorat. Ini tidak ada sangkut paut dengan DPM atau KM UII” ,terangnya.

Hendrik ketua Mapala Unisi berpendapat, “Jika melihat dari regulasi yang dibuat seperti itu (Pesta 2012_red), spanduk itu ya tidak bermasalah. Tapi masalah disini LEM U membuat regulasi yang tidak sesuai harapan LK pada saat hearing. Juga karena spanduk itu izinnya langsung ke Rektorat, ada miss komunikasi antara LEM U dan DPM U, keduanya tidak menyampaikan kepada Rektorat, akan tetapi baru disampaikan pada saat mediasi. Pak Bachnas selaku Warek III juga bilang tidak ada yang ngomong (tentang masalah regulasi_red)”.

Pemasangan spanduk disesalkan oleh Hendrik dan Bayu Gentari Rahman dari Mapala Unisi. Hendrik mengatakan, “Sebenarnya perihal ini sudah menjadi kesepakatan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) dan panitia kepada LK sebagai KM UII. Tidak ada itu pemasangan spanduk-spanduk atau istilah lain yang berbau itu”. Hendrik juga sudah berusaha mencari informasi terkait spanduk  tetapi dia mengaku panitia menjawab tidak tahu menahu. Dia  juga berpendapat bahwa ini adalah sebuah bentuk pelanggaran. “Dari Komisi B sendiri kok yang bilang kalau nggak bakal ada selain kelembagaan yang ada di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan LK dalam acara Pesta, Komisi B sendiri yang menyampaikan itu pada waktu hearing”. Pendapat senada juga disampaikan oleh Genta yang merupakan wakil sekretaris Mapala, “Spanduk itu ya harus diturunin, wong ini acaranya KM UII”.

Terkait dengan pemasangan spanduk HMI MPO, Alfian selaku Ketua Lembaga Khusus Marching Band UII berpendapat, “Saya tahunya ada spanduk ketika tadi pagi (30/8) mau masuk UII, bagaimana kok bisa begini”. Kekecewaan juga dirasakan oleh Alfian. Dia mengaku sangat tidak sapakat atas pemasangan spanduk tersebut karena ini adalah acara internal UII. Menurutnya Pesta ini adalah salah satu upaya untuk mencari kader-kader organisasi yang ada di lingkungan internal kampus. “Seharusnya tidak ada alasan organisasi ekstra masuk dalam acara ini”, tegasnya.q

Reportase Bersama: Moch. Ari Nasich­­uddin

Baku Hantam Menyisakan Luka

0

ilustrasi oleh Metri Niken L

Pesta yang sejatinya digunakan untuk mempererat persaudaraan antar mahasiswa UII, malah dinodai dengan ulah anarkis.

Oleh: Moch. Ari Nasichuddin

Kampus terpadu, Kobar

Disaat Pesona Ta’aruf (Pesta) menginjak hari kedua, terjadi insiden perkelahian antara oknum panitia dan mahasiswa yang disinyalir sebagai anggota Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Islam Indonesia (Mapala Unisi). Kejadian itu terjadi di pagi hari saat Pesta menginjak hari kedua. 

Evan Santoso adalah mahasiswa yang terlibat dalam perkelahian dan kebetulan ia sebagai anggota Mapala Unisi. Evan bercerita, setelah ia dan teman-teman-nya mempersiapkan perlengkapan penampilan Mapala Unisi untuk acara Pesta sore harinya, mereka beristirahat di wall climbing. Di sela istirahatnya, ia menengok sebentar, ada seorang panitia yang lewat. Panitia itu bernama Moch. Dzulyadain. Ketika dipanggil, Dzulyadain diam saja, ia malah mengangkat tangan. Evan bertanya, “kenapa kau?”. “Saya merasa tertantang mas”, jawab Dzulyadain. Setelah percakapan itu, mereka berdua berkelahi. Akhirnya perkelahian itu berhasil dilerai, dan berujung damai antara kedua belah pihak. 

Dalam rangka mencari klarifikasi, Tim KOBARkobari coba menghubungi Dzulyadain. Tetapi Dzulyadain yang kami hubungi via telepon seluler pada tanggal 1 September 2012 tidak mengangkat telepon kami. Seketika itu juga kami berinisiatif menghubungi via pesan singkat guna keperluan wawancara. Dzulyadain membalasnya. Ia menuturkan, “Insya Allah bisa tapi sekarang aku lagi tidak ada di Jogja”. Akan tetapi ketika kami tanyai kapan ia bisa diwawancarai, ia menjawab “Kamu wawancarai Mapala Unisi dulu dia yang keroyok aku”. Kami pun mengatakan bahwa sudah mewawancarai pihak Mapala Unisi. Tetapi setelah itu tidak ada balasan darinya. 

Akhirnya tim KOBARkobari mendapatkan penuturan Dzulyadain terkait kejadian ini. Hal ini disampaikan oleh Bachnas, Wakil Rektor III (Warek III), pada mediasi 4 September 2012 terkait kasus ini. Dzulyadain mengatakan ada beberapa orang yang sedang duduk di wall climbing. Saat itu ia berjalan, tangannya ada di dalam jas almamater. Kemudian oknum dari Mapala Unisi itu menegur, “Ey mbok tangan itu jangan dalam kantong.” Akan tetapi teguran ini menimbulkan rasa emosional bagi Dzulyadain. Teguran itu dirasa melecehkan dirinya. Ia merasa oknum tersebut tidak punya hak untuk menegurnya. Karena hanya menggunakan baju biasa, bukan baju lembaga. Akhirnya Dzulyadain dipukul oleh oknum yang kebetulan anggota Mapala Unisi. Dzulyadain sempat mengelak. Tetapi Dzulyadain juga sempat membalas memukul. Pada akhirnya kedua belah pihak berhasil dilerai dan berakhir dengan saling memaafkan.

Rendy Fitriyanda yang saat itu menjabat sebagai anggota Tim Advokasi mengaku menerima laporan Dzulyadain terkait perkelahian di dekat wall climbing. Menurut Rendy, Dzulyadain berjalan dari kantor Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas (LEM U) menuju Boulevard pada jam setengah 6 pagi. Ia tiba-tiba diberhentikan oleh orang. Hal itu karena ia memasukan tangan ke saku jas almamater. “Woy tangannya keluar!,” ucap Rendy menirukannya. Setelah tangannya keluar, entah tidak tahu mengapa Dzulyadain dipukul. 

Cerita berbeda diutarakan oleh Akbar Pahlefi. Ditemui di Fakultas Hukum (FH), Akbar Pahlefi yang saat itu menjabat sebagai Koordinator Pemandu Barisan (PB) mengatakan, disaat Dzulyadain disuruh mengeluarkan tangannya ia sempat menolaknya. Ia sempat mengepak-ngepakkan tangannya. Lantas oknum Mapala Unisi melontarkan umpatan kepada Dzulyadain. 

Evan Santoso juga menceritakan kejadian setelah di wall climbing. Ketika mereka selesai beristirahat, ia dan beberapa temannya yang berjumlah sekitar 7-8 orang pulang. Ketika mereka lewat di depan Kahar Muzakir, terdengar suara meneriaki mereka. Suara itu berasal dari segerombolan orang berkisar 40 orang. Setelah itu Evan mendatangi asal suara teriakan. Ia bertanya, “kenapa ?” dari situ segerombolan orang itu berdiri semua. Mulailah kejadian perkelahian. Kemudian setelah itu Evan tidak tahu apa-apa karena pingsan. Ketika sadar ia sudah berada di kost. 

Teman Evan yang berjumlah sekitar 7-8 orang salah satunya adalah Sanditya Agus. Dia pun bercerita insiden di depan Kahar Muzakir itu. “Saat itu saya di (atas) motor, ketika melihat Evan, ia sudah digebuki. Dan saya tidak diam saja. Bela diri lah. Yang mukul yang make almamater biru semua. Ada sebagian dari panitia yang melerai. Terus satpam berjumlah 5 orang masuk,” tuturnya. Saat perkelahian di depan Kahar Muzakir itu berlangsung, datang Akbar Pahlevi melerai. Menurut Akbar, tidak dia dan staf PB saja yang datang melerai, Emil Anshori yang saat itu menjabat sebagai Ketua Steering Committee (SC) juga ikut memisahkan perkelahian itu. Akan tetapi ia malah ikut terpukul. Pelipisnya berdarah, membutuhkan 5 jahitan. 

Akbar mengaku mencium bau minuman keras dari mulut oknum Mapala Unisi. “Mungkin teman-teman Mapala Unisi dalam keadaan mabuk, karena kebetulan saat itu saya yang memisahkan,” terang Akbar. Tetapi hal itu langsung ditanggapi oleh Sanditya Agus, “Saya rasa kejadian itu tidak berkaitan dengan alkohol,” tegasnya. Akbar juga mengatakan ketika perkelahian di Kahar Muzakir itu selesai, oknum Mapala Unisi itu pergi, bersamaan itu pula mereka berteriak-teriak. “Kalau acara ini (Pesta-red) tidak bubar, potong kuping saya,” Akbar meniru teriakan itu. 

Akbar berpendapat secara tidak langsung mereka ada keinginan untuk membubarkan acara Pesta. Sanditya mengklarifikasi soal teriakan tersebut. “Namanya juga orang capek, pagi-pagi belum tidur. Itu lontaran orang emosi. Di posisi jumlah kami kalah. Semua-semuanya kami kalah. Kami korban pengeroyokan juga. Lontaran orang-orang emosi seperti itu lah,” tuturnya. Sebelumnya setelah kejadian perkelahian di depan Kahar Muzakir. 

Siangnya, kami berupaya mendatangi Emil Anshori ketua SC yang disinyalir menjadi korban di kantor LEM U. Tetapi menurut Ketua Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (DPM U) Mico Yuhansyah, Emil masih belum bisa ditemui. Upaya damai dengan mediasi Tim KOBARkobari menghadiri mediasi di rektorat terkait insiden ini. Mediasi melibatkan Mapala Unisi, panitia Pesta, LPM HIMMAH UII, dan Marching Band (MB) UII. 

Mediasi diselenggarakan pada tanggal 3 September 2012 pukul 08.00. Akan tetapi baru dimulai pukul 09.00. Baru beberapa menit mengikuti mediasi, tim KOBARkobari mendengar akan ada mediasi juga yang dilakukan oleh Polisi Sektor (Polsek) Ngemplak. Ketika sesampainya di sana kami berbicara dengan Bambang Widiatmoko, Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polsek Ngemplak. Ia menuturkan sebenarnya Polsek Ngemplak tidak mengeluarkan kebijakan melakukan mediasi. Hanya saja, sewaktu Evan datang ke Polsek Ngemplak untuk membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP), rekan Bambang berinisiatif melakukan mediasi secara damai. “Saya lebih senang diselesaikan di sana (Kampus-red). Masak Universitas berbasiskan Islam kelakuannya seperti anak SMA. Padahal saya yakin, yang berantem itu masalah pribadi. Masak jauh-jauh merantau hanya mencari musuh ?,” tutur Bambang. 

Setelah dari Polsek Ngemplak, tim KOBARkobari kembali ke gedung rektorat guna mengikuti mediasi. Mediasi dihadiri oleh Bachnas selaku Warek III dan Af. Djunaidi selaku Direktur Direktorat Pembinaan Bakat, Minat, dan Kesejahteraan Mahasiswa. Beberapa perwakilan Mapala UNISI, LPM HIMMAH UII, MB UII, dan DPM U hadir. Evan Santoso juga hadir, tapi Emil Anshori dan Moch. Dzulyadain tidak hadir. Bachnas mengatakan, “Hak adek-adek untuk memaafkan, hak adek-adek untuk menuntut. Kalau bisa maaf-memaafkan kenapa tidak?”.

Hendrik Ketua Mapala menanggapi. Ia menuntut Emil dan Dzulyadain untuk hadir. Kalau tidak mediasi tidak bisa dilanjutkan. Akhirnya mediasi ini menghasilkan keputusan, bahwa pihak panitia yang mengaku menjadi korban pemukulan harus dihadirkan. Pihak rektorat berupaya menghadirkan korban-korban tersebut dibantu oleh jajaran DPM U, Ketua LEM U, dan teman-teman terdekat Emil dan Dzulyadain. Mediasi Pertama pun dipending hingga jam setengah empat. 

Mediasi kedua dihadiri Ketua DPM U, Sekretaris Jendral (Sekjend) dan jajarannya. Hadir juga perwakilan Mapala UNISI, LPM HIMMAH UII, dan MB UII. Mico Yuhansyah, Ketua DPM U, mengatakan bahwa Ketua LEM U M. Shadily Lumaluntur sudah mencari Dzulyadain hingga di basecamp anak Gontor di Universitas Islam Negeri (UIN). Sedangkan Sekjend DPM U, Akhmad Bangun Sujiwo, menuturkan Emil akan datang setelah Dhuhur. Akan tetapi, setelah dihubungi lagi tidak ada konfirmasi dari Emil. 

Disaat mediasi kedua, Bachnas mengatakan bahwa dari insiden ini tidak bisa diambil keputusan berdasarkan lembaga. Karena ini adalah permasalahan personal. Hendrik pun kembali menegaskan kasus ini tidak ada sangkut pautnya dengan Mapala Unisi. Hanya kebetulan saja oknum yang terlibat itu anggota Mapala Unisi. Pada akhirnya mediasi kedua ini pun berakhir buntu, karena yang bersangkutan tidak bisa hadir. Mediasi kedua dipending. Pihak rektorat dan Keluarga Mahasiswa (KM) berinisiatif untuk memperpanjang pencarian terhadap Emil dan Dzulyadain hingga keesokan harinya. 

Mediasi tahap tiga diselenggarakan pada tanggal 4 September 2012 pukul setengah empat sore. Titik terang penyelesaian insiden perkelahian ini muncul di mediasi tahap tiga. Hal itu karena rektorat dan KM berhasil menghadirkan Emil dan Dzulyadain. Mediasi dimulai. Bachnas memulai mediasi dengan sedikit mengulang awal mula insiden ini terjadi. Dia juga menegaskan bahwasanya di KM UII tidak ada lembaga yang super power, semua lembaga itu sama. Bachnas menginginkan insiden ini agar segera diselesaikan. 

Shadily ketua LEM U ikut angkat bicara. Ia berharap agar kejadian ini tidak terulang lagi di tahun-tahun berikutnya. Sebelum mediasi dimulai, Bachnas sudah menanyakan kepada Emil dan Dzulyadain terkait insiden yang menimpa mereka. Hasil dari pembicaraan yang dilakukan Bachnas kepada Emil dan Dzulyadain disampaikan pada saat mediasi ketiga. Menurut Bachnas, Emil dan Dzulyadain mau berdamai dengan Evan terkait kasus ini. Akan tetapi penyelesaian melalui jalur hukum antara kedua belah pihak masih berlanjut. 

Reportase Bersama: Maya Indah C. Putri, Irwan A. Syambudi, Agam Erabhakti W., T. Ichtiar Khudi A., Khoirul Anwar.

 

Geruduk Jogja Aksi Damai dukung KPK

0

Rilis Pers:
Aksi Damai dukung KPK #SaveKPK
Geruduk Jogja, Yogyakarta 7 Oktober 2012

Tanggal 5 hingga 6 Oktober 2012 menjadi saksi dan genderang kebangkitan kita bersama, mengangkat tangan dan suara tentang anti korupsi. Mengenai kejadian tersebut tentang penangkapan Penyidik KPK yang akhirnya tidak jadi dilakukan karena adanya gelombang massa yang sadar tentang Kriminalisasi KPK pada kasus-kasus besar, dan kebetulan pada saat ini yang menggelembung besar adalah kasus pengadaan Simulator SIM.

Polisi sendiri juga mengalami banyak kendala dalam hal yang disebutnya sebagai Pelemahan Polri. Sehingga banyak kita ketahui bersama pada kaus Kriminalisasi KPK dan Pelemahan Polri adalah berujung pada lemahnya penegakan hukum dan semakin kaburnya pelaksanaan Jargon Anti Korupsi yang menjadi domain milik bersama dan Presiden sebagai ujung tombaknya.

Saat ini tugas besar masih berada di pundak Komisi Pemberantasan Korupsi. Kasus-kasus korupsi besar masih menunggu untuk diselesaikan. Permasalahan dan pembongkaran kasus korupsi bukan hal mudah dan memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Menjadi rumit dan gelombang yang sangat besar ketika kasus korupsi yang ditangani KPK kebetulan harus berhadapan lembaga milik negara yang memiliki kekuatan.

Permasalahan yang dihadapi KPK ketika di rongrong adalah permasalahan bangsa dan negara. Sayang dalam kejadian tanggal 5 hingga 6 Oktober dinihari kemarin tidak terdengar suara dukungan kepada KPK dari pihak-pihak pemangku kepentingan dan kekuasaan negara, bahkan dari Istana. Dukungan mengalir dari warga masyarakat yang semakin cerdas memahami trik-trik untuk mengalihkan isu atau melemahkan KPK.

Dukungan spirit untuk KPK agar lebih percaya diri dalam menjalankan tugasnya tidak boleh berhenti. Bertolak dari hal tersebut ‘Geruduk Jogja’ Gerakan dukung KPK dari Rakyat Jogjakarta akan mengadakan aksi kepedulian damai pemberian dukungan kepada KPK dengan cara berjalan bergandengan tangan bersama dari Tugu menuju Istana Presiden di Gedung Agung Yogyakarta, tanpa mengganggu lalulintas. Dengan menuliskan
dukungan pada kertas putih sebagai lambang kebersihan yang akan dimasukan pada sebuah kotak suara. Tulisan akan disuarakan pada media-media publik yang bisa dijangkau oleh ‘Geruduk Jogja’.

Mewujudkan keinginan baik tersebut maka ‘Geruduk Jogja’ mengundang khalayak ramai dan segenap kekuatan sipil di Yogyakarta pada:

Hari    : Minggu
Tanggal : 7 Oktober 2012
Jam     : 19.00 – 21.30 WIB
Tempat  : Garis imaginer Mataram di Monumen Tugu hingga Gedung Agung.
Acara   : Aksi damai mendukung #SaveKPK
Sifat   : Damai, terbuka dan tak terbatas.

Gerakan Dukung KPK dari Rakyat Jogjakarta mengharapkan kehadiran dan dukungan baik moral maupun kehadiran secara fisik untuk melakukan aksi damai dari semua elemen anti korupsi di Yogyakarta.

Terimakasih,

Geruduk Jogja

Kontak:
Budhi Hermanto : 08156985682
Anasir : 08112508530
Suryaden : 08122732063
Tri Senggol : 08123900650

Majalah Himmah Edisi 1 Tahun 2012

0

 

Telah terbit Majalah Himmah edisi 1 Juli 2012 berjudul “Kala Otonomi [belum]Berhasil”. Anda dapat mengambil majalah secara cuma-cuma di Kantor Sekretariat LPM Himmah, Kampus S2 Hukum UII, Jl. Cik Dik Tiro No. 1 Yogyakarta. Bagi mahasiswa UII, anda bisa mendapatkannya cukup dengan membawa KTM yang masih berlaku.

Jika anda ingin mendapatkan Majalah Himmah versi digital, silahkan download disini