Oleh: Oleh: Adilia Tri Hidayati
Iri,
Menguasai serta membelot hati
Memaksa kontroversi ingkar pada nurani,
ketika hujan membasuh kasar jemari…
Iri kembali pada surgawi
Jangan bicara tentang tak mengakui
Padahal bisik kebenaran hadir di keping memori
Mozaik yang bicara penguasaan diri
Berhenti pada garis pernyataan sunyi
Kembalilah wujud dengki
Tanpa ampun dan memperingati
Wajah terkotori dusta sok suci
Lumpur berlumur di mata kaki
Namun kesadaran diri tak kunjung kembali
Tetap tegap walau tak pasti
Berujung jurang dalam palung hati
Lagi-lagi hati,
Sepi…
Berdenyut hening suasana
Karena dengki merasuk jiwa
Meninggalkan bekas luka lara
Kian bertambah seiring masa
Apakah nurani sudah terhimpit nista?
Sampai perih tak lagi terasa
Tinggallah serpih pemicu hilang asa
Sebab terpikir bahwa diri sudah hina
Oh, malangnya tubuh kini
Tak terlintas apa pun lagi
Sudah mati.
Hanya bersisa pilu memori,
Ketika hujan membasuh halus jemari…
Tanah pun basah mendo’a nurani
Oleh: Adilia Tri Hidayati
Aku berdiam kelu, di ujung kerisauan
Kaki terpancang, tak sanggup beranjak
Sekilas pilu merajang kalbu
Menyusup khianati janji, menjelma tanpa ingin
Muncul tiada salam, pun secuil permisi
Rasa itu nyata
Laksana delusi akut,
tapi tidak. Dia ada. Bak putaran realitas
Aku tersudut manut. Takut
Daya seakan hilang
Merapuh patah
Meragu layu
Sekejap musnah
sirna melenyap
Ini bukan kabar gembira, Sayang
Ini sandi pedihnya jiwa
Candu bagi gelisah
Maksud hati tertawa, justru sendu mengada. Meriak dalam
Pelan menggelap
Percuma
Aku sadari sadarku didahului
Ia terlambat, lalu disodok
Diusir pergi, digerogoti
Dan dayaku hilang lagi. Makin menyudut
Aku merunduk, mata memejam
Hening mencekam
Mencekik mati
Aku tercekat, tak mampu teriak
Percuma
hatiku bilang,
Ya, percuma
Benakku pun turut umbar oceh,
kamu sudah kalah
Kamu…goyah
Oleh: Siti Mahdaria
Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE
International Program Universitas Islam Indonesia mengadakan launching komunitas baru bernama Universitas Islam Indonesia Global Student (UII Golden) pada Minggu (15/12) lalu. Bertempat di Gedung Kuliah Umum Sardjito lantai dua, acara ini mengundang 38 mahasiswa UII yang pernah berstatus sebagai pelajar luar negeri. “UII Golden terinspirasi dari BINUS STAR (BINUS Student Transnational Ambassador–red) yang dimiliki oleh Universitas Bina Nusantara dan AIESEC (Association Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales–red) yang ada di seluruh dunia,” tutur Herman Felani, Program Development Manager IP UII.
Anita Noor Rohmah selaku koordinator acara juga mengungkapkan, komunitas yang secara struktural masih di bawah International Student Office (ISO) ini dibentuk guna merangkul para mahasiswa UII agar bisa lebih termotivasi untuk belajar ke luar negeri. Oleh karena itu, ia mencoba meminta para mahasiswa yang diundang dalam acara tersebut agar bersedia membagi pengalamannya selama belajar di luar negeri. Pun panitia berharap mereka bisa memberi informasi, memotivasi, dan memandu mahasiswa lainnya yang berminat belajar ke luar negeri.
Hasil survei kasar dari panitia launching UII Golden yang dikemukakan oleh Meywinda, mahasiswi International Program Manajemen angkatan 2011, dimana hanya dua persen dari total 18.000 mahasiswa UII saja yang pernah mencicipi belajar di luar negeri, baik dalam rangka pertukaran pelajar, join degree, maupun pelatihan dan seminar, bisa menjadi alasan IP UII membentuk UII Golden.
Di samping itu, Eva Adams, salah seorang pembicara berkebangsaan Jerman mencoba menguatkan alasan perlunya mahasiswa mempunyai pengalaman hidup maupun bekerja di luar negeri. “Banyak orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman. Tapi, hanya sedikit orang yang mempunyai pengetahuan, pengalaman, kemampuan berbahasa asing, dan pengalaman kerja di luar negeri pada saat yang bersamaan. Ini adalah peluang!” tutur perempuan yang juga menjabat sebagai staf magang di International Office dan Humas UII ini.
Oleh: Laras Haqkohati
Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE
Menjelang Pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Islam Indonesia 2014, sejumlah panitia Pilrek telah menetapkan sistem dan regulasi terkait pemilihan ini. Ketua panitia Pilrek, Abdul Jamil, mengatakan jika acara yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali ini membutuhkan persiapan matang dengan segala rentetan agendanya, mulai dari pendataan dan seleksi administrasi hingga pengumuman rektor yang baru.
Jamil juga menerangkan, mekanisme Pilrek ini melewati tiga tahap, yakni penentuan bakal calon rektor, pemilihan minimal tiga calon rektor, sampai penyerahan bakal calon rektor terpilih kepada senat universitas. Senat universitas akan memilih calon rektor untuk kemudian menyerahkan kepada Yayasan Badan Wakaf UII untuk menentukan siapa rektor baru yang akan menggantikan Edy Suandi Hamid.
Terkait hak pilih suara mahasiswa, pada Pilrek ini tidak semua mahasiswa bisa ikut bersuara. “Hanya mahasiswa yang menduduki lembaga internal saja yang ikut berpartisipasi,” jelas Abdul Jamil pada Jum’at (29/11). Lembaga yang dimaksud adalah seluruh anggota Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (DPM U), pengurus harian Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas (LEM U), serta perwakilan dari Lembaga Khusus (LK), seperti Lembaga Pers Mahasiswa HIMMAH (LPM HIMMAH), Marching Band, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala), dan Koperasi Mahasiswa (Kopma). Pihak-pihak yang memiliki hak suara pun hanya bisa memberikan suaranya untuk pemilihan bakal calon rektor saja.
Bulan ini, panitia Pilrek memiliki beberapa agenda. Tanggal 12 – 16 Desember 2013 adalah pendataan dan seleksi administrasi bakal calon rektor. Tanggal 17-21 Desember 2013, bakal calon rektor yang dinyatakan lolos tahap sebelumnya akan dimintai kesediaannya sebagai bakal calon rektor. Hasilnya sendiri akan ditetapkan serta diumumkan pada tanggal 23 Desember 2013 oleh pihak Yayasan Badan Wakaf UII.
Tim Grand Prix Marching Band (GPMB) Universitas Islam Indonesia akan mengadakan Pentas Pamit pada Sabtu (21/12). (Foto oleh: Humas MB UII)
Tim Grand Prix Marching Band (GPMB) Universitas Islam Indonesia dalam waktu dekat ini insya allah akan segera berangkat menuju Jakarta untuk berlaga di kejuaraan Grand Prix Marching Band (GPMB) di Istora Senayan. Sebelum keberangkatan, Marching Band UII akan mengadakan suatu ‘Pentas pamit’ sebagai tanda pelepasan Marching Band UII untuk berlaga di kejuaraan Grand Prix di Jakarta. Tujuan ‘Pentas Pamit’ ini adalah sebagai ajang untuk menampilkan pencapaian yang telah diperjuangkan oleh Marching Band UII selama kurang lebih satu tahun sejak Januari 2013 serta sebagai suntikan semangat tersendiri bagi Tim Marching Band UII.
Pentas pamit telah menjadi suatu rutinitas yang digelar Marching Band UII sebelum keberangkatan menuju suatu perlombaan ataupun kejuaraan. Pentas Pamit ini insya allah akan diselenggarakan pada tanggal 21 Desember 2013, pada pukul 20.00 WIB, bertempat di area parkiran Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya. Pentas ini akan menampilkan konsep pagelaran yang akan dibawakan Marching Band UII saat kejuaraan di Istora Senayan nantinya, yaitu dengan tema “Proud to Sheila On 7”. Pentas pamit ini bersifat umum bagi seluruh kalangan, baik mahasiswa dan kelembagaannya, kalangan civitas akademika di Universitas Islam Indonesia, warga sekitar, maupun unit-unit marching band manapun yang ingin meyaksikan.
Diharapkan bagi keluarga besar Universitas Islam Indonesia dapat hadir di pentas pamit ini sebagai bentuk dukungan dari keluarga Universitas Islam Indonesia terhadap Marching Band UII yang akan berlaga di kejuaraan Grand Prix Marching Band dengan membawa nama almamater universitas tercinta. Marching Band Universitas Islam Indonesia akan berangkat dari Yogyakarta menuju Jakarta untuk mengikuti kejuaraan pada tanggal 24 desember 2013. Nantinya, kejuaraan akan berlangsung selama tiga hari, dimulai dari tanggal 27 – 29 Desember 2013. (Humas MB UII)
Oleh: Sirojul Khafid
Yogyakarta, HIMMAH ONLINE
Masih dalam rangka memperingati Hari Anti Korupsi dan Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional yang diperingati pada tanggal 9 Desember, aliansi mahasiswa yang menamakan diri PKMJ (Persatuan Keluarga Mahasiswa Jogjakarta) melakukan aksi demonstrasi dari Jalan Abu Bakar Ali menuju gedung DPRD DIY dan berakhir di titik nol kilometer, kota Yogyakarta pada Kamis (12/12) lalu. Masa aksi yang diperkirakan lebih dari 250 orang ini terdiri dari Keluarga Mahasiswa UII, UAD, UPN, STNAS, UMY, STMIK AMIKOM, dan APMD. Mereka membawa berbagai poster tuntutan dan melakukan orasi terkait tuntutan mereka disepanjang jalan.
Dalam aksi ini, mereka menuntut untuk revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan perkuat kewenangan KPK serta Revisi Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR). Mereka juga meminta untuk membubarkan partai politik yang korup, penetapan korupsi sebagai pelanggaran HAM, dan penuhi hak ekonomi, sosial dan budaya.
Ahmad Firdaus, selaku Koordinator Umum dalam aksi ini memaparkan bahwa korupsi berhubungan langsung dengan pelanggaran HAM. “Yang dimaksud pelanggaran HAM yaitu saat ada koruptor yang mengambil uang negara maka dia juga mengambil hak rakyat Indonesia. Contohnya saat koruptor mengambil uang untuk jaminan sosial dan pendidikan, maka akan banyak orang yang tidak mendapat pelayanan kesehatan dan pendidikan, itu adalah salah satu bentuk pelanggaran HAM” jelas Firdaus, mahasiswa UAD Jurusan Psikologi.
Firdaus menambahkan bahwa koruptor seharusnya dihukum mati agar orang-orang yang hendak melakukan tindak korupsi akan berfikir lagi.
Menambahkan keterangan Ahmad Firdaus, Ahmad Pahlevi selaku Koordinator lapangan yang juga mahasiswa UII jurusan Ilmu Hukum mengungkapkan bahwa aksi ini menuntut adanya penguatan dan pensejajaran KPK dengan Lembaga lainnya. Menurut Pahlevi, sekarang banyak terjadi pelemahan KPK dalam menjalankan tugasnya. Contohnya dalam melakukan penyadapan dan penyidikan kasus, pihak KPK harus meminta izin dari kejaksaan. “Hal tersebut hanya akan menghambat kinerja KPK dalam menangani kasus korupsi” tegasnya.
Lanjut keterangan dari Firdaus bahwa peran media juga sangat dominan dalam penuntasan sebuah kasus, tidak seperti media saat ini yang tidak netral. “Banyak media yang dikuasai orang-orang berduit dan disalah gunakan fungsinya. Jadi, agar kasus-kasus terutama kasus korupsi dapat tuntas dan diketahui masyarakat, sebagai pihak yang tidak memiliki data, maka peran media sangat penting untuk memberikan informasi yang benar” tutur Firdaus.
Aliansi Rakyat Indonesia (ARI) mengadakan aksi penolakan terhadap WTO di jalan Abu Bakar Ali hingga Kilometer 0, pada Jumat (6/12).
(Foto oleh: Sirojul Khafid)
Oleh: Sirojul Khafid
Yogyakarta, HIMMAH ONLINE
Konggres World Trade Organization (WTO) di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, menuai aksi penolakan dari masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah Yogyakarta. Jum’at (6/12) lalu, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Universitas Islam Indonesia, Himpunan Mahasiswa Islam-Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) Universitas Islam Indonesia, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Sekolah Bersama (SEKBER), Gerakan Mahasiswa-Pembebasan (GEMA-Pembebasan), Front Mahasiswa Nasional (FMN), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), beserta organisasi lainnya yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Indonesia (ARI) mengadakan aksi penolakan WTO di Jl. Abu Bakar Ali hingga titik nol kilometer, Kota Yogyakarta. dalam aksi tersebut, mereka menuntut Indonesia agar membubarkan WTO dan keluar dari WTO. Mereka juga meminta Indonesia untuk mewujudkan ekonomi kerakyatan, kedaulatan pangan, ekonomi mandiri dan kuat, pendidikan gratis, ilmiah, dan demokratis, serta perdagangan yang adil dan demokratis. Pun menolak outsourcing dan pendidikan asing masuk Indonesia, serta pembebasan masa aksi yang ditahan saat aksi menolak WTO di Indonesia adalah tiga dari kesepuluh tuntutan ARI.
Heronimus Saman selaku koordinator lapangan aksi tesebut mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan pengurangan subsidi pangan di Indonesia. Hal ini menurutnya akan berakibat pada naiknya harga pangan. “Indonesia belum siap dilihat dari industri lokal yang belum bisa diandalkan,” tutur anggota GMNI tersebut. Oleh karena itu, ia bersama peserta aksi lain menuntut agar Indonesia keluar dari organisasi perdagangan tersebut.
Peserta aksi dari HMI MPO UII, Ervin Sapto Nugroho juga mengatakan bahwa keikutsertaan Indonesia dalam WTO selama 13 tahun telah menyebabkan perekonomian negeri ini kian memburuk.