Beranda blog Halaman 109

Meet and Great Ginatri S.Noer

Gina S. Noer (tengah) sedang memaparkan tentang suka duka menjadi penulis naskah, Kamis pekan lalu. Gina dalam acara yang digelar oleh LPM HIMMAH UII ini mengajak mahasiswa untuk berkretifitas dan turut berpartisipasi dalam perkembangan dunia perfilman.     (Foto oleh: Revangga Twin T.)

Gina S.Noer (tengah) sedang memaparkan tentang suka duka menjadi penulis naskah, Kamis pekan lalu. Gina dalam acara yang digelar oleh LPM HIMMAH UII ini mengajak mahasiswa untuk berkretifitas dan turut berpartisipasi dalam perkembangan dunia perfilman.
(Foto oleh: Revangga Twin T.)

Kamis 9 Januari 2014, bidang Perusahaan Himmah 24,1 menyelenggarakan acara Meet and Great dengan Ginatri S.Noer. Acara yang berlangsung selama 2 jam tersebut membahas tentang sosok Ginatri serta pengalamannya selama menjadi penulis. Acara yang berlangsung di gedung Ruang Audio Visual Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia terselenggara berkat kerjasama dengan Akademi Bercerita, Bentang Pustaka, Plotpoint Kreatif, LPM HIMMAH UII serta KafeJendela.

Ginatri S.Noer merupakan seorang creative preneur asal Indonesia. Dia adalah co-founder dan editor in chief di Plotpoint Publishing & Workshop. Gina juga dikenal sebagai penulis scenario film dan televisi. Karir sebagai penulis scenario diawali setelah memenangkan Close Up Movie Competition pada tahun 2004 melalui film pendek Ladies Room. Dia mengawali karir profesionalnya sebagai penulis scenario melalui film Independen Foto, Kotak dan Jendela pada tahun 2006. Tahun 2008 ia menulis scenario film Ayat-Ayat Cinta bersama suaminya, Salman Aristo. Gina juga merupakan salah satu penulis scenario Perempuan Berkalung Sorban, Hari untuk Amanda serta film Habibie dan Ainun.

Untuk menjadi seorang penulis scenario, kemampuan jurnalistik sangat diperlukan. Logika juga harus dimainkan untuk mendapat hasil yang sesuai saat riset dan wawancara tentang scenario yang mau dibuat. Selama menjadi penulis scenario, banyak kendala yang dialami Gina, terutama dalam hal mencari sosok yang bersangkutan. Selain itu cara menghadapi kritik dari seseorang juga harus diperhatikan agar kritik tersebut tidak membuat seorang penulis putus asa.

Gina juga menambahkan bahwa selama ia bekerja tidak memperhatikan soal materi. Sebanyak apapun materi yang ditawarkan jika dia tidak nyaman dengan ceritanya maka dia akan menolak karena seorang penulis harus merasa nyaman dahulu dan suka dengan alur ceritanya serta ikhlas dalam mengerjakannya.

 

Bukan Otak Kadal

“Kreatif itu spesies langka. Kreatif itu penggebrak perubahan. Kreatif itu dimiliki oleh setiap manusia. Kreatif itu cara bertahan hidup. Kreatif itu memberi solusi. Kreatif itu sampai mati”.

Kutipan di atas merupakan mandat Wahyu Waditya atau Wadit kepada generasi Indonesia untuk meninggalkan kemonotonan dan beranjak menuju era yang penuh kreativitas. Wadit sendiri merupakan pendiri Hello Motion Academy, Hello Fest, dan Distro KDRI. Ia juga seorang aktivis animasi dan desain, pemerhati dan pembicara industri kreatif, serta penerima berbagai penghargaan.

Dalam buku ini, Wadit mencoba memberikan petuah bagaimana menggali, menemukan, dan memunculkan ide-ide kreatif. Buku ini juga merupakan protes Wadit terhadap dunia pendidikan yang seringkali menganggap kesenian itu tidak penting. Menurutnya, kesenian memiliki banyak manfaat, antara lain memberikan ruang yang lebih luas untuk mengemukakan pendapat, mengekspresikan imajinasi, melatih berpikir kreatif, membina rasa sensitivitas, melatih keterampilan, dan sebagainya. Kesenian juga bukan sekadar mempelajari cara menggambar yang benar, tetapi juga belajar ‘memanusiakan’ manusia. Seperti kata bapak Ki Hajar Dewantara yang diterangkan Wadit dalam bukunya bahwa pendidikan itu harus bermanfaat untuk membina fungsi jiwa, baik cipta, rasa dan karsa.

Pada  salah satu bab buku ini, Wadit menugasi kita bagaimana merangkul keterbatasan. Ia mengemukakan bahwa keterbatasan merupakan peluang untuk kita bisa tumbuh, menggiring menuju kemajuan, dan menciptakan sebuah karya baru. Melalui keterbatasan pula, seniman dunia seperti Phil Hansen yang sebelumnya divonis menderita kerusakan syaraf pada tangannya akhirnya mampu merangkul keterbatasannya dan melahirkan karya seni indah, bahkan sempat mendapatkan penghormatan membuat official artwork untuk GRAMMY Awards.

Wadit juga menitahkan kepada kita untuk berpikir pada berbagai arah pola pikir kreatif. Setiap pemikiran akan melahirkan gagasan yang berbeda ketika kita membalikkannya. Anies Baswedan adalah salah satu sosok yang membuktikan bahwa dibalik keterbatasan tenaga pendidik di Indonesia, terutama di luar Pulau Jawa, akhirnya ia bisa melahirkan gerakan kreatif Indonesia Mengajar yang pada angkatan ke-VI mampu menarik 8501 pendaftar. Pun Stephenie Meyer yang bisa mengubah sosok vampir penghisap darah yang seram dan ditakuti menjadi sosok vampir vegetarian yang tampan dan baik hati bernama Edward Cullen dalam novel fenomenalnya, yaitu Twillight. Ada juga seorang developer, Elang Gumilang yang membalikkan pola bisnis perumahan untuk orang kaya menjadi pebisnis rumah murah bagi rakyat miskin. Elang beranggapan bahwa bisnis bukan hanya untuk keuntungan pribadi, tetapi juga masyarakat. Tidak hanya untuk duniawi, tetapi juga bekal akhirat. Hasilnya, pada umur yang masih muda Elang telah memiliki omset hingga puluhan miliar rupiah.

Tidak jarang ketika menemukan ide yang kreatif, seseorang merasa takut mengungkapkan ataupun mencoba mewujudkannya. Hal tersebut dikarenakan adanya  amygdala alias otak kadal pada manusia. Otak inilah yang merespon rasa takut dan hal-hal negatif. Otak kadal akan berupaya mempertahankan status quo dimana seseorang akan bertahan dalam kondisi nyaman, menghindari keadaan yang beresiko, serta enggan melakukan perubahan untuk sesuatu yang baru. Oleh karena itu, tidak ada cara lain selain melawan otak kadal itu sendiri. Otak kadal tidak akan pernah mati, tetapi otak kadal akan dapat dikalahkan sementara, tergantung bagaimana kita berusaha untuk mengalahkan otak kadal itu sendiri.

Tulisan ini dilengkapi dengan desain grafis yang menarik dan kreatif dengan bahasa yang ringan serta jenaka sehingga tidak membuat pembaca bosan. Namun sayangnya, beberapa kali Wadit mencoba memberikan doktrin secara halus untuk menentang norma yang telah berlaku.

Di luar kelebihan dan kelemahan tersebut, kita akan menemukan pelajaran dari buku ini bahwa kegagalan hanya terjadi saat kita menyerah. Seperti halnya kreativitas. Ketika kamu menunda untuk berbuat kreatif, perlahan ia akan tertahan dan menghilang. Jadi, sanggupkah kita keluar dari dunia kemonotonan dan beralih ke dunia kekreativitasan, dari mulai merangkul keterbatasan, berpikir berbagai arah, sampai menghadapi si otak kadal? (Norma Indah P.)

Nandang Sutrisno: Implementasi Nilai Keislamaman Di UII

Oleh: Danca Prima R.

Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE

Lima calon rektor UII telah terpilih. Kelima calon rektor tersebut nantinya akan dipilih oleh pihak Badan Wakaf untuk menjadi Rektor. Salah satu calon rektor yang terpilih adalah Nandang Sutrisno. Ia menjabat sebagai Wakil Rektor I Universitas Islam Indonesia pada periode kepemimpinan Edy Suandy Hamid. Saat ditanyakan terkait motivasi pencalonannya menjadi kandidat bakal calon rektor, Nandang mengatakan bahwa ada dorongan dari pihak lain yang tidak bisa disebutkan, sehingga memunculkan rasa tanggung jawab. “Sebenarnya bukan dari keinginan saya sendiri, tapi berdasarkan dorongan dari berbagai pihak. Karena yang namanya kepimimpinan itu tidak boleh diminta, kita tidak boleh meminta jabatan. Tapi apabila kita diberikan amanah maka harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Atas dasar itu saya terpanggil untuk ikut serta dalam pilrek ini,” ujar Nandang.

Terkait visi dan misi, Nandang menyatakan ingin membangun UII dengan mengedepankan unsur Islamnya, yaitu dalam bentuk simbol, substansi, dan implementasi. Menurutnya banyak visi dan misi yang hanya berakhir di kertas saja, belum berupa implementasi. Nandang juga mengatakan bahwa UII yang sekarang belum bisa sepenuhnya direpresentasikan sebagai Universitas Islam Indonesia, “Indonesianya sudah bagus, tapi Implementasi islamnya belum” tambahnya.

Mengenai mekanisme pemilihan rektor di tahun 2014 ini Nandang mengaku belum puas. “Jujur secara batin saya tersiksa dengan mekanisme seperti ini. Saya maju itu belum didasarkan basis dukungan yang nyata, kita harus menyatakan kesediaan. Di satu sisi sangat tidak sesuai dengan hati nurani saya, tapi disisi lain adanya dorongan kepada saya memunculkan rasa tanggungjawab” tuturnya.

Gelar Ganda Dan Jalur Cepat Ala Teguh

Oleh: Sirojul Khafid

Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE

Tanggal 8 Januari 2014 kemain telah dilakukan pemilihan calon rektor Universitas Islam Indonesia. Dalam pemilihan tersebut dipilih lima yang memiliki suara terbanyak untuk dinyatakan sebagai calon rektor. Salah satu calon rektor yang terpilih yaitu Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Mochamad Teguh, MSCE, Ph.D. Ia menyelesaikan pendidikan Strata 1 Teknik Sipil di UII, Pasca Sarjana di University of the Philippines, serta studi doktor di University of Melbourne. Pun sebelum menjadi bakal calon rektor, ia pernah menjabat sebagai ketua laboratorium, ketua program studi, Wakil Dekan, Wakil Rektor, dan sekarang menjadi Dekan di FTSP.

Saat ditemui di ruangannya pada Jumat (3/1), Teguh memaparkan visi yang diusungnya, yaitu menjadi rektor yang membawa UII menjadi universitas yang dikenal dan terakreditasi Internasional. “Saya ingin melanjutkan keberhasilan akreditasi kampus yang kebanyakan prodi sudah A untuk dilanjutkan menjadi akreditasi Internasional. Itu sudah dimulai dan terus berlanjut,” tutur Teguh.

Selain visinya, Teguh juga memaparkan berbagai permasalahan di UII yang perlu untuk dibenahi, salah satunya adalah kurang maksimalnya peran badan-badan dan lembaga yang ada di UII.

Bagi Teguh, jabatan adalah amanah yang harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Meskipun tidak bisa sama persis atau sempurna, tetapi setidaknya berusaha untuk mencontohnya dengan menyesuaikan perkembangan zaman. “Bekerja dan bekerja terus serta berkarya dan berkarya terus agar hidup lebih bermakna adalah motto hidup saya,” tambahnya.

Teguh mengaku selama menjabat sebagai Dekan FTSP, ia telah membuat program-program yang semula belum ada di FTSP, bahkan di UII. Pertama yaitu program Double Degree atau Join Degree (gelar ganda), maksudnya yaitu lulusan dari semua prodi yang ada di FTSP UII akan mendapatkan gelar di salah satu Universitas yang ada di Belanda. Kerjasama FTSP UII dengan Universitas di Belanda itu telah mendapatkan izin resmi dari Dikti (Direktorat Pendidikan Tinggi), sehingga gelar tersebut adalah sah. Selain itu ada juga program Double Degree Fast Track atau gelar ganda jalur cepat. Artinya, bagi mahasiswa FTSP UII yang telah mencapai semester enam dengan syarat tertentu, bisa mengajukan diri untuk mengikuti seleksi Double Degree Fast Track tersebut, dimana yang normalnya S1 empat tahun ditambah S2 selama dua tahun, dengan program ini hanya menempuh 5 tahun untuk mendapatkan gelar S2. “Walaupun program studinya cepat, tapi kualitas mahasiswanya tetap terjamin,” ujar Teguh.

SATRIA UII 165 Selenggarakan Bakti Sosial

Oleh: M. Nafis Alfarizi
Cangkringan, Himmah Online

Minggu (5/01), Satria Universitas Islam Indonesia 165 yang anggotanya merupakan alumni ESQ mengadakan bakti sosial di panti asuhan Al-Hikmah, Dusun Plupuh, Cangkringan, Kabupaten Sleman. Bakti sosial ini ditujukan kepada 37 anak yang tinggal di panti tersebut.

Wahyu Sulistyawan, salah satu panitia bakti sosial, mengungkapkan bahwa acara bakti sosial memang merupakan program yang sudah dilakukan di tahun-tahun sebelumnya yang bertujuan untuk melatih mahasiswa berbagi terhadap sesama, baik dalam segi materi maupun rohani.

Panti Al-Hikmah ini dipilih untuk menjadi tempat diadakannya bakti sosial setelah sebelumnya pihak panitia melakukan penelusuran terlebih dahulu. “Kami melakukan bakti sosial di panti ini karena letaknya yang agak menepi dari keramaian, dan tidak hanya anggota Satria UII saja yang boleh berpartisipasi dalam acara ini, akan tetapi terbuka bagi siapa saja yang ingin mengikuti,” tambah Wahyu.

Pihak panitia menyumbangkan beberapa kebutuhan pokok seperti kaos kaki, sandal, beras, susu, gula, dan pakaian, dan juga uang tunai yang merupakan sumbangan dari mahasiswa UII sendiri. Selain itu ada banyak kegiatan yang dilakukan, diantaranya melakukan do’a, makan, dan bermain games bersama dengan seluruh penghuni panti.

Sindy Fatikha Aulia, mahasiswa baru yang ikut berpartisipasi dalam acara ini juga memberikan tanggapan positif. Ia berharap, semoga dengan diadakannya acara ini dapat menjalin adanya persatuan, rasa kasih sayang, saling memberi, dan saling mengerti antar sesama.

Hasil Sementara Pemungutan Suara Calon Rektor UII Periode 2014-2018

1. Hadri Kusuma, Drs, MBA, Ph. D, Prof.  (FE) (177)

2. Mochamad Teguh, Ir., MSCE, Ph. D., Prof.  (FTSP) (149)

3. Nandang Sutrisno, SH., LLM, M. Hum., Ph. D (FH) (120)

4. Jawahir Thontowi, SH., Ph. D., Prof. (FH) (102)

5. Sarwidi, Ir., MSCE, Ph. D., IP-U, Prof. (FTSP) (89)

6. Amir Mualim, Drs., MIS., Dr., Prof (FIAI) (34)

7. Rudy Syahputra, S. Si., M. Si., Ph. D (FMIPA) (15)

8. Allwar, Drs., M. Sc., Ph. D. (FMIPA) (5)

Sumber: Panitia Pemilihan Rektor UII

Dibalik Mekanisme PILREK

Pemilihan Rektor (PILREK) merupakan suatu hal yang sedang hangat diperbincangkan saat ini. Pertukaran jabatan rektor ini tentu nantinya akan mewujudkan suatu yang kepemimpinan baru. Selain itu pula, ini juga menentukan bagaimana nasib mahasiswa ke depan pastinya.

Namun dalam mekanisme Pilrek periode kali ini ditemukan beberapa kejanggalan. Salahsatu kejanggalan yang menimbulkan pertanyaan yaitu perihal seluruh mahasiswa tidak dilibatkan dalam Pilrek kali ini. Akantetapi Pilrek hanya dilakukan oleh Dosen tetap, karyawan tetap dan perwakilan dari KM (keluarga Mahasiswa) tingkat Universitas. Tidak hanya itu saja, bagi yang memilih pun juga hanya memberikan suara untuk siapa yang menjadi calon rektor yang semulanya dari delapan bakal calon diperkecil lagi menjadi lima calon. Pada pemilihan rektor sebenarnya ditentukan oleh Badan Wakaf.

Tentulah kita akan bertanya-tanya akan hal ini. kenapa tidak semua mahasiswa yang dilibatkan dalam hal ini. Hal ini tentu akan menimbulkan suatu kecemburuan sosial terhadap mahasiswa lainnya. . Sejatinya bila dipahami lagi ini sebenarnya sebagai suatu pembatasan hak untuk bersuara. Selain itu pula, tentang pemilih hanya memilih yang menjadi lima calon rektor saja. Satu sisi hal ini terkesan hanya sebagai suatu kamuflase yang memberikan kesan akan adanya demokrasi di sini. Sehingga secara sekilas ini bisa dipahami sebagai suatu proses demokrasi yang sebenarnya hanya memainkan pemahaman saja.

Berdasarkan sisi lain pun hal in bisa memberikan suatu pemahaman yang berbeda pula. Jika semua mahasiswa diberikan hak untuk memilih, tentu hal ini akan mendukung akan adanya demokrasi. Namun dikhawatirkan juga akan terjadi dimana mahasiswa memilih calon rektor secara asal-asalan. Hal tersebut saja terjadi karena foktor kurangnya sosialisasi. Masih banyak ditemukannya mahasiswa yang belum mengenal identitas calon rektor mereka. hal itu pun juga disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya ialah tidak pernah bertemu secara tatap muka terhadap calon rektor, sehingga tidak mengetahui tingkah laku kesaharian bakal calon rektor tersebut. Sehingga dengan adanya perwakilan KM tingkat Universitas yang bersifat lebih universal mampu menghindar akan hal ini.

Akan tetapi masih timbul juga kebingungan tentang halnya pemilih hanya memilih calon rektor saja, bukan rektor. Pada akhirnya pun nantinya akan ditentukan oleh Badan Wakaf. Sehingga kinipun pastinya tumpuan harapan mahasiswa ada di tangan Badan Wakaf. Bukannya menyalahi keadaan, akantetapi sebagai mahasiswa kita harus menyikapi keadaan ini. Bagaimana pun juga panita PILREK dalam menentukan mekanisme ini pasti memiliki suatu alasan. Sehingga kita sebagai Mahasiswa pun juga perlu untuk bijaksana menerima akan hal ini.

*) Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2013/Magang LPM HIMMAH UII

Rudy Syah Putra: Penguatan Internasionalisasi UII Menuju 100 Tahun Milad

Oleh: Adilia Tri Hidayati

Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE

Pergiliran kepemimpinan rektor Universitas Islam Indonesia (UII) akan segera berlangsung dengan diawali pemilihan bakal calon rektor pada 8 Januari mendatang. Salah satu bakal calon adalah  Rudy Syah Putra, S.Si., M.Si., Ph. D. dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UII. Selain menjadi Dosen jurusan Ilmu Kimia, Rudy juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Riset Kimia.

Terkait motivasi pencalonan, Rudy yang ditemui pada Jum’at (03/01) memaparkan bahwa yang mendorongnya adalah sebuah pemikiran sederhana. “Ketika universitas merayakan ulang tahun, maka apa yang harus kita perlihatkan kepada yang hadir? Sebuah kematangan, tentunya. Tercapainya kebijakan mutu UII untuk menjadi universitas yang dikenal pendidikan dan penelitiannya di level ASEAN” ujarnya.

Rudy juga menambahkan visi yang ingin dicapain yakni membuat UII yang modern dan internasional tanpa melupakan nilai-nilai keislamian dengan program kerja sebagai berikut; mengubah UII menjadi global brand, pengadaan high impact research dengan penyempurnaan program riset menuju UII sebagai World Class University, transfer ilmu pengetahuan berupa paten maupun kerja sama penelitian dengan pengoptimalan kerja KAUNI (Kantor Aliansi Universitas dan Industri) dalam menjembatani hasil riset dosen, peningkatan kualitas edukasi secara keseluruhan, serta diversifikasi pendapatan.

“UII sendiri sudah memiliki sarana dan prasarana memadai, tinggal ditingkatkan lebih lanjut melalui beragam upaya proses internasionalisasi agar jangan sampai di perayaan milad UII ke 100 nanti, yang dibicarakan hanya berkisar seputar gedung atau pembangunan fisik lain” tuturnya.

Menanggapi lebih lanjut, pria yang sempat menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Kimia Gajah Mada tersebut mengungkapkan kesiapannya membagi ide-ide soal pengembangan UII kepada siapa pun pemenang pemilihan nanti. “Apabila tertarik, kenapa tidak? Ini bukan ide yang harus dilindungi hak ciptanya,” tambah Rudy.

Amir Mu’alim: Membangun UII Yang Islami, Nasional, dan Internasional

Oleh: Difa Aryanti
Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE

Menuju pemilihan rektor Universitas Islam Indonesia (UII), salah satu kandidat Bakal calon rektor yang berasal dari Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI), Amir Mu’alim, mengatakan visi dan misi yang ingin dicapai dalam pemilihan rektor periode ini mencakup tiga hal, yakni UII yang Islami, nasional dan internasional. Islami yaitu membangun suasana, baik hubungannya dengan masalah yang berkaitan dengan pembentukan karakter dan profil UII menjadi lebih Islami, serta membentuk sumber daya manusia yang juga berkarakter Islami. “Islami ini akan dibangun secara dinamis, agar orang lain dapat merasakan suasana yang Islami saat memasuki kawasan UII sendiri” tutur Amir. Amir menambahkan terkait nasionalisasi dan internasionalisasi akan dilaksanakan setelah pembenahan islami di UII sendiri jika ia terpilih nanti.

Amir Mu’alim mengungkapkan, ia juga pernah menjadi calon rektor pada periode sebelumnya. Selain itu ia juga pernah menjabat sebagai dekan FIAI selama dua periode. “Rektor merupakan bagian dari sebuah komunitas yang diberi mandat, dimana dalam konteks islam itu dikatakan sebagai seoarang pemimpin.” ungkap Amir.

Ia mengaku sudah siap dengan apapun hasil yang akan keluar nantinya. “Siapapun yang terpilih semoga dapat menjalankan tugasnya sesuai dengan amanah yang diberikan dan bekerja secara maksimal, yaitu memaksimalkan apapun yang sudah ada dulu baru dikembangkan,” terang Amir.

Dekan FE, Salah Satu Bacarek UII

Oleh: Dian Indriyani

Fakultas Ekonomi, HIMMAH ONLINE

Pemilihan rektor baru Universitas Islam Indonesia (UII) untuk menggantikan masa kepemimpinan Edy Suandi Hamid akan segera dimulai. 8 Januari 2014 mendatang akan dilaksanakan pemilihan Bacarek (Bakal calon rektor). Salah satu Bacarek yang terpilih adalah Prof. Dr. Hadri Kusuma, MBA yang saat ini menjabat sebagai dekan Fakultas Ekonomi (FE). Pria yang lahir di Bengkulu, 51 tahun silam ini pernah menempuh Strata 1 sebagai mahasiswa Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi FE UII pada tahun 1988. Setelah itu, ia meneruskan pendidikan Pasca Sarjana di Murray State University Kentucky, USA, untuk meraih gelar Master of Business Administration pada tahun 1994, dan melanjutkan studi doktornya di Victoria University of Technology, Melbourne, Australia, sebagai Doktor of Business Administration pada tahun 2000.

Selama di UII, pria yang kerap disapa Erik ini pernah berhasil meraih prestasi dalam jenjang jabatan akademik tertinggi sebagai guru besar atau profesor golongan IV C pada 2009 lalu. “Saya dianggap memenuhi persyaratan secara administratif oleh pihak yayasan dan panitia pilrek. Ini juga atas kehendak orang tua yang mengamati bagaimana kompetensi dan kinerja saya yang sudah lama sekali, bukan dari kemarin sore. Karena mereka meminta saya maju juga pasti ada dasar pertimbangan dan itu sudah diamati lama,” jawabnya saat ditanya perihal pencalonannya sebagai Bacarek UII.

Erik menambahkan bahwa yang patut untuk mencalonkan diri sebagai rektor nanti adalah seseorang yang mempunyai kompetensi, dapat memegang amanah, dan memiliki integritas yang tinggi, terutama terhadap UII.

Secara singkat Erik juga menjelaskan kata kunci program kerja yang akan dilakukannya setelah lolos menjadi calon rektor, yaitu lebih mengedepankan prestasi dalam akreditasi UII. “Jika sudah terakreditasi A, maka UII harus lebih dari itu,” tuturnya.

Skip to content