Sabtu (25/01) pemerintah DIY mengadakan apel gabungan tanggap bencana dihalaman Keraton Yogyakarta. Peserta upacara terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (Polri), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Organisasi Masa (Ormas) dan para relawan. Apel dimulai pukul 10.00 WIB sampai dengan 11.15 WIB.
Komandan Resort Militer (Danrem) 072 Yogyakarta dan Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) DIY beserta staf memeriksa barisan peserta upacara sekaligus melihat perlengkapan siaga bencana masing masing institusi. Apel gabungan tersebut dipimpin langsung oleh Brigadir Jendral (Bigjen) Fadhilah. Dalam sambutannya menyampaikan agar siap siaga menghadapi bencana dibeberapa titik dengan didirikan posko sebelum terjadi bencana. Selain itu bencana yang terjadi dari tahun ke tahun di wilayah DIY juga menjadi evaluasi untuk lebih siap lagi dalam penanganannya terutama dalam hal koordinasi.
Salah seorang Peserta apel, Eko Supriyanto mengatakan apel ini penting agar koordinasi tetap terjaga dan siap siaga dalam menghadapi bencana. Salah satu anggota tim reaksi cepat BNPB DIY ini menegaskan kesiapannya meskipun harus terjun keluar daerah anggota. Selain itu Ryan salah satu relawan dari Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Unisi yang hadir pada apel gabungan tersebut juga menyatakan kesiapanya terjun ke wilayah bencana. Menurut mahasiswa tehnik mesin UII 2010 ini, apel gabungan kali ini terkesan lambat karena bencana diseluruh Indonesia sudah terjadi. Apel yang dimulai pukul 10.00 wib itu diakhri dengan doa pada pukul 11.15 WIB.
Dari kiri ke kanan Prof Jawahir Thontowi, Nandang Sutrisno. Prof. Sarwidi, Prof Mochamad Teguh, dan Prof.Hadri Kusuma, duduk sejajar saat memaparkan Action Plan mereka jika nanti terpilih menjadi rektor UII periode 2014-2018 di GKU Sardjito Sabtu (25/1). (Foto oleh: Aldino Friga P.)
Oleh: Novita Dwi K.
Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE
Forum Mahasiswa Berdiskusi (Formasi) yang diprakarsai oleh DPM UII, LEM UII, LEM FE, serta LPM Ekonomika FE UII menyelenggarakan diskusi UII Mencari Pemimpin yang bertajuk ‘Mengenal Lebih Dekat Calon Pemimpinmu’, Sabtu (25/01). Acara yang bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) Sardjito ini merupakan forum dialog interaktif antara lima calon rektor UII dengan Keluarga Mahasiswa (KM) UII.
Dialog tersebut dibuka dengan pokok bahasan mengenai kriteria rektor yang cocok untuk memimpin UII empat tahun ke depan. Mochammad Teguh mengatakan, rektor terpilih harus melakukan penguatan terhadap keunggulan dan keunikan institusi. “Unggul berarti excellent, jadi ia harus lebih dari universitas yang lain. Keunikan berarti ia harus menjadikan kita sebagai alumni, mahasiswa, maupun dosen yang siap menghadapi era globalisasi,” papar dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) tersebut.
Hadri Kusuma berpendapat bahwa UII membutuhkan pemimpin yang sesuai dengan kriteria kampus itu sendiri, yaitu universitas, islam, dan Indonesia. Universitas berarti ia harus memiliki wawasan global, kemampuan berbahasa asing, dan mampu bertukar pikiran dengan orang lain. Adalah yang mempunyai jiwa islami, termasuk di dalamnya sifat sidik, amanah, fatanah, serta tablig jika itu dilihat dari karakter islam. Sedangkan Indonesia berarti ia harus berjiwa kebangsaan dan menanamkan jiwa nasionalisme.
Sarwidi mengaku jika ia beserta rekan-rekannya tidak mencalonkan diri sebagai rektor, melainkan dipanggil oleh Badan Wakaf UII. Kalaupun nanti ia diberi amanah, ia akan mengangkat nama UII ke kancah nasional maupun internasional.
Sama dengan Sarwidi, Nandang Sutrisno juga mengaku jika ia dicalonkan oleh Badan Wakaf UII. Ia merasa hal tersebut adalah amanah, sehingga tidak ada alasan untuk menolaknya.
Terkait kelembagaan mahasiswa, Jawahir Thontowi sempat menceritakan bahwa dahulu ia beserta rekan-rekannya sering mengejar tokoh masyarakat yang sedang seminar, sedangkan sekarang tidak seperti itu. Dulu juga tidak ada Sistem Kredit Semester (SKS) dan batasan dalam berkuliah, sedangkan sekarang ada SKS dan batasan yang disebut semester. Oleh karena itu, ia menganggap dahulu mahasiswa mempunyai pikiran yang lebih terbuka dan kebebasan yang lebih besar.
Para mahasiswa tidak melewatkan kesempatan sesi tanya jawab untuk bertanya kepada para calon rektor. Seperti Ketua DPM UII, Fuad, yang menanyakan perihal pemahaman calon rektor atas student government di UII. Juga Haris Nur Ali, mahasiswa Psikologi angkatan 2008 yang bertanya perihal langkah konkrit UII dalam melaksanakan KKN pada taraf nasional.
Resti Utami mengatakan bahwa acara ini cukup menarik karena ia bisa melihat kualitas para calon rektor. “Seharusnya durasinya diperpanjang karena banyak ilmu yang bisa kita dapatkan. Terlebih lagi durasi sesi tanya jawabnya,” ungkap mahasiswi Farmasi angkatan 2010 tersebut.
Mahasiswa Teknik Sipil angkatan 2010, Yusuf Rizki, merasa puas dengan acara tersebut. Namun ia menyayangkan terlalu banyaknya materi dari moderator yang seharusnya bisa lebih disingkat lagi. “Padahal jumlah peserta cukup banyak dan pasti menyimpan beberapa pertanyaan” ungkapnya.
Hearing II DPM U membahas terkait kinerja DPM U selama bulan Oktober 2013 hingga januari 2014 Jum’at (24/1). Acara yang digelar di Fakultas Ekonomi ini dihadiri oleh KM UII. (Foto oleh: Putri Werdina C.A)
Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM) UII melaksanakan hearing II pada hari Jumat (24/01), pukul 20.00 WIB, bertempat di aula utara FE UII. Acara yang beragendakan laporan kinerja DPM U dari bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014 ini dihadiri oleh perwakilan lembaga tingkat universitas maupun fakultas serta mahasiswa umum.
Laporan kinerja komisi I terkait kelembagaan, kemahasiswaan, dan keislaman disampaikan oleh Muhtar Yogasara. Ia memaparkan berbagai kegiatan yang telah diverifikasi oleh DPM U, kunjungan ke DPM F dan rapat koordinasi, silaturahmi Keluarga Mahasiswa (KM) UII, serta sidang LPJ kegiatan Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) U. Ke depannya, komisi I berencana untuk membentuk tim evaluasi pelaksanaan beasiswa pengurus lembaga dan Kuliah Kerja Nyata (KKN), rapat koordinasi dengan Mapala Unisi dan Marching Band UII, kunjungan ke DPM FK UII, serta rapat koordinasi DPM se-UII.
Muhammad Alfy Pratama selaku Komisi II melaporkan perihal program advokasi, jaringan, dan pengabdian masyarakat mereka. Mereka mempunyai dua program di bidang advokasi, yaitu pembentukan tim advokasi SPP dan tim monitoring Pilrek UII periode 2014-2018. Tim advokasi SPP berperan untuk menuntut transparansi SPP di UII. Mereka menginginkan agar rincian SPP dicantumkan dalam kuitansi pembayaran serta ditunjukkan lewat portal UNISYS.
Sedangkan tim monitoring Pilrek bertugas untuk mengawal proses pemilihan rektor dan wakil rektor UII agar berjalan secara transparan dan jujur. Salah satu temuan tim monitoring Pilrek adalah salah satu bakal calon rektor masih berstatus aktif sebagai pengarah di panitia pemilihan rektor UII. Hal ini yang kemudian dilaporkan oleh tim monitoring Pilrek kepada ketua panitia pemilihan rektor UII. Alhasil, bakal calon rektor yang bersangkutan mengundurkan diri dari panitia pemilihan tersebut. Komisi II juga memperluas jaringan lembaga legislatif mahasiswa se-Indonesia dengan mengikuti Forum Lembaga Legislatif Mahasiswa Indonesia (FL2MI) serta Persatuan Keluarga Mahasiswa Jogjakarta (PKMJ).
Yusuf Rizki Febriyadi selaku Komisi III melaporkan perihal plafonase dana kemahasiswaan KM UII mulai dari bulan Oktober hingga Desember 2013. Mereka melaporkan nominal dana dan persentase pendistribusian dana ke seluruh lembaga, laporan pertanggungjawaban distribusi dana taktis triwulan II, dan laporan dana operasional triwulan II DPM U. Selain itu, mereka juga telah membantu mengelola dana tim jas almamater dengan memberikannya langsung ke konveksi.
Romadhon Permadi Setyawan selaku Komisi IV yang menangani aset memaparkan terkait tahap kedua pembuatan jas almamater angkatan 2013, pembagian jas almamater angkatan 2013, serta pembagian jas almamater lama ke setiap fakultas. Untuk kedepanya, komisi IV akan berkoordinasi dengan komisi II guna menanyakan perihal pembayaran yang dilakukan oleh mahasiswa kepada rektorat atas gedung olahraga, bus UII, dan beberapa fasilitas lain di UII.
Jumpa Syalabi selaku anggota komisi IV yang bertugas mengelola gedung Student Convention Centre (SCC) mengaku bahwa pembayaran listrik maupun air serta gaji untuk karyawan sudah berjalan lancar. Selain itu, ia akan berusaha untuk melengkapi bagian dalam SCC, seperti kasur dan lampu-lampu yang mati. Namun, untuk masalah besar seperti bocor dan merembesnya platfon, ia masih mengkoordinasikannya dengan Badan Pengelola Aset (BPA) yang nantinya akan diteruskan ke Yayasan Badan Wakaf UII. Koordinasi juga ia lakukan dengan Bachnas selaku wakil rektor III guna membuat SCC menjadi gedung yang layak digunakan.
Wakil Sekretaris Jenderal, Fajar Supriadi, melaporkan perihal agenda rapat internal, pleno, dan pimpinan, pemanggilan ex-panitia Saxophone dan demisioner ketua LEM UII periode 2012-2013 untuk membahas kejelasan dana pinjaman tertanggal 3 Desember 2013 beserta tindak lanjutnya. Selain itu, ia juga melaporkan telah melakukan rapat koordinasi dengan DPM fakultas se-UII maupun KM UII mengenai Pilrek UII. Sedangkan untuk agenda terdekat, DPM U akan membentuk tim dari DPM U maupun KM UII, pemanggilan pengurus Klinik Advokasi dan HAM (KAHAM) LEM UII terkait informasi hasil wawancara tim jas almamater angkatan 2012, pembentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Penyelenggara (BP), serta persiapan Pemilwa UII.
Fajar mengatakan bahwa DPM U telah menyediakan media sharing, informasi, dan publikasi melalui email (dpm.uii.ac.id), web (dpm.uii.ac.id), blog (dpmuii.blogspot.com), serta akun twitter (@DPM_UII). Seusai pelaporan kinerja DPM U, beberapa peserta menyampaikan tanggapannya, baik terkait Saxophone, SCC, kebijakan dana kemahasiswaan, maupun tim jas almamater angkatan 2012 dan 2013. Bagi lembaga yang menghendaki hearing di luar jadwal, mereka diminta untuk mengirimkan pengajuan secara tertulis ke DPM U. Pun DPM U juga melayani diskusi maupun pertanyaan di kesekretariatan mereka yang berlokasi di Gedung Pascasarjana Hukum UII.
Alwin Tyanto, kordinator CCD menghimbau masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan CAC dengan cara menyumabangkan uang receh untuk membantu anak anak kurang mampu, minggu (12/01). CCD kali ini, dapat mengumpulkan uang kurang lebih sebanyak R2.503.500,00. (Foto Oleh Putri Werdina C.A)
Oleh: NovitaDwi K.
Yogyakarta, HIMMAH ONLINE
Gerakan sosial Coin A Chance (CAC) menyelenggarakan acara Coin Collecting Day (CCD) di Kongkalikong Dine & Coffee House, Minggu (19/1) lalu. Kegiatan yang rutin diadakan setiap satu bulan sekali ini dihadiri oleh para volunteer CAC. Para peserta CCD tersebut mengumpulkan uang para volunteer, kemudian mereka menghitungnya. Alwin Tyanto selaku Koordinator CCD mengatakan bahwa kali ini mereka berhasil mengumpulkan uang kurang lebih sebesar Rp 2.503.500,00. “CAC tidak hanya menerima koin, uang kertas pun kami terima. Koin hanya istilah. Biasanya kan uang koin itu disepelekan. Namun, jika mau dikumpulkan ternyata bisa untuk membantu adik-adik kita,” imbuhnya.
Selain CCD, ada juga kegiatan CCA berupa Coin Dropping dan Piknik Koin. Coin Dropping merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan CCA selama enam bulan sekali. Hasil uang yang mereka kumpulkan akan diberikan kepada adik-adik asuh CAC. Uang tersebut tidak langsung diberikan kepada yang bersangkutan, melainkan disalurkan melalui sekolah dengan melibatkan adik asuh dan keluarganya. Sementara Piknik Koin adalah kegiatan rekreasi yang biasa dilakukan CAC bersama adik-adik asuhnya.
Perihal kriteria adik asuh, Alwin menuturkan bahwa CAC mencari anak dari keluarga kurang mampu yang mempunyai semangat belajar tinggi. Bahkan, biasanya ada juga sekolah yang menghubungi CAC agar berkenan membantu muridnya.
Koordinator Divisi Pendampingan CAC, Wening Fikriyati, mengatakan bahwa pada tahun 2013 mereka sudah mempunyai 30 adik asuh. Sementara tahun 2014, Alwin menargetkan CAC memiliki 40 sampai 50 adik asuh.
Salah satu volunteer CAC, Ardhi Irwansyah mengungkapkan hal positif dari adanya komunitas ini. “CAC merupakan alternatif bagi anak muda untuk saling membantu. Bukan hanya anak berprestasi yang diberi beasiswa, melainkan anak yang mempunyai semangat belajar tinggi. Saya berharap CAC semakin besar di Yogyakarta dan tahun ini bisa mempunyai 50 adik asuh.”
CAC sendiri merupakan sebuah gerakan sosial yang kegiatannya mengumpulkan uang untuk membantu anak Indonesia kurang mampu agar dapat bersekolah. CAC yang awalnya hanya ada di Jakarta, kini telah menyebar ke berbagai daerah, salah satunya di Yogyakarta.
Dr. Praptono selaku Kasubdit Pendidikan Khusus dan Pelayanan Khusus Pendidikan Dasar menjadi salah satu pembicara dalam seminar nasional yang diselenggarakan oleh FIAI UII, sabtu (18/01). Acra yang digelar di ruang audio visual perpustakaan pusat UII ini mengusung tema “Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Madrasah dan Sekolah dalam Setting Inklusi”. (Foto oleh: Putri Werdina C.A)
Oleh: Putri Werdina C.A
Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) mengadakan acara seminar yang bertemakan “Pendidikan Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Madrasah dan Sekolah dalam Setting Inklusi” pada Sabtu (18/01). Bertempat di ruang audio visual Gedung Mohammad Hatta lantai dua, seminar ini dihadiri oleh kurang lebih 90 peserta yang berasal dari kalangan umum dan mahasiswa.
Dalam acara seminar tersebut penitia menghadirkan empat pembicara, diantaranya, Dr. Praptono selaku Kepala Sub Bidang Direktorat (Kasubdit) Pendidikan Khusus dan Pelayanan Khusus Pendidikan Dasar (PKLK-DIKDAS), Dr. Djaja Raharja sebagai Pengurus Pusat Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI) dan Dr.Drs.H. Muhammad Idrus selaku Dosen FIAI UII serta seorang Motivator Tunanetra Nasional, Agus Inspirator.
Pada sesi pembukaan seminar, Dadan Muttaqin selaku Dekan FIAI memaparkan beberapa data yang ia peroleh dari Lembaga Statistik di Indonesia, dimana tahun 2012 sekitar 73% atau 234.000 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia tidak bersekolah. Dan faktanya pun kini hanya ada 1.113 Sekolah Luar Biasa (SLB). Menurutnya, jumlah itu tidak sebanding dengan ABK yang ada. Dan itu membuktikan bahwa kepedulian pemerintah saat ini terhadap pendidikan bagi ABK pun sangat kurang.
Di akhir sambutannya, ia mengungkapkan bahwa kegiatan ini diselenggarakan atas tujuan UII dalam mengimplementasikan kepeduliannya terhadap pendidikan orang-orang disable, dan juga terhadap komitmen UII yang membuka kesempatan seluas-luasnya bagi penderita disable untuk berkuliah di UII.
Dari pihak rektorat pun merespon baik kegiatan ini. “Kami sangat mengapresiasi acara ini karena acara ini sesuai dengan visi UII, yaitu rahmatan lil alamin. Dimana kegiatan ini menjadi salah satu wujud implementasi dari Rahmatan Lil Alamin itu sendiri” ujar Nandang Soetrisno selaku Wakil Rektor 1.
Tyas Anggreini, salah satu peserta seminar menyatakan bahwa keuntungannya mengikuti seminar ini adalah mendapatkan pengetahuan baru dan kepedulian akan anak-anak berkebutuhan khusus meningkat. “Pengalaman yang diceritakan saat seminar pun menginspirasi saya untuk berkarir menjadi guru di sekolah luar biasa” tambah mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2010 ini.
Ketua tim jas almamater , M. Faris Fajri tengah memperlihatkan desain baru almamater angkatan 2013 pada Rabu (15/01). Selanjutnya pendistribusian jas almamater kepada mahasiswa akan dikoordinir oleh pihak DPM F. (Foto oleh: Putri Werdina C.A)
Oleh: Siti Nur Qoyimah
Fakultas Ekonomi, HIMMAH ONLINE
Penyerahan jas almamater dari pihak konveksi kepada pihak Tim Jas telah dilaksanakan pada Rabu (15/01) di Fakultas Ekonomi. Muhammad Faris Fajri, selaku ketua Tim Jas mengatakan bahwa pembagian jas sesuai hasil rapat kerja dengan DPM U dilaksanakan dalam 2 tahap. Tahap pertama pembagian dilakukan di FE, FH, FK, dan FIAI. Sedang tahap kedua dilakukan di FPSB, FMIPA, FTSP, dan FTI.
Faris juga menambahkan bahwa garansi jas sejak pengambilan adalah 1 bulan. Sehingga apabila jas yang diterima cacat dapat dikembalikan ke DPM masing-masing fakultas. DPM akan menyerahkan ke tim jas dan tim jas akan menyerahkan ke konveksi untuk disempurnakan. “Jadi benar-benar segera ambil almamaternya ketika dibagikan” kata Faris.
Untuk FE sendiri pengumuman pengambilan jas akan ditempel di papan pengumuman tiap kelas dan akan dilaksanakan selama dua minggu selama UAS terhitung dari tanggal 20 Januari 2014 sampai tanggal 3 Februari 2014 di hall tengah dan dilayani oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) tiap jurusan. Syarat pengambilan jas almamater dengan menunjukkan formulir jas almamater yang diisi dan diterima saat ospek fakultas.
Bagi mahasiswa yang kehilangan formulir jas almamater dapat mengambil jas dengan menunjukkan KTM dan menyerahkan surat pernyataan tidak bermaterai. “Pembagian jas dimungkinkan berbeda di setiap fakultas karena cara pembagian sendiri diserahkan ke tiap fakultas masing-masing” ujarnya.
Faris juga menuturkan perbedaan dengan tim jas sebelumnya yaitu tim dibentuk dari delegasi berbagai lembaga di setiap fakultas maupun universitas yang berjumlah 8 orang yang dibentuk pada H-2 Pesona Ta’aruf (PESTA). Sistem yang digunakan juga berbeda yaitu sistem tender tertutup. Tender tertutup disini maksudnya adalah tim jas melakukan survey terhadap konveksi terlebih dahulu. Setelah tim jas menemukan beberapa yang memenuhi kriteria maka pihak tim jas yang akan memberikan undangan kepada konveksi tersebut.
Perbedaan jas almamater tahun ini dengan sebelumnya terletak pada warna, jenis kain, dan sedikit pada desain jas. “Warnanya disamakan dengan jas rektorat” tambahnya. Selain itu mulai tahun 2013, Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM U) mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang disepakati bersama. Isi dari SK tersebut yaitu terkait deskripsi jas almamater seperti jenis kain dan warna. Dengan adanya SK, dapat dijadikan pedoman untuk tahun-tahun berikutnya jas almamater akan sama dengan jas almamater angkatan 2013. Dalam pelaksanaannya, tim jas almamater berkoordinasi dengan Ir. Bachnas, Msc selaku Wakil Rektor III.
DPM U mengadakan rapat Keluarga Mahasiswa (KM) pada Sabtu (18/01). Dalam rapat ini membahas terkait pembentukan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pekerja (BP), serta Sarasehan rektor.
Pembahasan diawali dengan pembentukan KPU, BP, dan Panwasla. Terkait Panwasla, bukan menjadi agenda pada rapat kali ini. Namun, forum meminta agar Panwasla juga dibentuk dengan alasan jika KPU dan BP dibentuk maka panitia pengawasan Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) juga harus dibentuk.
Disamping itu, forum juga mempertanyakan terkait pembentukan KPU dan BP jauh-jauh hari padahal permasalahan tentang jas almamater periode DPM sebelumnya dan Saxophone belum diselesaikan oleh DPM periode sekarang.
DPM U mengaku telah melakukan rapat dengan LEM U dan LEM F sebelum mengadakan rapat dengan KM, yang memutuskan bahwa DPM sendiri akan masuk menjadi anggota KPU dan BP. Fuad, selaku ketua DPM U menuturkan bahwa ada beberapa faktor yang mengharuskan membahas pembentukan KPU dan BP sekarang yaitu agar kesiapan dari KPU dan BP itu sendiri jauh lebih matang lagi dari tahun sebelumnya. Fuad menilai KPU dan BP pada tahun sebelumnya terlihat sangat dikejar waktu dalam pembentukannya. “Karena adanya kegiatan rutinitas Pesona Ta’aruf (PESTA) dan Pekan Ta’aruf (PEKTA) ditakutkan akan menyita waktu sehingga persiapan Pemilwa diabaikan,” tambah Fuad.
Berdasarkan kesepakatan forum maka diputuskan bahwa dari tiap lembaga mengutus satu kandidat untuk menjadi anggota, baik KPU, BP, dan Panwasla. Untuk LPM hanya masuk ke dalam tim BP. LPM tidak dimasukkan menjadi anggota KPU dengan alasan jika tetap dimasukkan maka itu telah melanggar fungsi dari LPM itu sendiri. Namun, untuk menanggulangi permasalaahan yang akan muncul, maka pihak KPU akan membuat regulasi dalam mengatur kinerja dari KPU. Rencananya sidang pleno pertama KPU akan diadakan sekitaran bulan april mendatang.
Terkait keanggotaan BP, LEM U meminta agar ditambahkannya satu orang dari UKM untuk ikut bekerja dalam BP dengan alasan mereka belum bisa menampung semua aspirasi. Dari usulan tersebut banyak yang pro dan kontra. Salah satu yang kontra adalah Lembaga Pers Mahasiswa . “Kurang setuju dengan permintaan LEM mereka beranggapan bahwa LEM mampu menampung aspirasi lembaga-lembaga jadi tidak perlu menambah anggota lagi,’’ ujar lukman dari LPM Solid. Dilihat dari kondisi forum, DPM segera mengambil keputusan untuk kebaikan bersama, yaitu dengan tidak menambah anggota BP dari UKM.
Tentang Panwasla, disini DPM belum bisa menyampaikan secara garis besar kepada forum sebab awalnya DPM belum memutuskan untuk membahas pembentukan Panwasla dan belum memikirkan untuk di bentuknya anggota Panwasla. “Mereka belum mengetahui bagaimana singkroni dari Panwasla, tugas dan gambaran besarnya. Maka dari itu masalah tersebut akan dibahas pada forum selanjutnya,” Fajar Supriadi sebagai Wakil Sekretaris Jendral DPM U.
Kamis (15/01) siang, LEM FE UII bekerja sama dengan perusahaan asuransi Bumiputra 1912 Menyelenggarakan seminar. Muhamad Mimbar Abdullah, koordinator asuransi syariah Bumiputra wilayah DIY dan Tatag Suyarnadi Kepala cabang eksekutif asuransi Bumiputra DIY diundang sebagai pembicara. Bertempat di Aula Utara FE UII seminar bertemakan “Fungsi dan Peran Asuransi dalam Kehidupan Masyarakat dan Ekonomi” ini banyak mengulas tentang peran asuransi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Mimbar Abdullah memaparkan pentingnya asuransi untuk meminimalisir segala resiko.
Salah seorang peserta, Bayu Septia berpendapat bahwa asuransi bisa menjadi wadah investasi di masa depan. “Asuransi juga bisa untuk berjaga-jaga, karena resiko itu selalu ada dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya,” kata mahasiswa Jurusan Manajemen angkatan 2012 ini. Begitupula dengan Kenny Sonia Pratiwi, mahasiswa Ilmu Ekonomi 2011 ini menyatakan pentingnya asuransi untuk memberikan rasa aman kepada individu dan keluarga. “Mungkin saya akan menjadi sub agen di Bumiputera untuk mensosialisasikan pentingnya asuransi,” tambahnya.
seusai acara, ketua panitia Rowega Havaz mengaku senang dengan antusiasme peserta, hal ini membuktikan adanya kesadaran dari mahasiswa akan pentingnya asuransi.