Beranda blog Halaman 113

Para Murid Histeris Menyambut Kedatangan Pengajar Bule

0
fotoberitaRia

Pelajar asal Deakin University bertandang ke Indonesia selama tiga hari.(13/11) mereka mengajar di SD Muhammadiyah Pulokadang.
(Foto oleh: Siti Mahdaria)

Oleh: Siti Mahdaria

Yogyakarta, HIMMAH ONLINE

Rabu (13/11), tepat di hari ketiga para pelajar Deakin University, Australia berada di Yogyakarta, mereka melaksanakan kegiatan layanan masyarakat, yaitu menjadi pengajar TK dan SD. Kegiatan yang berlokasi di Desa Turen, Bantul, Daerah Yogyakarta ini terselenggara atas kerjasama HOPE Worldwide dan Bina Nusantara (Binus), yang diwadahi oleh International Program Universitas Islam Indonesia. “Tujuannya adalah untuk mengenalkan kepada akademisi-akademisi Australia tentang pendidikan dasar dan memberikan pengalaman berinteraksi dengan anak-anak Indonesia,” tutur Reza Havies selaku Program and Relationship Coordinator of Binus.

Anak-anak dari TK Tridaya Canden malu-malu dan sangat tertarik dengan kedatangan para mahasiswa dari Australia ini. Mereka diajarkan cara mengahapal lagu anak-anak dalam bahsa Inggris dan mencoba meniru gerakan para guru baru mereka.

Para murid Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Pulokadang sangat bersemangat menyambut para ‘bule’ Australia ini. Bahkan, mereka rela menunggu selama tiga jam di depan sekolah demi menyambut guru baru mereka. Begitu para pelajar Deakin University memasuki area sekolah, tak elak, para murid berteriak histeris dan mengerumuni para orang asing tersebut.

Sugito selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Pulokadang mengatakan, pihak sekolah ingin memberikan motivasi serta memberikan mereka pengalaman menarik kepada anak-anak didiknya saat diajar oleh para ‘bule’ tersebut.

Indonesian Intercultural Study Tour Mahasiswa Deakin

0

Oleh : Siti Mahdaria

Yogyakarta, HIMMAH ONLINE

Kerjasama antara International Program (IP) Universitas Islam Indonesia, Deakin University, dan Universitas Bina Nusantara menghasilkan sebuah program bernama Indonesian Intercultural Study Tour. Peserta kegiatan ini terdiri dari sebelas orang mahasiswa, satu dosen, satu fasilitator dari Deakin University, ditambah buddy dari IP Buddy serta staf IP UII yang siap membantu para mahasiswa Deakin untuk beradaptasi.

Kegiatan yang berlangsung selama enam hari ini meliputi wisata sejarah dan seni, melakukan pelayanan masyarakat, serta mempelajari agama dan Bahasa Indonesia.  “Indonesian Intercultural Study Tour ini mewadahi mahasiswa Deakin University untuk memenuhi salah satu subjek jurusan kuliah mereka,” ungkap Tony, salah satu mahasiswa Deakin University.

Kegiatan ini tidak hanya dilakukan di Yogyakarta, tetapi juga di Bali dan Jakarta dalam satu rangkaian kerjasama. Namun, dari tanggal 11 – 16 November 2013, kegiatan tersebut berlangsung di Yogyakarta. Sasaran lokasinya meliputi Kota Yogyakarta, Bantul, dan Desa Pentingsari, Magelang. “Menurut rencana, akan ada kegiatan serupa namun dengan format berbeda dan berlangsung pada Januari 2014”, ungkap Ocha, salah seorang staf International Program UII.

LBH Mengawal Korban Penganiayaan FAKI

0

Oleh: Yuyun Novia S.

Yogyakarta, HIMMAH ONLINE

Front Anti Komunis Indonesia (FAKI) mendatangi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta pada Senin (28/10) lalu untuk meminta pihak LBH agar tidak menerima pengaduan atas aksi pembubaran disertai penganiayaan yang dilakukan oleh massa FAKI pada Minggu(27/10).

Kepala Bidang Advokasi LBH, Hamzal Wahyudin, menegaskan, pihaknya akan tetap melakukan pendampingan terhadap korban yang bersangkutan. Ada empat kategori pengaduan yang tidak boleh diterima LBH, yaitu pelanggaran HAM, pelaku korupsi, asusila, dan narkoba. “Kasus ini tidak termasuk dalam empat kategori itu, sehingga kami (LBH-red) tetap menerima pengaduan tersebut,” ujar pria yang kerap disapa Didin ini.

Setelah menerima pengaduan dari Irina Dayasih selaku fasilitator forum diskusi, LBH mendampingi klien untuk melapor ke Kepolisian Yogyakarta. Selain itu, LBH juga melapor ke Komisi Kepolisian Nasional atas dugaan pembiaran tindak pidana oleh Kasat Intel Polres Sleman dan Kapolsek Godean, dan mengadukan dugaan pelanggaran hak berkumpul dan pembiaran tindak pidana oleh Kasat Intel Polres Sleman dan Kapolsek Godean ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Dari keterangan Hamzal, saat ini baru ada satu orang, yaitu Irina, yang memberikan keterangan lengkap di depan penyidik. Padahal, keterangan para korban lain yang sekaligus berstatus saksi tersebut juga penting. “Banyak korban berasal dari luar Yogya, sehingga susah menghadirkannya kepada penyidik. Tapi, pihak kami sudah mengomunikasikan kepada para korban dan mereka siap memberikan kesaksian dalam minggu-minggu ini. Kami belum tahu pastinya kapan,” imbuh Hamzal saat ditemui di ruangannya, Selasa (12/11) lalu.

Seperti diketahui, telah terjadi aksi pembubaran paksa oleh massa FAKI saat berlangsungnya forum diskusi keluarga eks-tapol 65 di Padepokan Santi Dharma, Dusun Bendungan, Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Minggu (27/10) lalu. Aksi tersebut mengakibatkan 5 korban mengalami luka-luka. Diantaranya Sukrisdino (45) warga Purwokerto, Ardi Nugroho (23) warga Kroya Cilacap, Bayu Cahyadi (30) warga Sampiuh Banyumas, dan Ciptadi (62) warga Kroya Cilacap. Irina Dayasih selaku fasilitator forum diskusi tersebut meminta kepada aparat yang hadir untuk memberikan perlindungan dan mengevakuasi para korban. Namun, aparat tersebut justru membiarkan kejadian penganiayaan itu dan memerintahkan para korban untuk pulang ke rumah masing-masing.

DPM Berwenang Mengelola SCC yang Mulai Rusak

Oleh: Laras Haqkohati

Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE

Gedung Student Convention Center (SCC) UII  merupakan tempat untuk beraktivitas bagi aktivis Lembaga Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia dan masyarakat umum. Gedung yang diresmikan sejak 18 April 2011 ini, kondisinya tak lagi sempurna. Banyak  fasilitas gedung yang rusak seperti plafon yang bocor, cat yang mulai mengelupas, keran air macet  serta kerusakan lainnya

 Pengelolaan gedung SCC pada awalnya merupakan kewenangan Badan Pengelola Aset (BPA).  Namun sejak Bachnas menjabat sebagai wakil rektor tiga, yang mengurus perihal kemahasiswaan, pengelolaan gedung ini dilimpahkan pada Keluarga Mahasiswa (KM) khususnya Dewan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas (DPM U). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa. “Kita memberikan tanggung jawab kepada KM untuk mengelola suatu pusat aktivitas mahasiswa, agar mereka mendapatkan pengalaman dalam mengatur gedung itu,” tutur Bachnas.

Jumpa Syalabi selaku komisi IV DPM UII yang menangani masalah gedung SCC mengatakan bahwa mereka (DPM- red) optimis dapat mengelola gedung SCC. Abi juga menambahkan bahwa pengelolaan SCC lebih difokuskan pada perawatan gedung yang kondisinya sedikit memprihatinkan itu,  supaya konsumen lebih tertarik untuk memakai gedung tersebut. Menurutnya  sudah mulai diadakan perbaikan terhadap gedung SCC seperti pengecatan ulang pagar besi bagian dalam dan penggantian kran air yang rusak  “Untuk kedepannya perawatannya harus lebih diperhatikan dan dikontrol, bukan hanya oleh DPM tetapi oleh pihak rektorat dan badan wakaf ,” ujar Abi.

Nurcholis juga optimis jika pengelolaan gedung SCC diserahkan kepada DPM asalkan ada kemauan dan keseriusan.  “Pengelolaan SCC ini dapat dijadikan sebagai ajang pembelajaran bagi mahasiswa untuk praktik bagaimana cara memasarkan jasa dan mengelola property,” tuturnya

Alfian, selaku ketua Marching Band menuturkan bahwa sebaiknya dibentuk satu tim khusus di luar DPM yang ikut mengelola SCC. Menurutnya pihak DPM juga harus menginventaris barang-barang yang ada.  “Kemarin ternyata sempat ada barang yang diganti, contohnya adalah meja.  Meja itu barangnya gede, bagus, namun diganti, tidak tahu yang dulu kemana. Maka dari itu perlu adanya satu tim di luar DPM yang nantinya ada yang bertugas menginventaris, bagian pemasaran, dan manajemen pengelolaan SCC,” papar Alfian.

Pelatihan Pemandu Wisata untuk Pemanfaatan Aset UII

Oleh: Siti Mahdaria

Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE

Dalam rangka membentuk mahasiswa yang mampu menjadi pemandu wisata, Humas UII mengadakan Pelatihan Pemandu Wisata di Gedung Kuliah Umum Prof. Sardjito lantai 2. Hal ini dilakukan karena banyak aset di UII yang kurang dimanfaatkan, seperti perpustakaan, museum, dan Candi Kimpulan yang jarang dikunjungi. “Oleh karena itu pihak Humas UII berencana untuk mengangkat aset tersebut agar lebih dikenal, baik itu oleh mahasiswa UII maupun masyarakat Indonesia,” ungkap Hangga Fathanah, Direktur Humas UII.

Pelatihan yang diadakan pada tanggal 5 September 2013 ini diikuti oleh mahasiswa anggota International Program (IP) Buddy dan IP Promo Team, serta beberapa dosen dari International Program. Alasan pemilihan peserta pelatihan tersebut karena pemandu yang diharapkan untuk Museum UII dan Candi Kimpulan adalah yang mampu berbicara dalam dua bahasa (bilingual). Dikarenakan semakin banyak mahasiswa asing yang belajar di UII.

Rencana tersebut juga merupakan kerja sama antara Humas UII dan International Program. Pelatihan ini dibuka dengan sambutan dari Direktur Humas UII, Hangga Fathanah dan Wakil Rektor III UII, Ir. Bachnas. Rangkaian kegiatan yang diawali dengan presentasi dan pembahasan mengenai Museum UII, Candi Kimpulan, dan Pengenalan Menjadi Seorang Pemandu. Kemudian dilanjutkan dengan simulasi secara langsung di dalam Gedung perpustakaan.

Museum UII dan Candi Kimpulan sebenarnya telah  dibuka sejak awal tahun 2013, namun karena kurangnya promosi ke publik menyebabkan sepinya pengunjung. “Bisa dipastikan bahwa tidak lebih dari 50 mahasiswa baru yang pernah mengunjungi Candi Kimpulan dan Museum UII,” tutur Hangga. Bachnas menambahkan bahwa meski belum diputuskan tentang akan adanya biaya masuk museum atau tidak, namun ia berharap agar pengunjung bisa berwisata secara gratis.

Prasarana GOR UII Belum Memadai

Oleh: Kholid Anwar

Kampus Terpadu, HIMMAH ONLINE

Gelanggang Olahraga (GOR) UII hingga sekarang, belum memiliki fasilitas genset tersendiri. Menurut Jarfan Munajib, selaku kepala divisi pemeliharaan dan inventaris Direktorat Sarana dan Prasarana UII menyatakan pengadaan prasarana semacam genset itu wewenang Badan Wakaf.

Seringkali Penyewa  GOR UII membawa sendiri genset dari luar. Adapun jika yang menyewa GOR mahasiswa UII itu ingin menggunakan fasilitas genset, biasanya mereka menggunakan milik gedung FTI. “Tapi itu sebatas jam mata kuliah, FTI menyediakan listrik untuk genset,” jelasnya.

Jarfan juga menambahkan biaya sewa GOR hanya untuk perawatan saja karena biaya yang diperlukan dalam perawatan tidak sedikit. Sedangkan Rektorat hanya bertanggung jawab untuk perbaikan yang skala besar, seperti pengecatan dan lain-lain.

Perbaikan GOR pun biasanya dilakukan untuk persiapan acara-acara yang besar semacam Liga Mahasiswa ataupun Kontes Robot kemarin. Sedangkan untuk acara-acara yang lain, perbaikan dilakukan berdasarkan keadaan GOR saat sedang dipakai.

LPM HIMMAH UII Menyelenggarakan In House Training 2013

Magang LPM Himmah UII sedang dijelaskan mengenai kehimmahan serta kelembagaan saat acara IHT, Jum'at (01/11). IHT dilaksanakan selama dua hari. selain meteri kelembagaan, magang juga diajarkan tentang kerekdaksian, idiolagi serta managemen media. (Foto oleh: Ayoni Sulthon)

Magang LPM Himmah UII sedang dijelaskan mengenai kehimmahan serta kelembagaan saat acara IHT, Jum’at (01/11). IHT dilaksanakan selama dua hari. selain meteri kelembagaan, magang juga diajarkan tentang kerekdaksian, idiolagi serta managemen media. (Foto oleh: Ayoni Sulthon)

Oleh: Fikrinisa’a Fakhrun H.

Kaliurang, HIMMAH ONLINE

Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Himmah Universitas Islam Indonesia kembali menyelenggarakan kegiatan In House Traning (IHT) pada tanggal 1-3 November 2013, bertempat di Wisma Al-Kindi, Kaliurang.

Pemimpin Umum Himmah Moch. Ari Nasichuddin berkeinginan agar peserta IHT 2013 yang sekarang berstatus magang Himmah tersebut bisa lebih baik lagi dari angkatan sebelumnya, serta dapat membawa Himmah ke kemajuan yang lebih baik. “Saya berharap semoga teman-teman yang ikut IHT tahun ini lebih kompak, rasa kekeluargaannya lebih erat, dan ilmu-ilmu yang dipelajari selama IHT dapat dilaksanakan secara optimal,” paparnya.

Kegiatan yang merupakan program kerja Bidang Himmah, yaitu Pengelolaan Sumber Daya Manusia (PSDM) ini bukan tanpa tujuan. Bayu Putra Pamungkas selaku Koordinator PSDM mengatakan bahwa mereka ingin mengenalkan semua kinerja dan fungsi bidang di Himmah kepada peserta IHT. “Siapa tahu teman-teman magang nanti pengin mencoba dan serius di bidang lain karena sering ditemukan waktu awal ngisi formulir tentang minat bidang, ada yang masih bingung. Nah, itu gunanya IHT agar teman-teman nggak bingung lagi. Bisa konsen lah ke bidangnya,” jelasnya. Dirinya berharap agar ke depan peserta magang bisa lebih kompak menjalankan fungsinya, mengerti tanggung jawabnya masing-masing, dan tidak mudah putus asa.

Ketua Panitia, Riesky Diyanti Putri pun mengungkapkan rasa senangnya melihat para peserta IHT sekarang yang lebih apresiatif dalam menerima materi. Dirinya memandang, para peserta tersebut mempunyai keingintahuan yang tinggi. Hal ini terlihat dari ketika materi sudah selesai, para peserta masih berdiskusi di luar forum. Riesky berharap semoga semua bisa lebih akrab dan materi-materi yang diberikan bermanfaat untuk praktek di lapangan nanti. “Kalau untuk acaranya sendiri sih sejauh ini sesuai dengan rencana, walaupun dari panitia agak kurang koordinasi dan mungkin ada keterlambatan karena menunggu pemateri. Tapi panitia sendiri sudah berusaha biar on time,” tambahnya.

Andi Danca Prima Raharja Samsul Bahri, peserta IHT dari Jurusan Informatika angkatan 2013 merespon baik kegiatan ini. “Menurut saya acara ini sangat bagus karena acara ini lebih mempererat tali persaudaraan sesama keluarga Himmah. Apalagi saya masih Maba (Mahasiswa baru–red), belum banyak teman di kampus. Dengan adanya Himmah ini saya lebih memiliki banyak teman dan keluarga baru,” ujarnya.

“Acaranya seru, banyak pelajaran yang bisa saya ambil. Cuma kalau bisa lebih kreatif. Menurut saya ini terlalu monoton kalau setiap hari materi. Terus kalau bisa habis materi ada refreshing lah,” ungkap Nurcholis Ainul Rafiq Tri, salah satu peserta IHT dari Jurusan Informatika angkatan 2013 .

Tameng Kekerasan Masyarakat Yogyakarta

0
Dalam orasinya salah seorang aktivis yang tergabung dalam Makaryo menuntut penuntasan kasus kekerasan yang terjadi di Yogyakarta. (Foto oleh: Betriq Kindy Arrazy)

Dalam orasinya salah seorang aktivis yang tergabung dalam Makaryo menuntut penuntasan kasus kekerasan yang terjadi di Yogyakarta. (Foto oleh: Betriq Kindy Arrazy (Kontributor))

Oleh: Maya Indah C. Putri

Yogyakarta, Himmah Online

Masyarakat Anti Kekerasan Yogyakarta (Makaryo) menyatakan pendeklarasian gerakan mereka di halaman luar Keraton Yogyakarta. Makaryo terbentuk dari 30 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan gerakan di Yogyakarta. Diantaranya adalah Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) UII, Indonesia Court Monitoring (ICM), Masyarakat Peduli Media (MPM) dan lain-lain.

Gerakan masyarakat ini dibentuk, salah satunya karena terjadi pembubaran diskusi dan penganiayan keluarga Eks Tapol 65 oleh Front Anti Komunis Indonesia (FAKI) pada 27 Oktober 2013 lalu. Dari press release yang ditulis oleh Makaryo, tercatat ada 18 kasus tindak kekerasan di Yogyakarta sejak 1996 hingga Oktober 2013 yang belum terselesaikan.

Salah satunya adalah kasus pembunuhan wartawan Bernas, Udin di tahun 1996 yang memperjuangkan hak tahu dan hak transparansi. Kini 18 tahun sudah berlalu, namun aktor intelektualnya di balik kasus ini tak pernah diungkap.

Beni Susanto selaku Koordinator Umum Makaryo mengungkapkan aparat cenderung lamban dan tidak hadir bahkan mengabaikan berbagai kasus HAM ini. “Orang diskusi dibubarkan, orang meneliti dipukuli, jika ini dibiarkan maka akan jadi presiden buruk,” tegasnya.

Untuk menindaklanjuti aksi siang ini, 12 Nopember 2013 Makaryo akan kembali memperjuangkan gerakan anti kekerasan di DPD Yogyakarta. Mereka menuntut aparat penegak hukum dan pejabat publik mengusut tuntas kasus-kasus kemanusiaan di Yogyakarta. Selain itu mereka juga menuntut pihak Keraton Yogyakarta turut proaktif mengawal kasus kekerasan di Yogyakarta.

Beni juga menambahkan bahwa tindak kekerasan yang tak tuntas ini sangat kontradiksi dengan status keistimewaan yang dimiliki Yogyakarta yang tercantum di UU 13 tahun 2013. Ia mempertanyakan kembali, apa arti keistimewaan Yogyakarta yang sebenarnya.

Reportase bersama: Betriq Kindy Arrazy (Kontributor) dan Yuyun Novia S.

Skip to content