Beranda blog Halaman 106

Organ Pergerakan Mahasiswa Duduk Bersama Bicara Pemilu

Oleh: Moch. Ari Nasichuddin

Yogyakarta, HIMMAH ONLINE

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengadakan diskusi bertajuk ‘Transisi Pemilu Melalui PEMILU 2014: Urgen atau Tidak?’ pada Kamis (27/02). Diskusi yang bertempat di AR. Fachrudin B lt. 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini dihadiri oleh organisasi pergerakan mahasiswa Yogyakarta, seperti Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (Kammi), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI MPO), HMI DIPO, Sekretariat Bersama 1965 (Sekber ‘65), Solidaritas untuk Orang Pinggiran dan Perjuangan Kampus (Sopink) UMY, serta Pembebasan. Sedangkan Eko Prasetyo, Direktur Social Movement Institute, berlaku sebagai moderator.

Eko memantik diskusi dengan meminta pandangan tentang tema diskusi kepada setiap perwakilan organisasi terkait. Kammi berpandangan bahwa terpilihnya Soekarno dulu bukan berasal dari sistem, melainkan konflik politik. Rezim Soeharto lahir dari sistem militer yang saat itu sangat kuat. Politik secara konstitusional baru lahir semenjak zaman Habibie. Pada masa reformasi sekarang, korupsi sudah menjamur di lembaga-lembaga tinggi negara. Tetapi terlepas itu semua, Kammi memandang politik itu penting.

Menurut Sopink, pada era pasca reformasi, transisi hanyalah seremonial. Demokrasi tidak hanya karena pemilu. Tapi hal ini kembali lagi pada frame politik di Indonesia. Urgen atau tidak, kita harus tetap memilih.

Sekber ‘65 mengkritisi, tema diskusi tersebut terlalu subjektif. Mereka beranggapan bahwa kegagalan di tahun ’98 adalah tidak adanya konsep yang menelurkan figur. Padahal figur itu yang nantinya akan menjadi calon-calon alternatif.

Pendapat lain juga dilontarkan oleh HMI DIPO. “Kami memandang transisi kepemimpinan sangat urgen. Tapi sebelumnya, pemilu ini penting bagi siapa? Takutnya ini hanya penting bagi golongan-golongan tertentu saja.”

HMI MPO beranggapan lain. “Kami kebingungan terkait tema urgen atau tidak. Kami tidak mau mengarahkan itu penting atau tidak.” Menurut mereka, pemilu bisa dilihat dari dua hal, yaitu transaksional dan mendorong serta menjunjung tinggi kedaulatan rakyat.

IMM berpandangan bahwa pemilu itu hadir pada alam demokrasi. “Kalau memang penting, bagaimana kita menghindari pemilu?” Pemilu adalah alat yang disepakati untuk mentransisikan kepemimpinan. Mereka membenarkan prosedural itu. Jadi, pemilu itu penting karena sudah di depan mata. Akan tetapi, mahasiswa tidak bisa menelan mentah-mentah, melainkan harus memantau substansinya.

Pembebasan sendiri menyatakan bahwa transisi pemilu tidaklah urgen.

HMI MPO menambahkan, pergerakan mahasiswa harus menjaga idealismenya. Pada momentum 2014, mahasiswa akan menjadi controller. Meskipun kita tidak ikut dalam mengambil keputusan secara formal, tapi kita bisa mengontrolnya. Menurut perspektif Islam, Indonesia ini sangat Islam sekali. “Rasulullah mengatakan, sebaik-baiknya perkataan adalah yang membenarkan sesuatu yang salah. Golput itu tidak bisa menjadi solusi. Oleh karena itu kita harus berpartisipasi dalam pemilu,” tegas mereka.

Sekber angkat bicara. Konsep demokrasi memang dari, oleh, dan untuk rakyat. Tapi mahasiswa harus menggarisbawahi kalau ada beberapa calon legislatif yang tidak mempunyai integritas dalam memimpin. Kammi pun tidak mau ketinggalan. Menurut mereka, demokrasi adalah kado dari liberalism dan masyarakat harus menjadi single society.  Seharusnya para mahasiswa dikirim ke pelosok untuk menyadarkan masyarakat. Kammi sendiri  mempunyai program yang menyasar pemilih pemula bernama “Gerakan Lima Menit”. Golput memang pilihan dalam dunia demokrasi. Setiap pemilu, angka pemilihan menurun. Selama ini kita juga tidak pernah bicara soal parpol, padahal sebenarnya data-data itu penting untuk diketahui. “Kalau kita golput, sama saja kita memberikan wakil ke orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” imbuh mereka.

Romi Maulana, mahasiswa Fakultas Hukum UMY angkatan 2013 menganggap kepemimpinan yang terlalu lama dapat menyebabkan senioritas. “Sebagai mahasiswa, kita harus bisa membela kebijakan. Kita tidak perlu takut pemimpin yang salah. Rakyat lebih ganas dari pemimpin yang ganas,” tukasnya berapi-api.

Krisnanto, salah satu peserta diskusi, beranggapan bahwa masyarakat harus memilih setan-setan kecil daripada setan-setan besar. Ia mengkritik gerakan mahasiswa yang dianggapnya tidak mampu menggerakkan sistem. Bukan saja berpatokan terhadap sistem yang ada, tapi lebih kepada bagaimana kita memberikan sistem yang benar. Ada riset yang mengatakan, gerakan mahasiswa menjadi perpanjangan tangan partai politik. Sistem yang ada selama ini untuk mendidik, kemudian menghamba pada kekuasaan. Pendidikan tidak hanya untuk menjadi cendekiawan saja, tapi juga untuk menanamkan rasa moral.

HMI DIPO memberikan pernyataan lagi. Menurut mereka, transisi itu ada meskipun realitanya tidak ada perubahan. Kalau bicara golput, di luar sana masyarakat banyak yang memilih golput karena tidak percaya akan perwakilan. HMI DIPO mempertegas diri bahwa mereka tidak hanya berwacana, tapi turut turun bersama untuk perubahan. Mereka tidak memungkiri pentingnya peran mahasiswa. Tapi mereka juga mengakui kalau gerakan mahasiswa mengalami kemunduran. Oleh karena itu HMI DIPO mengingatkan, sebaiknya mahasiswa lekas berbenah.

Pembebasan mempertanyakan mahasiswa ini punya kepentingan untuk siapa. Mahasiswa bisa berperan untuk borjuis ataupun proletar. Langkah konkretnya adalah kita protes dengan mendatangi TPS, kemudian menuliskan tuntutan ke surat suara terkait keresahan kita.

 

 

MMI Anggap Terjemahan AL-Qur’an Depag Salah

0

Oleh: Ferry Firmansyah A.

Yogyakarta, HIMMAH ONLINE

Minggu (16/2), Majelis Mujahidin Indonesia mengadakan seminar dengan tema “Kesalahan Terjemah Di Dalam Al-Qur’-an” bertempat di kompleks Mesjid Ar-Rasul Jl. Karanglo Kotagede, Yogyakarta. Seminar ini diadakan untuk menanggapi terkait adanya kesalahan terjemahan harfiah di dalam Al- Qur’an. Pada seminar tersebut mendatangkan narasumber Ustadz Irfan Suryahadi, selaku juru bicara Tim Majelis Mujahidin Indonesia, yang beberapa waktu lalu sempat berkunjung ke Departemen Agama RI di Jakarta.

Ustadz Irfan menceritakan terkait pendeta yang melecehkan Nabi Muhammad SAW di era 1980. Hal ini sempat menyulut konflik di Indonesia. Pendeta tersebut menyatakan ternyata umat Islam diajarkan berzina oleh nabinya dan nabi sendiri adalah seorang pezina.

“Wajar saja dia melecehkan, pendeta tersebut membaca Al-Qur’an terjemahan yang dibuat oleh Departemen Agama yang menurut kami (Majelis Mujahidin Indonesia-red) salah” ujar Ustadz Irfan. Ustadz Irfan menuturkan ayat yang membuat pendeta tersebut melecehkan Nabi Muhammad adalah surat Al-Ahzab 31:51 yang artinya “kamu boleh menangguhkan menggauli siapa yg kamu kehendaki diantara mereka (isteri-isterimu) dan (boleh pula) menggauli siapa yg kamu kehendaki. Dan siapa siapa yg kamu ingini untuk menggaulinya kembali dari perempuan yg telah kamu cerai maka tidak ada dosa bagimu” .

Ali Zainurrahman, selaku koordinator pelaksana seminar mengatakan terkait koreksi yg dilakukan oleh Ustadz Muhammad Thalib dengan rekan-rekan di Majelis Mujahidin Indonesia terdapat 3229 ayat yang salah terjemahan oleh pihak Departemen Agama. “Upaya dilakukan untuk memperbaiki Al-Qur’an terjemahan yang salah sudah sampai ke Arab Saudi, karena Indonesia bekerjasama dengan pemerintah Arab Saudi dalam menterjemahkan Al-Qur’an versi Departemen Agama” tambah Ali.

“Sebagai umat Islam wajib mencari kebenaran dan memperbaiki diri sendiri, minimal memberitahu kepada lingkungan sekitar kita tentang kesalahan terjemah yang ada pada Al-Qur’an versi Departemen Agama saat ini” ujar Boy Sandy salah satu peserta seminar.

Akses ke Klangon dan Sedawon Masih Terhambat

0
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang memasang instalasi saluran air darurat di jalur bekas jembatan yang terputus, Selasa (25/02). (Foto oleh: Irwan A. Syambudi)

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang memasang instalasi saluran air darurat di jalur bekas jembatan yang terputus, Selasa (25/02). (Foto oleh: Irwan A. Syambudi)

Oleh: Irwan A. Syambudi

Malang, HIMMAH ONLINE

Dusun Klangon dan Sedawon yang terletak di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang masih terisolir hingga saat ini (25/2). Hal tersebut terjadi  karena terputusnya jembatan yang menghubungkan Dusun Klangon dengan Dusun Pait. Sehingga para relawan harus menggunakan flying fox untuk mendistribusikan bantuan .

Sementara itu tim Komando Pasukan Khusus (Kopassus), relawan beserta warga masih memperbaiki jembatan darurat. Namun derasnya arus Sungai Ledok yang bercampur dengan sisa material vulkanik letusan Kelud, membuat jembatan yang terbuat dari bambu ini berbahaya untuk dilewati. Meski begitu, masih ada warga yang melintasi jembatan dengan motor.

Andi Reza, relawan tanggap bencana UII, menilai jembatan darurat yang ada sangat rawan untuk dilintasi. Karena salah satu sisi penopangnya sudah mulai tergerus arus sungai.  Dia bersama relawan lain yang berada di posko Selorejo berencana membuat jembatan darurat dengan menggunakan tali baja. “Jembatan ini akan dibuat hanya untuk penyeberangan manusia,” ujar Andi.

Sedangkan, kebutuhan air bersih untuk warga, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang menyalurkan air bersih dari truk tangki air dengan menggunakan selang menuju ke seberang sungai. Amin, dari pihak Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang mengatakan bahwa hari ini (25/2) untuk kebutuhan air bersih sudah dapat didistribusikan ke Sedawon dan Klangon.

Guna Menentukan Koordinat Mata Air, Relawan UII Lakukan Observasi

0

Oleh: Maya Indah C. Putri

Malang, HIMMAH ONLINE

Selasa (25/2) Tim Tanggap Bencana UII ditemani warga setempat melakukan observasi sumber mata air  di Dusun Kutut dan Dusun Pait, Desa Pandansari, Kec. Ngantang, Kab. Malang. Tujuan dari observasi ini yaitu menentukan koordinat pasti mata air untuk menentukan posisi aman dari jalur pipa yang akan dipasang, guna menghindari bahaya lahar hujan. Selanjutnya hasil observasi ini akan dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menentukan langkah selanjutnya. Salah satu data yang diperoleh dari hasil pengamatan yakni jarak total dari sumber mata air ke penampungan air warga ternyata sejauh 7 KM. Padahal data yang diperoleh dari warga sebelum tim melakukan observasi hanya sejauh 2 KM.

Dusun Kutut dan Dusun Pait merupakan dusun yang terkena dampak letusan Gunung Kelud.  Imbas dari itu kondisi instalasi air di sana rusak total karena pipa yang jadi sambungan air milik warga hancur akibat terkena lahar hujan. Sebelumnya warga setempat memanfaatkan sumber mata air dari Sungai Sembong guna kegiatan sehari-hari.

Warisan Terbesar Tan Malaka untuk Indonesia

0

Oleh: Fauzi Farid M.

Yogyakarta, HIMMAH ONLINE

Dema Justicia FH UGM menyelenggarakan bedah buku “Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia jilid 4” pada Selasa, 18 Februari 2014. Bertempat di Ruang Multimedia FH UGM bedah buku ini diisi oleh Hary A. Poeze (Penulis Buku) dan Eko Prasetyo (Direktur Social Movement Institute).

Eko Prasetyo, menyatakan warisan terbesar dari Tan Malaka kepada Indonesia adalah semangat kemerdekaan 100% dan itulah yang membuat Tan Malaka dinyatakan sebagai Bapak Kemerdekaan. Warisan lainnya adalah pikiran-pikiran Tan Malaka yang ia torehkan dalam banyak bukunya. Diantaranya Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) dan Gerpolek (Gerilya Politik dan Ekonomi)

Harry A. Poeze dalam pemaparannya  mengatakan Tan Malaka lahir di Suliki, Payakumbuh, Sumatera Barat. Semasa mudanya Tan  Malaka adalah seorang yang jenius. Atas bantuan dari gurunya yang juga orang Belanda, ia di kirim ke Belanda untuk melanjutkan sekolahnya. Setelah kembali ke Hindia Belanda ia menjadi guru di sekolah anak-anak buruh pekerja Belanda. Tergerak atas keprihatinannya terhadap kondisi anak-anak buruh kala itu, ia pun mendirikan sekolahnya sendiri.

Sejarawan asal Belanda ini mengatakan Tan Malaka adalah seorang Sosialis-Komunis yang berperan dalam pendirian PKI. Selain itu ia juga menjadi seorang penggerak kemerdekaan hingga aktivitasnya dianggap oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dicap sebagai sebuah ancaman

Pemerintah kolonial akhirnya memberikan pilihan kepada Tan Malaka untuk di asingkan ke Pulau Timor atau di buang ke luar negeri, dan ia pun memilih untuk di buang. Selama pembuangannya ia pergi ke berbagai negara dan bertemu dengan banyak orang hingga pahamnya pun menjadi semakin kuat.

Tan Malaka di tahan selama 2,5 tahun dan dibebaskan setelah peberontakan FBR/PKI di Madiun tahun 1948. Tahun 1949 ia dinyatakan hilang dan tidak ada yang tahu lokasi makamnya. Dari buku Harry A. Poeze, diketahui bahwa Tan Malaka di tembak mati pasukan oleh TNI pada 21 Februari 1949 di lereng gunung Willis atas perintah Letda Soekotjo dari Batlyon Sikatan, Divisi Brawijaya.

Warga Mengeluhkan Distribusi Sandang

0

Oleh: Maya Indah C. Putri

Malang, HIMMAH ONLINE

Tim tanggap bencana Universitas Islam Indonesia bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Universitas Brawijaya dan Siswa Pecinta Alam (Sispala) Nur Hidpala membuka posko bantuan di Dusun Munjung, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Minggu (23/02). Posko bantuan tersebut bertempat di Balai Dusun Munjung.

Para tim tersebut mendistribusikan bantuan pangan, seperti sembako secara langsung kepada para warga. Hal ini dilakukan agar warga bisa memperoleh bantuan secara merata. Terkait sandang, sejumlah warga mengeluhkan cara pendistribusiannya. Pasalnya, mereka harus mengambil sendiri kebutuhan sandang di posko. “Kalau berani ambil ya dapat, kalau nggak ya nggak dapat,” ungkap Sampurti (48), salah seorang warga Munjung. Khoiruzzaky Al Hussein P. selaku Koordinator Posko Bantuan di Munjung punya alasan terkait hal itu. “Kalau baju kan susah, sesuai selera,” ujarnya.

Selain sandang dan pangan, tim tanggap bencana UII juga melakukan bantuan kesehatan di dusun yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 660 jiwa tersebut. Tim ini bertanya langsung kepada warga terkait keluhan sakit mereka. Dari sini terlihat bahwa banyak warga yang mengalami tekanan darah rendah dan batuk berdahak. Obat-obatan pun segera diberikan kepada para warga tersebut.

Selain itu, Senin (24/02) tampak Tentara Nasional Indonesia (TNI) memberikan bantuan berupa papan. Subari selaku Koordinator Yonkav 8 Kostrad mengatakan, mereka bertugas membersihkan fasilitas umum, seperti jalan dan rumah warga. “Senin ini kami mulai terjun. Target kami dua minggu harus selesai,” imbuhnya. Seperti diketahui, akibat erupsi Gunung Kelud, 132 rumah warga mengalami rusak parah, 46 rumah rusak sedang, serta delapan rumah rusak ringan.

Warga Tidak Bersedia Berobat di Posko

0

Oleh: Maya I. Cashindayo

Malang, HIMMAH ONLINE

Minggu (23/02), tim tanggap bencana Universitas Islam Indonesia bersama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) serta Resimen Mahasiswa (Menwa) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya kembali menjalankan bantuan kepada warga korban letusan Gunung Kelud. Pukul 09.00 WIB kemarin, para relawan tersebut membagikan logistik untuk warga di Dusun Sedawon, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang.

Tim apoteker melakukan kegiatan kesehatan ke lokasi melalui jalan door to door. Mereka mengunjungi  kurang lebih sepuluh rumah warga. “Rata-rata warga tidak mau datang berobat sendiri ke posko,” ungkap Novanda Dwi Putri, mahasiswi apoteker UII. Ia mengatakan, warga di sana menderita asma, balita mengalami batuk pilek, serta warga dengan usia produktif mengeluh pegal.

Sedangkan untuk bantuan logistik, mengingat jalur jembatan sebagai akses utama masih terputus, pendistribusian barang ke lokasi menggunakan flying fox.

Pukul 16.00, para relawan melakukan evakuasi terhadap seorang warga Dusun Munjung berusia 80 tahun. Sayangnya, hal ini tidak berjalan mulus lantaran ia menolak untuk dievakuasi. Akhirnya tim medis datang ke lokasi untuk melakukan penanganan medis ringan.

Ralat: BANTUAN KORBAN ERUPSI KELUD MASIH MENDAPATKAN JALAN BUNTU

0

aula bawah di Dusun Bales, Desa Selorejo, dan Desa Pandansari.

harusnya

aula bawah di Desa Selorejo dan Dusun Bales, Desa Pandansari

Distribusi Bantuan Mulai Lancar

0
Relawan menurunkan bantuan di balai desa Munjung yang digunakan sebagai [os bantuan sekaligus dapur umum. Minggu (23/02). (Foto oleh: Irwan A. Syambudi)

Relawan menurunkan bantuan di Balai Dusun Munjung, Minggu (23/02). Saat ini Balai Desa Munjung dijadikan sebagai pos bantuan dan dapur umum
(Foto oleh: Irwan A. Syambudi)

Oleh: Irwan A. Syambudi

Malang, HIMMAH ONLINE

Penyaluran bantuan ke Desa Pandansari mulai menunjukan titik terang. Salah satunya di Dusun Munjung, para relawan mulai membuka posko di Balai Dusun sejak pagi tadi (23/2). Setelah sebelumnya mereka mendirikan posko bantuan di Dusun Pait dan Putut.  Balai Dusun Munjung yang telah diperbaiki pun bisa digunakan sebagai dapur umum sekaligus tempat pengiriman bantuan ke lokasi tersebut.

Khoiruzzaky Al Hussein, salah satu relawan di posko Dusun Munjung mengatakan bahwa mereka masih kekurangan alat masak dan bahan mentah. Sempat diguyur hujan, akses ke Munjung memang sedikit terganggu karena bahaya lahar hujan, sehingga jalur ditutup siang tadi.

Sedangkan distribusi ke Dusun Sedawon masih mengalami hambatan. Menurut Tutur Surya, relawan tanggap bencana UII,  bantuan terpaksa dikirim menggunakan flying fox karena jembatan yang rusak dan tidak memungkinkan mobil logistik untuk masuk ke daerah itu.

Bantuan Korban Erupsi Kelud Masih Mendapatkan Jalan Buntu

0
1743513_741121709239219_1189329623_n

Seorang pengendara sepeda bermotor melewati jembatan darurat di desa Batureja, Ngantang, Sabtu (22/02). Jembatan sementara ini tidak mampu dilewati oleh mobil untuk mendistribusiakan air bersih di Dusn Ngramban. (Foto oleh: Irwan A. Syambudi)

Oleh: Irwan A. Syambudi dan Maya I. Cashindayo

Malang, HIMMAH ONLINE

Sabtu (22/02), tim tanggap bencana UII melakukan observasi ke Dusun Munjung, Pait, dan Kutut yang berlokasi di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Mereka ingin mengetahui situasi terbaru di lokasi bencana tersebut. Dari hasil observasi, ternyata banyak atap warga di Dusun Munjung yang rusak berat.

Selain observasi, tim ini juga membagikan logistik ke posko bantuan yang disebut aula bawah di Dusun Bales, Desa Selorejo, dan Desa Pandansari.

Tim ini juga sempat bermaksud melanjutkan pembagian logistik ke Dusun Munjung. Namun, hal itu dicegah oleh Polisi. Alasannya, mereka khawatir akan terjadinya banjir lahar dingin. Ketika itu Dusun Munjung memang sedang diguyur hujan deras. Tim tanggap bencana UII pun akhirnya menunda pembagian logistik mereka.

Pasca erupsi dan menurunnya status Gunung Kelud dari awas menjadi siaga ini, warga di Dusun Ngramban, Desa Batureja, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang sudah mulai menunjukkan aktivitas mereka. Aliran listrik yang terputus sejak terjadinya erupsi sepuluh hari lalu sudah mulai diperbaiki pada Sabtu (22/02). Hari ini tim kopassus, relawan, dan warga juga memperbaiki jembatan darurat yang terbuat dari bambu dan kayu.

Sore tadi pasokan logistik ke Dusun Ngramban kembali berjalan lancar. Sedangkan jembatan darat di sana tidak memungkinkan untuk dilintasi kendaraan bermuatan berat. Hal tersebut berdampak pada pasokan air yang sedikit terhambat. Pun berdampak pada sulitnya warga untuk mendapatkan air bersih.

Skip to content