Beranda blog Halaman 129

Hari Ini akan Cerah

Oleh: Moch. Ari Nasichuddin

Yogyakarta, Himmah Online

Berikut ramalan cuaca hari ini, 30 April 2013 07.00 WIB hingga 01 May 2013 07.00 WIB seperti yang dirilis oleh laman BMKG. Kabupaten Kulon Progo mengalami cerah berawan dengan suhu 23-33 derajat Celcius, kelembapan 58-90%, kecepatan angin 16 (km/jam), arah angin Timur Laut. Kabupaten Sleman mengalami cuaca cerah berawan dengan suhu 21-33 derajat Celcius, kelembapan 65-92%, kecepatan angin 12 (km/jam), arah angin Timur Laut. Kabupaten Bantul mengalami cuaca cerah berawan dengan suhu 24-34 derajat Celcius, kelembapan 50-90%, kecepatan angin 20 (km/jam), arah angin Tenggara. Kabupaten Gunung Kidul mengalami cuaca cerah berawan dengan suhu 23-32 derajat Celcius, kelembapan 55-90%, kecepatan angin 18 (km/jam), arah angin Tenggara. Dan Kota Yogyakarta mengalami cuaca cerah berawan dengan suhu 22-34 derajat Celcius, kelembapan 60-90%, kecepatan angin 12 (km/jam), arah angin Timur Laut.

KPU Merilis Hasil Rapat Plenonya

KPU tetap tidak meloloskan caleg yang nilai akhirnya memang tidak lolos.

Ketua KPU, Fadel Akbar Basya saat mediasi dengan bakal calon legislatif (caleg) di kampus UII Cik Di Tiro Kamis (25/4). (Foto oleh: Aldino Friga P. S.)

Ketua KPU, Fadel Akbar Basya saat mediasi dengan bakal calon legislatif (caleg) di kampus UII Cik Di Tiro Kamis (25/4). (Foto oleh: Aldino Friga P. S.)

Oleh: Moch. Ari Nasichuddin

Cik Ditiro, Himmah Online

Komisi Pemilihan Umum (KPU) pemilwa 2013 Keluarga Mahasiswa (KM) UII akhirnya kemarin Senin(29/4), merilis hasil rapat pleno, terkait peninjauan kembali keputusan mediasi antara  KPU dengan bakal calon legislatif (caleg) di kampus UII Cik Di Tiro Kamis(25/4). Dihubungi via pesan singkat, Ketua KPU Fadel Akbar Basya mengatakan, KPU tetap tidak meloloskan caleg yang nilai akhirnya memang tidak lolos. Tetapi KPU meloloskan 3 caleg dari 9 caleg yang tidak lolos. Ketiga caleg itu berasal dari 1 dari FE dan 2 dari FTI. Alasan 3 caleg ini bisa lolos karena KPU mengakui mengalami kesalahan dalam penilaian saat itu.

Sebelumnya saat mediasi di  kampus UII Cik Di Tiro Kamis (25/4) KPU mengeluarkan 3 poin keputusan. Pertama, KPU meloloskan 8 bacaleg dengan status lolos bersyarat. Kedua, hasil penilaian KPU akan ditrasformasikan kepada bacaleg yang lolos bersyarat saat karantina lembaga. Ketiga, mengikutsertakan hasil penilaian seleksi bacaleg saat masa kampanye.

Tetapi pada akhirnya KPU menganulir keputusan itu karena  keputusan saat mediasi bukanlah keputusan resmi KPU dan sarat akan intervensi dari pihak luar.

Reportase Bersama: Irwan A. Syambudi

 

Beranikan Diri, Melukis Masa Depan

“Iwan ndak takut hantu, Buk. Iwan takut miskin.”

Iwan adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Kedua kakaknya perempuan, begitu pula kedua adiknya. Mbak Isa, Mbak Inan, Rini, dan Mira. Bapaknya hanyalah seorang sopir angkot yang angkotnya sering mogok lantaran semakin tua dimakan usia. Sementara ibuk, seorang ibu rumah tangga yang segala perhatian tercurahkan sepenuhnya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari demi keberhasilan anak-anaknya. Keluarga sederhana ini tinggal di kaki Gunung Panderman, Kota Batu, Malang.

Karena tumbuh di lingkungan perempuan, Iwan kecil sedikit berbeda dengan anak lelaki kebanyakan. Misalnya di hari pertama masuk sekolah dasar, Iwan takut sehingga ibuk harus menungguinya sepanjang hari. Iwan juga senang bermain di dapur bersama saudari-saudari perempuannya sampai-sampai bapak marah dan mengguyurnya dengan air. Iwan juga tak pandai berkelahi, ibuk harus melindunginya ketika Iwan pada suatu malam diajak berkelahi oleh seorang temannya di sekolah. Ibuk selalu berusaha agar anak-anaknya sejajar dengan anak yang lain. Ibuk adalah penghangat hati kami.

Namun, Iwan pintar matematika dan membuatnya menjadi juara kelas ketika pembagian rapor. Tapi tetap saja, bapak lebih suka jika Iwan bertindak seperti kehendak bapak: anak yang berani. “Dunia ini butuh orang yang berani,” kata bapak menasihati Iwan. Nasihat tersebut selalu terngiang dalam benak Iwan. Ia bertekad untuk bisa membahagiakan keluarga suatu hari nanti. Dimulai dari mimpi pertamanya, memiliki kamar sendiri. Maka, Iwan rajin belajar sampai malam hari. Ia tidak takut hantu, tetapi lebih takut kemiskinan. Bapak bekerja keras untuk tetap menyalakan mimpi anak-anaknya. Bapak itu pemberi nafas kami.

Selepas SMA, Iwan diterima di Jurusan Statistika, Institut Pertanian Bogor (IPB), melalui jalur PMDK atau tanpa tes. Sayang, bapak kurang setuju. Bapak lebih berkeinginan agar Iwan membantu bapak di jalan sebagai kenek angkot. Bapak merasa lebih berwenang menentukan jalan hidup anak laki-lakinya karena Iwan adalah jatah bapak. Tidak seperti saudari-saudari perempuan Iwan yang merupakan jatah ibuk. “Keluarga ini butuh kamu, Bogor ndak butuh kamu!” seru bapak. Sampai akhirnya, Iwan dengan berani mengatakan bahwa setiap anak tidak bisa memilih orangtuanya, setiap anak adalah sama di mata orangtuanya. Bapak pun luluh, bapak menjual angkotnya untuk biaya hidup Iwan di Bogor.

Seperti yang sudah ditebak, perjuangan Iwan pun membuahkan hasil. Iwan mendapatkan nilai terbaik di kelas, lulus juga dengan predikat terbaik, dan diterima kerja di sebuah kantor di Jakarta dengan prestasi kerja yang baik pula. Banyak proyek pengolahan data yang berhasil ditangani Iwan. Gaji yang diterima Iwan pun sebagian dikirimkan ke keluarganya di Batu. Hingga suatu hari, ia diterima kerja di New York. From the city of apple to the big apple!

Film ini tidak jauh berbeda dengan novelnya sehingga kesan alur yang datar begitu kentara. Konflik dalam film ini adalah perjuangan melawan kemiskinan demi kehidupan yang lebih baik, nyaris tanpa klimaks. Begitu juga kelanjutan kehidupan asmara Iwan yang mungkin membuat sebagian penonton berpikir, “Apakah Iwan tidak terpikir untuk menikah?” Film ini diceritakan dengan gaya flashback. Iwan diceritakan mengalami kesendirian yang melankolis sehingga muncul bayang-bayang dirinya ketika kecil dulu. Tidak didetilkan apa yang dimaksud dengan “kesendirian” tersebut, apakah karena hidup seorang diri di tengah kota metropolitan dunia, apakah karena ingin mengenang masa lalu, ataukah bimbang karena jauh dari orang-orang tercinta. Iwan lalu memutuskan untuk kembali ke tanah air.

Terlepas dari semua itu, film ini sarat akan pesan moral. Film ini mengajarkan kita untuk tidak menyesali apa yang telah terjadi dan tetap menatap apa yang selanjutnya akan terjadi. “Kita tidak bisa memilih masa lalu, tapi masa depan, kita sendiri yang melukiskannya.” (Ahmad Satria Budiman)

Prakiraan Cuaca BMKG Hari Ini

Oleh: Moch. Ari Nasichuddin

Yogyakarta, Himmah Online

Berikut ramalan cuaca hari ini, 29 April 2013 07.00 WIB hingga 30 April 2013 07.00 WIB seperti yang dirilis oleh laman BMKG. Kabupaten Kulon Progo mengalami berawan dengan suhu 23-32 derajat Celcius, kelembapan 60-95%, kecepatan angin 15 (km/jam), arah angin Timur. Kabupaten Sleman mengalami cuaca berawan dengan suhu 21-32 derajat Celcius, kelembapan 65-95%, kecepatan angin 12 (km/jam), arah angin Timur. Kabupaten Bantul mengalami cuaca berawan dengan suhu 23-33 derajat Celcius, kelembapan 55-93%, kecepatan angin 18 (km/jam), arah angin Timur. Kabupaten Gunung Kidul mengalami cuaca berawan dengan suhu 22-33 derajat Celcius, kelembapan 55-93%, kecepatan angin 15 (km/jam), arah angin Timur. Dan Kota Yogyakarta mengalami cuaca berawan dengan suhu 23-32 derajat Celcius, kelembapan 60-95%, kecepatan angin 12 (km/jam), arah angin Timur.

Ketua KPU: KPU Merasa Diintervensi Saat Mediasi Kemarin

“Independensi KPU telah ternodai,” ungkap Fadel Akbar Basya, selaku Ketua KPU.

Ketua KPU, Fadel Akbar Basya saat mediasi dengan bakal calon legislatif (caleg) di kampus UII Cik Di Tiro Kamis (25/4). KPU berencana akan melakukan rapat pleno untuk meninjau kembali keputusan saat mediasi tersebut. (Foto oleh: Aldino Friga P. S.)

Ketua KPU, Fadel Akbar Basya saat mediasi dengan bakal calon legislatif (caleg) di kampus UII Cik Di Tiro Kamis (25/4). KPU berencana akan melakukan rapat pleno untuk meninjau kembali keputusan saat mediasi tersebut. (Foto oleh: Aldino Friga P. S.)

Oleh: Moch. Ari Nasichuddin

Cik Ditiro, Himmah Online

Setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) melakukan mediasi dengan bakal calon legislatif (caleg) di kampus UII Cik Di Tiro. KPU berencana akan melakukan rapat pleno untuk meninjau kembali keputusan hasil seleksi yang sudah dilakukan. Pada 29 April 2013, KPU akan mempublikasikan hasil rapat pleno kepada bakal caleg di masing-masing fakultas.

Fadel Akbar Basya, selaku Ketua KPU mengatakan, keputusan saat mediasi bukanlah keputusan resmi KPU karena sarat akan intervensi dari pihak luar. “SK (surat keputusan-red) kemarin tidak ada, karena itu bukan forum KPU, tapi forum DPM untuk memediasi KPU dengan bakal caleg yang tidak lolos,” tutur Fadel kepada Himmah Online.

Mahasiwa jurusan Ilmu Hukum ini menambahkan,  justru menjadi aneh ketika KPU mengeluarkan keputusan di luar rapat pleno. Menurutnya, mediasi yang difasilitasi oleh DPM U merasa mendapat tekanan intevensi, intimidasi, hingga ancaman dari simpatisan bakal caleg yang tidak lolos. “Di PDKM (Peraturan Dasar Keluarga Mahasiswa-red) pun tertulis KPU bersifat independen. Jadi independensi KPU telah ternodai,” ucap mahasiswa angkatan 2009 ini.

Terkait isu akan dimundurkannya pemilwa, Fadel beserta jajaran anggota KPU akan berusaha untuk sesuai jadwal yang ada. “Sebenarnya itu kan pernyataan dari ketua DPM U, Pak Mico, tapi dari KPU tetap berusaha untuk sesuai jadwal yang ada. Kesepakatan ada di tangan kita, bukan Pak Mico. KPU itu independen,” tegas Fadel.

Reportase Bersama: Irwan A. Syambudi dan Hasindara P.

 

Jaksa Agung Siapkan Skenario, Susno Diprediksi Berada di Bandung

”Jadwal ulang eksekusi, lebih cepat lebih baik.”

Oleh: Moch. Ari Nasichuddin

Jakarta, Himmah Online

Pada Rabu, 24 April 2013 lalu tim gabungan kejaksaan gagal melakukan eksekusi terhadap mantan Kepala Bareskrim Polri Susno Duadji di kediamannya, kawasan Dago Pakar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Saat itu Susno yang terjerat kasus korupsi tidak mau dieksekusi.

Seperti dikutip dari kompas.com, Susno dan tim kuasa hukumnya menjadikan tidak adanya pencatuman perintah penahanan dalam amar keputusan kasasi yang dikeluarkan Mahkamah Agung sebagai dasar penolakan mereka. Menurut Susno, putusan itu batal demi hukum karena tidak memuat perintah eksekusi.

Terkait hal di atas, ketika dilansir dari tempo.co, Kejaksaan Agung akan menyiapkan skenario baru untuk menjebloskan Susno ke penjara.”Eksekusi tetap dilakukan karena putusan telah berkekuatan hukum tetap,” ujar Jaksa Agung Basrief Arief setelah bertemu dengan Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo di Mabes Polri kepada tempo.co. ”Jadwal ulang eksekusi, lebih cepat lebih baik,” ucap Basrief Arief. Tetapi Basrief belum bisa menjelaskan secara detail skenario tersebut. Ia sudah meminta Direktorat Jenderal Imigrasi mencegah Susno ke luar negeri. Kejaksaan terus berkoordinasi dengan polisi untuk membicarakan teknis eksekusi berikutnya.

Terkait koordinasi Polri dan Kejaksaan Agung, Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengamini hal itu. Ia mengatakan polisi siap mengamankan eksekusi berikutnya terhadap Susno. Kejaksaan dan polisi berkoordinasi terkait hal-hal teknis mengenai penjadwalan kembali eksekusi tersebut. ”Jaksa mengeksekusi dan polisi mengamankan pelaksanaan,” tutur Timur

Seusai pertemuan tersebut, Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Didiek Darmanto, selaku pemimpin tim, menuturkan tim sedang menyiapkan strategi baru menjemput paksa Susno. Namun dia menolak menjelaskan strategi tersebut. ”Kami rapat untuk persiapan,” tuturnya kepada Tempo.co

Saat ini lokasi keberadaan Susno Duadji belum diketahui pasti, tetapi informasi terbaru yang dimuat detik.com, kuasa hukum Susno menyebut kliennya menyebut Susno berada di Jakarta. Tetapi berbeda dengan kuasa hukum Susno, juru bicara Susno mengatakan Minggu malam 28 April 2013 Susno akan berada di Bandung. “Saat ini, keberadaan Komjen Susno berada di sekitar daerah pemilihannya di Bandung untuk menghindar dari eksekusi liar,” kata Jubir Susno, Avian Tumngkol detik.com, Sabtu 27 April 2013.

Menurut Avian, Susno Duadji berharap Jaksa Agung menempuh jalur hukum yang benar apabila tidak puas dengan Putusan MA dan MK. Tidak dengan cara memaksakan kehendak sendiri yaitu tidak menghormati hukum dan memaksakan eksekusi. “Komjen Susno memastikan diri tidak akan lari dan bersembunyi, tetapi hanya menghindar dari eksekusi yang dipaksakan tanpa dasar hukum,” ungkapnya kepada detik.com

Semua Daerah DIY Berawan

Oleh: Moch. Ari Nasichuddin

Sleman, Himmah Online

Berikut ramalan cuaca hari ini, 28 April 2013 07.00 WIB hingga 29 April 2013 07.00 WIB seperti yang dirilis oleh laman BMKG. Kabupaten Kulon Progo mengalami berawan dengan suhu 24-32 derajat Celcius, kelembapan 54-92%, kecepatan angin 9 (km/jam), arah angin Timur. Kabupaten Sleman mengalami cuaca berawan dengan suhu 23-33 derajat Celcius, kelembapan 57-95%, kecepatan angin 12 (km/jam), arah angin Timur. Kabupaten Bantul mengalami cuaca berawan dengan suhu 23-33 derajat Celcius, kelembapan 54-92%, kecepatan angin 12 (km/jam), arah angin Timur. Kabupaten Gunung Kidul mengalami cuaca berawan dengan suhu 23-32 derajat Celcius, kelembapan 56-95%, kecepatan angin 9 (km/jam), arah angin Timur. Dan Kota Yogyakarta mengalami cuaca berawan dengan suhu 24-33 derajat Celcius, kelembapan 55-93%, kecepatan angin 12 (km/jam), arah angin Timur.

Kau Tetap Ibuku

Oleh: Ruhul Auliya

Jam dinding di ruang tamu sudah berdenting, tanda jam sudah menunjukkan pukul 12.00 malam. Aku masih duduk santai di ruang tamu sambil meminum coklat panas dan menonton TV, menunggu suamiku yang belum juga pulang kantor. Aku tak gelisah, karena suamiku sudah mengirim sms bahwa dia akan pulang telat malam ini. “Ada meeting” katanya. Aku memang sengaja menunggunya karena aku memang tidak bisa tidur malam ini. Entahlah…!!!

Tiba-tiba pandanganku teralih saat kulihat bayangan gadis kecil dengan baju tidur dan masih memeluk boneka beruang putih berjalan dari arah pintu ruang keluarga, menghampiriku. Salsha, namanya. Putri tunggalku yang baru menginjakkan bangku kelas 3 SD.

“Kok belum tidur,sayang?” tanyaku sambil membelai rambut sepunggungnya setelah duduk didekatku.

“nggak bisa tidur, Bunda…!!!” ujarnya sambil mengucek matanya.

“hmmm…besok kan salsha pergi sekolah…!!! Gimana kalo Bunda dongengin?” Tawarku. Tapi dia justru menggeleng.

“Salsha mau minum susu, Bunda…!!” Ujarnya manja.

“Ya udah…Bunda buatin susu. Tapi salsha harus tidur ya setelah itu…?” ujarku sambil mencolek hidungnya dan berlalu meninggalkannya ke dapur dan membuatkannya susu coklat kesukaannya. Setelah membuat susu coklat, aku langsung menuju ke ruang keluarga. Namun tak ku temukan dia disana. Aku langsung pergi ke kamarnya. Pintu kamarnya sedikit terbuka. Kulihat disela-sela pintu, salsha sedang membaca buku dongeng yang di belikan oleh Rina, adik tiriku, tadi siang saat berkunjung.

Kumasuk kedalam kamarnya dan meletakkan susu coklat itu diatas meja belajar salsha. Kubelai rambutnya perlahan sambil menatapnya penuh bangga.

“Bunda….!!” Panggilnya tiba-tiba.

“Ya, sayang..??” Tanyaku heran.

“Apakah ibu tiri itu jahat??” tanyanya menatapku.

“Mengapa salsha tiba-tiba Tanya begitu??” Tanyaku heran karena salsha tidak pernah bertanya tentang hal-hal seperti itu sebelumnya.

“Temen-temen salsha di sekolah bilang begitu. Di buku dongeng yang di beliinsama tante Rina juga bilang begitu..!!” Ucapnya polos. AAku tersenyum mendengar penuturannya. Kubelai sekali lagi rambutnya dan mulai berkata-kta lagi.

“Di dunia ini, tidak ada ibu yang jahat, sayang. Semua ibu pasti sangat sayang terhadap anak-anaknya. Termasuk ibu tiri.” Ku hela nafas panjang dan mulai melanjutkan penjelasanku. “ Tidak ada ibu tiri di dunia ini. Semuanya sama. Kalo ada ibu yang memukul anaknya, itu pasti karena anak-anaknya nakal. Kalo gak nakal pasti tidak akan di pukul. Hmm…!!!” Ujarku kemudian mencolek hidungnya “ Sekarang, salsha minum susu, terus bobo ya sayang?” Lanjutku dan menyodorkan susu coklat kesukaannya. Salsha pun meminumnya dan kuletakkan gelas itu kembali setelah dia selsai. Dia kemudian berbaring dan mulai memejamkan mata. Kubelai rambutnya dengan tulus. Tiba-tiba sekelebat bayangan kembali muncul di ingatanku. Ada segores luka yang sangat mendalam membekas di hatiku. Kurasakan begitu sakit hingga sekarang. Dadaku mulai terasa sesak. Sangat sesak hingga tak kurasakan air mata mengalis dipipiku. Fikiranku melayang. Kembali pada kenangan 20 tahun yang lalu. Dimana aku masih duduk di bangku kelas 3 SMA.

Malam itu hujan turun deras. Sangat deras hingga ku rasakan dingin menusuk di setiap persendian tubuhku. Angin juga berhembus cukup kencang menimbulkan suara decitan pada jendela reot kamarku. Suara tetesan air hujan pada lantai akibat atap kamar yang bocor benar-benar mengganggu konsentrasi belajarku. Semakin lama semakin berisik kurasakan. “Menyebalkan…!!!” Rutukku menghantam meja belajarku.

Ku langkahkan kakiku menuju ruang makan yang terdapat di dalam dapur. Ku lihat adik tiriku sedang menikmati makan malam sambil sesekali memainkan sendoknya memukul piring. Sementara ibu tiriku terlihat sedang membuat teh hangat untukku. Dia memang tau kebiasaanku sebelum makan malam yaitu minum teh hangat. Aku duduk disalah satu bangku di meja makan. Kuperhatikan lauk makan malam itu yang sudah tersedia diatas meja makan. Hanya tahu, tempe dan telur dadar serta sambal tomat. Seperti malam-malam yang kemarin. Sudah 4 hari ini menu makan ini selalu di ulang-ulang dari pagi sampai makan malam. Tak ada yang lain. Aku agak kesal.

Rina, adik tiriku yang sejak tadi memainkan sendok makannya terdengar semakin berisik. Ku tahan emosiku dan menegurnya dengan suara terpaksa dilembutkan.

“ Adikku sayang, bisakah kau makan lebih tenang??Agar aku bisa mendapatkan inspirasi???” Rina yang waktu itu baru duduk di bangku SD kelas 1 tidak peduli mendengarku. Aku semakin jengkel dan lepas kontrol. “ RINA, DIAAAMMMM….!!!” Bentakku dengan keras sambil memeukul meja. Rina terkejut dan menangis.

“ Ibu……ibu….!!!” Raungnya kemudian berlari kearah ibu tiriku. Iu tiriku mencoba untuk menenangkannya. Digendongmya Rina agar bisa lebih tenang.

“ Jangan terlalu kasar pada adikmu…!”  Tegurnya padaku dengan nada lembut. Namun bagiku itu hanya sebatas kepura-puraan. Kuputar bola mataku yang menandakan aku bosan mendengar ucapannya. Dia kemudian duduk disalah satu bangku di meja makan tepat didepanku. Didudukkannya pun Rina didekatnya.

Kami mulai makan malam itu. Diam. Begitulah suasana makan malam itu. Yang terdengar hanya suara rintik hujan yang sangat berisik jatuh diatas atap seng rumahku. Sesekali terdengar decitan dari jendela kamarku yang tertiup angin. Namun suasana di meja makan sangat hening malam itu. Akupun mulai pembicaraan.

“ seminggu lagi aku ada pertandingan basket terakhir antar sekolah. Sepatuku sudah rusak. Aku ingin sepatu basket.” Ucapku ketus sambil menyendok nasiku.

“ Tiara….Ibu belum ada uang. Hasil jualan kue ibu sangat sedikit. Pelanggan ibu sekarang semakin sedikit. Untuk makan pun kamu liat sendiri keadaannya.”

“Alaaaahhhh……bilang saja kalau Kamu emang gak niat mau beliin aku. Selama ini kan aku gak pernah minta apa-apa sama kamu. Uang jajanpun aku gak pernah minta. Masa’ baru minta sekali aja kamu gak mau ngasih!!!” Ucapku lantang.

“ Ibu benar-benar tidak punya uang, Tiara..” Ucapnya masih lembut.

“ Gak usah pura-pura deh….Kamu itu emang gak pernah peduli sama aku. Aku tau, aku hanya anak tiri kamu. “

“Tiara….!!!”

“ Sejak papa meninggal, aku jadi melarat. Dan itu gara-gara kamu. Kalau saja kamu hati-hati saat masak, pasti rumah Ku gak bakalan kebakaran, dan papa gak akan meninggal gara-gara nolong Rina dikamar. Aku benci kamu…!!!” Bentakku memelototinya. Ibu tiriku hanya diam. “ Dan yang paling aku benci adalah kamu merebut papa dari mamaku….dan akhirnya mama meninggal gara-gara stress ditinggal papa. Semua itu gara-gara kamu…!!!” teriakku.

Plaaaakkk….!!! Satu tamparan keras mendarat dipipiku. Aku terdiam. Kupelototi ibu tiriku. Ini pertama kalinya dia menamparku.

“ KAUUUUUUUU….!!!!” Teriakku setengah tidak percaya.

“Tiara….maafin ibu, nak…ibu tidak sengaja…!!”  Dia memelas.

“ AKU BENCI KAMU. ….!!! Kamu emang gak pernah sayang sama aku!! Dan kamu gak akan pernah bisa gantiin posisi mama …!!!” Pekikku dan berlari keluar.

Hujan masih sangat deras. Namun aku tetap berlari. Ibu tiriku ikut berlari berusaha mengejarku. Kudengar raungannya memanggilku dan meminta maaf. Namun aku tetap peduli. Aku berlari kearah Sebuah lapangan basket tempat aku biasa latihan basket bersama Ray, pacarku. Kulihat bola basket yang tergeletak di tengah-tengah lapangan. Kuambil dan kulempar kearah ring. Kumainkan bola itu dengan cepat. Terus bermain mencoba menghilangkan rasa amarahku hingga kurasakan capek yang membuatku terjatuh ditengah-tengah lapangan. Aku menunduk. Kubiarkan air hujan mengaliri tubuhku. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku ingin berteriak. Namun Kurasakan suaraku tak dapat keluar.

Tiba-tiba, kulihat sepasang kaki dihadapanku. Ku dongakkan kepalaku. Kutemukan Rey berdiri tersenyum dengan membawa paying ditangannya. Dia kemudian duduk dihadapanku.

“ Mengapa hujan-hujan begini kamu masih main basket?” Tanyanya kepadaku sambiltersenyum. Dihapusnya air mataku “ Nanti sakit. Ayo pulang..!!” Ajaknya menggenggam tanganku Kupalingkan wajahku dan menggeleng pelan. “ Ada masalah dengan ibumu lagi?”

“ Dia bukan ibuku, Rey. Dia pembawa sial. Dia gak akan pernah jadi ibuku. Dia merenggut semua orang yang aku sayang. Dia membunuh mama dan papa. Dan sekarang dia merebut kebahagiaanku. Aku gak akan bisa ikut tanding basket…” Aku menunduk sekali lagi. Kutelungkupkan wajahku dengan kedua tanganku.  Aku menangis sesenggukan. Dipeluknya aku perlahan. Entah berapa lama sampai akhirnya diajaknya aku pulang kerumahnya karena aku tetap tidak ingin pulang kerumah.

 

***

 

Sejak kejadian malam itu, aku tidak pernah pulang kerumah. Aku tidak pernah berusaha menemuinya. Dia juga tidak pernah berusaha menemuiku. Sampai pada suatu malam sepulang latihan basket, aku dan Rey pergi ke sebuah warung makan yang terletak di pinggir jalan. Tiba-tiba kulihat Ibu tiriku baru keluar dari sebuah toko sepatu bersama Rina sambil menenteng sebuah plastic hitam dari toko tersebut. Mereka terlihat sangat gembira. Aku sangat yakin bahwa mereka baru membeli sebuah sepatu. Aku rasa itu untuk Rina. Kurasakan marah yang teramat sangat menguasai fikiranku saat itu. Aku tetap memandang mereka sampai di pinggir toko mengambil sebuah nampan kosong yang biasa digunakan untuk menjual kue.

“ Itu Rina dan ibu kan, Ra??” Suara Rey mengejutkanku disamping. “Samperin dulu yuk…keliatannya capek baru selsai jualan.”

“ Ngapain?? Mereka baru selsai beli sepatu ko buat Rina.” Ucapku ketus.

“Jangan su’uzzon dulu….siapa tau ibumu baru selsai beli sepatu buat kamu.”

“Mana mungkin? Dia itu gak sayang sama sekali sama aku. Aku  kan Cuma anak tirinya.” Rey hanya menggeleng-geleng kepala mendengar ucapanku. Kami tetap melanjutkan makan tanpa ku fikirkan lagi ibu dan adik tiriku.

 

***

 

Aku duduk didepan kelas, menunggu Rey yang belum juga keluar dari kelas. Padahal bel istirahat sudah bordering sejak tadi. Namun aku tetap menunggunya. Hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu. Yaitu pertandingan basket putri antar sekolah dan merupakan pertandingan basket terakhir bagi anak-anak kelas tiga karena sebentar lagi akan menghadapi ujian nasional. Pertandingannya akan di mulai jam 3. Jadi, setelah pulang sekolah nanti, aku harus siap-siap. Rey akan mengantarku ke sekolah karena aku harus berangkat bersamaan dengan teman satu tim ku. Tapi Rey tetap akan menonton pertandingan.

“ Lama ya?” Tanya sebuah suara membuyarkan lamunanku.

“ Rey…kamu udah disini. Ya lumayan sich.Emang kamu tadi kemana? Kok lama banget?”

“ Ya nih. Tadi aku ada urusan sama Deni.”

“ooohhh…..”

“Yuk pergi…!!” Ajak Rey.

“Kemana?”

“Pulang lah….emang kita mau ngapain disini?”

“Lho….sekarang kan masih ada kelas!”

“Hari ini ada rapat guru. Jadi semua kelas di bubarkan!”

“ooo…ok…yuk..!” Ajakku sambil merangkul tangan Rey.

Sepanjang perjalanan menuju parkiran, kami terus mengobrol. Lokasi parkiran berada didekat gerbang masuk sekolah. Saat kami berjalan menuju parkiran, tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah sepasang sosok yang sangat aku kenal. Tidak lain adalah ibu dan adik tiriku. Mereka berdiri didepan gerbang masuk sekolah. Sesekali ibu tiriku terlihat pembicaraan dengan satpam sekolah. Seperti ada perdebatan kecil. Namun sekali lagi aku cuek. Tak peduli.

“Tiara…ayo naik….ngapain bengong disana?” Panggil Rey.

Aku berjalan dan menaiki motor Rey. Kututup wajahku dengan tasku saat lewat didepan gerbang masuk agar ibu tiriku tidak mengenaliku. Aku gak ingin ketemu dengannya.

“Sepertinya aku liat ibumu deh di depan gerbang masuk tadi?” Ujar Rey.

“Kamu salah liat kali. Aku gak liat kok.” Tampikku.

“Hmm…mungkin.”

***

Priiiitttt….!!!!

Suara peluit berbunyi menandakan timeout. Babak pertama sudah selsai. Aku mendengus kelelahan. Skor sudah 20-23 untuk sekolahku. Pertahanan lawan benar-benar kuat.  Tiba-tiba, Rara, teman satu tim yang berada di bangku cadangan memanggilku. Dia berbisik bahwa ibu tiriku berada diluar GOR. Dan dia memaksa agar masuk kedalam gedung. Namun satpam melarangnya masuk. Dia dianggap pengemis oleh satpam. Aku heran mengapa ibu tiriku sampai nekat datang kesini. Aku langsung berlari keluar gedung. Karena sebentar lagi pertandingan babak kedua akan segera dimulai.

“Kamu ngapain sih kesini?” Bentakku saat berada didepannya.

“Ibu hanya ingin….”

“Udah deh..aku mau tanding. Kamu pulang dulu deh. Ganggu aja.” Potongku.

“Tapi…”

“Pergi…!!!” Pekikku tidak member kesempatan pada ibuku.

Ibuku langsung pergi. Digandengnya Rina yang Nampak kelelahan dan menggenggam sebuah plastic hitam. Aku berjalan masuk kembali kedalam gedung. Namun. Braaaaakkkkkk….!!! Suara dentuman keras mengalihkan perhatianku. Sangat keras. Terdengar dari arah belakangku, tepat ditengah jalan, kulihat orang-orang berkerumun. Kurasakan jantungku berdegup sangat kencang. Ntah mengapa, kurasakan gelisah yang teramat dalam dan suli ku jelaskan mengapa. Aku terdiam sejenak. Sampai kurasakan dorongan yang begitu kuat dari dalam diriku. Seolah kesedihan telah menyeruak di dalam hatiku. Entah mengapa. Dan perlahan kuputuskan untuk mendekati kerumunan itu. Kuterobos kerumunan itu, dan kulihat seseorang yang sangat aku kenal tergeletak tak berdaya berlumuran darah di aspal. Gadis kecil disampingnya menangis tersedu-sedu memanggil ‘ibu’.

Dadaku semakin sesak. Pelan tapi pasti, aku menangis. Ku pangku kepala ibu tiriku. Ku rangkul dan ku ciumi Ia. Hal yang tak pernah kulakukan. Kurasakan kehilangan yang teramat sangat. Entah mengapa, inginku putar waktu kembali. Aku ingin kembali pada memori beberapa minggu yang lalu. Aku tiba-tiba sangat merindukan suaranya. Ingin merangkulnya. Dan ku katakana maaf yang sedalam-dalamnya.

***

                Awan hitam menyelimuti. Angin berhembus sayup, seolah mengerti suara hati. Ku lihat tak ada siapa-siapa lagi di sekeliling. Hanya aku, Rina dan Rey dan kedua orang tua Rey. Ku tatap sedih sebuah makam yang ada didepanku. Masih sangat basah.

“Kakak,….!!” Panggil Rina mendongakku dan menggenggam tanganku. Ku tatap Rina. “ Mengapa Ibu tidur disana? Ibu kesepian? Huuuuu…..” Tangis Rina. Aku terduduk mendengar ucapannya. Tak bisa ku bending lagi air mataku. Aku sangat merindukannya terlebih Ibu tiriku. Kuhapus air matanya dan ku elus pipinya.

“ Ibu tidak akan kesepian, sayang. Ada malaikat. “ Ku kecup keningnya. “Mulai sekarang, Rina tinggal sama kak Rey ya? Tapi jangan nakal. Kakak mau pergi. Kakak pasti kembali jenguk Rina.” Ucapku pada Rina. Rina mengangguk. Aku berdiri dan menatap sendu pada Rey dan keluarganya. Mereka sudah tau bahwa aku ingin menyerahkan Rina kepada keluarga Rey seperti yang pernah kami bicarakan semalam. Karena aku harus cari pekerjaan untuk biaya sekolahku.

“ Titip Rina,…Jaga dia baik-baik.” Ucapku berlinang air mata. Mereka mengangguk. Ku peluk Rina sebelum aku pergi. Ku tumpahkan air mataku. Kemudian aku beranjak.

“ Kakak….!!” Panggil Rina. Ku tengok kebelakang. Rina berlari kearahku kemudian menyerahkan kantong plastic hitam yang tidak pernah dia lepas sejak kemarin. “Ini untuk kakak, dari ibu “ Ujarnya. Ku buka kantong plastic tersebut. Dan ku temukan sebuah sepatu basket berwarna putih.

“ Sebelum wafat, ibumu menjual kalung emas nya kepada ibu.” Ucap ibu Rey dan menunjukkan kalung yang dibelinya. Aku sangat mengenali kalung itu. Kalung pemberian papa kepada ibu sebagai maskawin Air mataku mengalir. Kurasakan sesal yang sangat mendalam karena telah berkata kasar pada Ibu. Ternyata, ibu sangat peduli dan menyayangiku selama ini. Aku salah persepsi bahwa ibu tiri itu selalu jahat. Aku menangis semakin tersedu-sedu. Ku dekap RIna sekali lagi. Entah berapa lama.

***

“ Kau masih belum tidur, sayang?” Tanya Rey, suamiku, yang membuyarkan lamunanku. Ku hapus air mataku perlahan. “ Mengapa nangis?” Tanyanya lagi. Duduk disampingku.

“ Aku ingat ibu. Aku kangen banget sama ibu.” Aku menarik nafas berat. “ Aku belum sempat minta maaf sama ibu. Aku sangat menyesal “

“Sudahlah, sayang. Kita berdo’a saja. Semoga beliau diterima di sisi Allah.”

Aku mengangguk pelan. Sementara Hujan masih belum reda. Mnenyanyikan lagu rinduku padaibuku tersayang.

 

AMUK Mengecam Tindakan “Premanisme” terhadap KPU

Segala bentuk intervensi akan mencederai berjalannya proses demokrasi pada pemilwa UII.

Ketua DPM U UII, Mico Yuhansyah menyampaikan orasinya saat mengikuti Aksi Mahasiswa Untuk Kebenaran(AMUK) di depan Gedung Rektorat, Kampus UII Terpadu (26/4). Dalam aksinya, mahasiswa menuntut agar KPU tidak diintervensi dalam pengambilan keputusan terkait pelolosan bacaleg Pemilwa 2013

Ketua DPM U UII, Mico Yuhansyah menyampaikan orasinya saat mengikuti Aksi Mahasiswa Untuk Kebenaran(AMUK) di depan Gedung Rektorat, Kampus UII Terpadu (26/4). Dalam aksinya, mahasiswa menuntut agar KPU tidak diintervensi dalam pengambilan keputusan terkait pelolosan bacaleg Pemilwa 2013

Oleh: Moch. Ari Nasichuddin

Kampus Terpadu, Himmah Online

Sekelompok mahasiswa yang mengatasnamakan diri sebagai aksi mahasiswa untuk kebenaran (AMUK) melakukan aksi di Kampus Terpadu UII siang tadi. Aksi ini didasari tindakan-tindakan yang tidak sepatutnya dan terkesan mencederai inpendensi Komisi Pemilihan Umum (KPU) pemilwa 2013. Tindakan tersebut menurut selebaran yang disebar peserta aksi dilakukan oleh sekelompok bakal calon legislatif (Bacaleg) yang tidak lolos verifikasi dan seleksi beserta para massanya.

Diantaranya adalah melakukan intervensi terhadap KPU, mengintimidasi anggota KPU, mengancam akan membubarkan pelaksanaan pemilwa, dan melakukan tindakan “premanisme” terhadap anggota KPU. Melalui aksi ini, AMUK menolak dan mengutuk keras tindakan “premanisme” tersebut. Dan mereka menuntut 3 poin tuntutan. Pertama, tegakkan independensi KPU. Kedua, tolak berbagai macam intervensi terhadap KPU. Ketiga, tolak caleg yang tidak lolos seleksi untuk kembali ikut pemilwa.

Dalam orasinya, menanggapi aksi ini, Fadel Akbar Basya Ketua KPU mengatakan keputusan KPU masih bisa ditinjau ulang. Dan ia berterima kasih atas dukungan peserta aksi terhadap KPU.

Pada akhirnya aksi ini mesti dibubarkan oleh pihak Satuan Pengamanan (Satpam)  karena tidak adanya surat pemberitahuan penyelenggaraan aksi. Hal itu dikatakan oleh B. Santoso, Komandan Satpam UII. Ia menuturkan setiap aksi yang diadakan di Kampus Terpadu harus mengajukan surat pemberitahuan terlebih dahulu.

Menanggapi hal di atas, Alan Mustofa, Koordinator Umum aksi membenarkan jika aksi ini tidak memohon izin terlebih dahulu, karena persiapan aksi yang mendadak.

Reportase Bersama Fajar Noverdian, Raras Indah F., Hasinadara P., dan Budi Armawan.

Skip to content